Cerita bersambung
Dirga mengacak rambutnya dengan kasar, hatinya begitu gusar.
Dirga mengklaim perasaan yang dimilikinya salah.Ia hanya ditugaskan menjaga anak majikannya seumpama barang berharga yang harus dijaga dengan nyawa bukan berarti harus memiliki jiwa dan raganya.
Dirga berusaha mengusir perasaan yang membuatnya sedikit frustasi, karena tanggung jawabnya lebih berat dari pada urusan hatinya.
Seperti biasa mata Dirga sedang fokus mengawasi layar yang menyala pada benda elektronik persegi empatnya, dimana layarnya sedang mengexfose sosok gadis cantik yang baru saja disingkirkan dari hatinya.
Dalam layar Rindi terlihat ke luar kamar menuju balkon belakang dimana matanya langsung disajikan taman yang luas dipenuhi aneka pohon bonsai dan bunga, serta kolam renang.
Hasrat hati ingin menghampri gadis itu membawa langkah Dirga menuju tempat dimana Rindi berada, meninggalkan laptopnya begitu saja.
“Udara malam tidak baik untuk tubuh”
Suara Dirga membuat Rindi terkejut dan langsung berbalik menghadap Dirga yang berdiri diambang pintu balkon dengan tangan dilipat di dada, matanya menyorot tajam ke arah Rindi membuat Rindi selalu salting.
“Gue hanya ingin menikmati malam sambil melihat bulan purnama” jawab Rindi tubuhnya kembali berputar membelakangi Dirga, matanya memandang ke bulan yang membulat sempurna.
“Sempurna” ujar Dirga, yang kini sudah berdiri disamping Rindi.
“Maksudnya..?” tanya Rindi kurang mengerti yang dimaksud Dirga.
“Bulan purnama bersinar penuh terlihat sempurna.”
Rindi tersenyum manis memahami maksud Dirga.
“Bulan purnama mengingatkan gue sama mamah, waktu kecil saat gue hendak tidur gue sering minta mamah menyanyikan sebuah lagu, elo tahu lagu apa?” Rindi melirik Dirga yang dibalas gelengan oleh pemuda itu.
Untuk sesaat Rindi menarik nafas, wajahnya berubah sendu menyimpan kesedihan mendalam, bibirnya kembali menguar kisah tentang seseorang yang telah membawanya hadir ke dunia ini.
“Gue minta mamah nyanyikan lagu ‘ambilkan bulan bu’ dan mamah tidak pernah menolak untuk menyanyikannya hingga gue terlelap tidur”
Sebening air mata lolos menganak sungai yang sedari tadi berusaha di bendungnya.
“Mamah meninggalkan gue disaat ulang tahun gue yang ke tujuh belas, sekaligus dihari kelulusan sekolah gue” Rindi mulai terisak kecil, hati Dirga terrenyuh. dalam diamnya Dirga menilai sosok Rindi, dibalik sikap arogan dan glamornya gadis itu ternyata menyimpan kisah pilu dan kesedihan mendalam.
Rindi kembali melanjutkan kisahnya yang jeda sesaat untuk menetralkan suasana hatinya. “Mamah meninggal gara-gara gue”
Dirga menoleh ke arah Rindi, seakan meminta penjelasan dari ucapannya.
“Saat itu dihari ulang tahun dan kelulusan gue, gue minta mamah pulang dari singapore untuk ikut merayakan hari istimewa gue, padahal waktu itu mamah sedang sibuk-sibuknya mengurus bisnis, mamah minta waktu sama gue perayaannya diundur dua hari sampai menunggu urusan mamah selesai, tapi gue keukeuh ingin mamah saat itu juga pulang, kalau tidak gue akan bunuh diri, akhirnya mamah menyanggupi, dan hari itu juga mamah terbang ke indo tapi pesawat yang ditumpangi mamah tidak mendarat ditempat semestinya, pesawat itu mengalami kecelakaan dan menghancurkan semuanya”
Dirga menarik nafas berat, sungguh egois tindakan Rindi, tanpa berfikir panjang akibat dari keinginannya hingga merenggut nyawa orang yang paling berharga, namun Dirga kembali sadar semua itu sudah takdirnya.
“Gue tahu elo berfikir gue egois, gue hanya ingin seumur hidup dalam sekali disaat hari istimewa gue mamah ada, karena dari kecil gue sering ditinggal pergi jauh sama orang tua gue, gue tidak butuh harta, gue tidak butuh apapun yang bersangkutan dengan duniawi, gue hanya butuh kehadiran mereka, kasih sayang mereka apa itu salah?”
Dirga kembali hanya mampu diam tanpa memberi pernyataan maupun jawaban, pemuda itu hanya merasakan apa yang dirasakan Rindi si gadis foto model yang selalu enerjik, namun julukkan itu tidak berarti saat ini.
Rindi semakin terisak tanpa sadar Dirga merengkuh bahu Rindi seakan ingin menyalurkan kekuatannya pada gadis itu, sikap Dirga membuat Rindi refleks membenamkan wajahnya didada bidang Dirga, dengan lembut Dirga mengusap punggung gadis dalam dekapannya.
Suasana sunyi disinari bulan purnama menambah hati dua anak manusia semakin larut dengan perasaannya.
Tangan Rindi mulai melingkar ditubuh Dirga, dan semakin membenamkan wajahnya yang masih terisak didada Dirga seakan mencari kenyamanan disana.
“Gue kangen sama mamah” Desisnya
“Gue merasakan kehilangan yang elo rasakan” Ucap Dirga masih dengan pelukkannya, malah bertambah erat.
“Elo kehilangan mamah juga?” tanya Rindi mendongkakkan wajahnya tepat didepan wajah Dirga Rindi memberanikan diri menatap mata tajam Dirga yang selalu dihindarinya.
“Ayah, gue kehilangan sosok ayah” Dirga menunduk membalas tatapan Rindi.
Hati keduanya seketika bergemuruh, mereka saling menatap lama, jari Dirga menyingkirkan rambut yang bermain nakal di kening Rindi, seakan menghalangi wajah cantik namun sembab yang dipandangnya. Wajah mereka semakin mendekat, saat tinggal beberapa senti jarak wajah mereka, tiba-tiba Dirga melepaskan pelukkannya dan sempat berbisik ditelinga Rindi.
“Maafkan gue…”
Dirga pergi meninggalkan Rindi dengan nafas yang memburu, Rindi luruh di atas lantai balkon, sendi-sendi tubuhnya serasa lemas.
Tiba-tiba ingatannya melayang saat Dirga menelpon seorang wanita bernama Anna yang Rindi duga adalah istri dari Bodyguardnya.
“Kenapa gue harus mencintai milik orang..?” bisik hatinya.
==========
Siang ini Ratu Eka Rindiyani sedang melakukan pemotretan untuk majalah Beautyfull Girl milik Devan sekaligus memperkenalkan rancangan Desaigner terbaru.
Sebenarnya Rindi sudah tidak ingin berurusan dengan pekerjaan yang bersangkutan dengan Devan, ia rela melepas kontraknya dengan perusahan Devan setelah insiden perselingkuhan Devan dengan Raisya sahabatnya terbongkar. Meski awalnya Rindi hanya sekedar curiga dengan hubungan mereka, namun perkataan Raisya beberapa hari yang lalu di Diskotik itu semakin menguatkan kecurigaannya.
Rindi dimintai kesempatan sekali lagi menyelesaikan pemotretan yang sempat tertunda. Jika sudah selasai kontrak kerja yang satu ini para kru yang bekerja sama dengan Rindi diperusahan majalah Beautyfull Girl harus rela melepaskan gadis super model yang selalu menuai puji dan decak kagum dalam aksi pemotretannya.
Rindi memiliki aura tersendiri, yang selalu ia tampilkan dalam variasi pose yang energik dan atraktif tanpa kehilangkan kontrol dan ekspresi wajahnya, itulah yang jadi andalan bagi perusahan milik Devan.
Devan sendiri tidak hadir di pemotretan ini, Devan masih dalam masa istirahatnya akibat luka dalam efek dari tendangan Dirga sewaktu adu keributan di diskotik.
Devan hanya berharap Rindi menarik kembali pengunduran diri dari kontrak kerja samanya di perusahaan yang ia pimpin.
Devan menyampaikan permohonannya pada Rindi lewat Asisten kepercayaannya, setelah Devan gagal menghubungi Rindi lewat telpon maupun lewat sosial media lainnya, semua yang Devan lakukan seakan buntu karena Rindi sekalipun tidak pernah membalasnya.
***
Dirga memandang kagum gadis yang berlenggak lenggok di atas Catwalk dengan balutan gaun pesta berwarna Gold hasil rancangan baru dari desaigner terkenal.
Rindi melempar senyum manis ke arah Dirga, gadis itu tahu bahwa Dirga sedang mengaguminya, terlihat dari cara Dirga memandangnya tanpa berkedip.
Pemotretan pun selesai, Dirga dengan setia menemani dan menunggu Rindi di ruang ganti untuk bertukar kostum, Dirga siap siaga mengawal Rindi ke luar dari area gedung hotel tempat pemotretan, yang dimana para Paparazi telah berkumpul siap dengan kamera dan mixcropon untuk mengexpose dan mengorek keterangan dari mulut sang model.
Para wartawan dan jurnalistik pencari berita, tepatnya pencari gosip itu rela menungu hingga berjam-jam bahkan berhari-hari sekedar memenuhi profesi pekerjaannya, sebagai tukang kepo kehidupan pribadi yang diincarnya. Bahkan rela mengupas gosip yang tidak sesuai dengan dengan logika, yang penting bagi mereka adalah hasilnya yaitu UANG.
Begitu ke luar dari lift Rindi langsung diserbu wartawan dan para penggemarnya, suasana loby hotel jadi riuh dengan suara teriakan dan jeritan, lampu Blitz berpijar disegala arah menyilaukan setiap mata memandang.
Rindi membalas sepatah dua patah pertanyaan yang dilontarkan wartawan dengan tangan ikut sibuk memberikan tanda tangan yang diminta para fansnya.
Rindi merapatkan tubuhnya ke tubuh Dirga, tangannya melingkar di pinggang sang bodyguardnya, tangan kiri Dirga ikut melingkar di pinggang sang gadis sekedar melindungi dari jamahan yang bersifat anarkis dari orang-orang sekitar, sedang tangan kanannya menghalau mereka yang menghalangi jalan dan ruang gerak dirinya dan Rindi.
Dirga yang dibantu security terlihat kewalahan melindungi sang putri majikan dari serbuan manusia yang dilanda kepenasaran.
Akhirnya perjuangan Dirga dan para security dalam mengamankan Rindi hingga masuk ke mobilnya membuahkan hasil.
“Astaga, mereka seperti hendak menerkamku” Ujar Rindi, tubuhnya sedikit bergidig ngeri.
Dirga tersenyum tipis menanggapinya, “Kau baik-baik saja?”
“Iya, aku baik-baik saja cuma ngeri doang lihat mereka” Kembali Rindi bergidig, Dirga terkekeh melihatnya.
Ada perasaan berbeda menghinggapi keduanya, terutama Dirga entah sejak kapan Rindi merubah intonasi panggilan GUE jadi AKU dan ELO jadi KAMU, Dirga hanya mengikuti dan menikmati perubahan yang menurutnya mengandung arti tersendiri.
“Aku laper..” Rindi mengusap perutnya yang berbunyi.
“Kita cari makan” balas Dirga, di angguki oleh Rindi.
“Mau makan dimana?” Sambung Dirga.
“Terserah kamu, yang penting aku tidak mau makanan ala restaurant yang membuatku eneg” jawab Rindi, matanya melirik ke arah Dirga yang fokus menyetir, di lihat dari pinggir Dirga begitu menarik, apa lagi sambil memegang kemudi terlihat macho.
Tanpa sadar bibir Rindi melengkung ke atas membentuk garis senyum.
Merasa dirinya di perhatikan Dirga menoleh ke arah Rindi, “Kenapa..?”
Rindi terhenyak “Eehh, ti-tidak kenapa-kenapa..” dengan gelagapan Rindi mengalihkan wajahnya yang memerah ke arah kaca pintu dengan perasaan malu.
Dirga tersenyum dan kembali fokus menatap jalanan.
Dirga menghentikan mobilnya di area parkiran pinggir jalan.
“Kenapa berhenti disini?” tanya Rindi.
“Bukan kah kau lapar? kita cari makan disekitar sini” jawab Dirga sambil turun dari mobilnya, lalu berjalan memutar ke arah kiri, membukakan pintu untuk Rindi.
Rindi masih berdiam di dalam mobil matanya memeriksa tempat yang lumayan ramai itu. Rindi melihat disebrang jalan berjajar pedagang kaki lima yang kebanyakkan menjual makanan.
“Ayo ke luarlah kita cari makan yang kau inginkan di sekitar sini”
“I-iya aku keluar..”
“Tunggu..!” Dirga mencegah Rindi keluar dari mobil.
Rindi mengernyitkan dahi heran, “Kenapa? bukannya kau menyuruhku ke luar?”
Dirga tidak menjawab pertanyaan Rindi, pemuda itu melepaskan topi dan kaca mata hitam yang dikenakannya, lalu badannya menunduk memasuki setengah tubuhnya ke dalam mobil, wajahnya tepat di depan wajah Rindi.
Rindi membulatkan matanya merasa gugup dengan sikap Dirga “ka-kau mau apa?”
Dirga tidak menjawab, tangannya menarik kepala Rindi hingga pipi mereka hampir bersentuhan, Rindi tertegun hatinya berdetak sangat cepat. Tangan Dirga menggulung rambut Rindi yang tergerai lalu menutupnya dengan topi yang dikenakannya tadi, lalu menenggerkan kaca mata hitamnya di hidung mungil milik Rindi.
“Dengan penampilan seperti ini, aku rasa tidak akan ada yang mengenalimu” Kata Dirga tersenyum puas dengam hasil karyanya menyamarkan wajah cantik Rindi dengan setengah ditutupi topi dan kaca mata.
Rindi menghembuskan nafas lega, ia fikir Dirga hendak menciumnya. Rindi menggeleng kepala cepat, seakan mengusir fikiran kotor yang sempat hinggap di otaknya.
Bersambung #8
Izin Penerbitan
PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN
Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
POSTING POPULER
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Setangkai Mawar Buat Ibu #01 - Aryo turun dari mobilnya, menyeberang jalan dengan tergesa-...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari * Dalam Bening Matamu #1- Adhitama sedang meneliti penawaran kerja sama dari sebuah perusa...
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Kembang Titipan #1- Timan menyibakkan kerumunan tamu-tamu yang datang dari Sarangan. Ada s...
-
Cerita Bersambung Oleh : Tien Kumalasari Sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang tak sampai dipelaminan, karena tidak direstui oleh ayah...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersen...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel