Cerita Bersambung
Jilid #1
JENGKOL OH JENGKOL"Micha, Ayah ke pasar dulu yah." sahut sebuah suara alto nan syahdu dari depan kamarku.
"Gak mau Micha anterin aja perginya, Ayah?" tanyaku, sambil mengucek mata perlahan.
"Gak perlu, nak. Kamu kan semalam pulang larut dari galeri, jadi mending istirahat aja. Ayah masih kuat kok kalo cuma nyetir sampai ke pasar."
"Yaudah kalo gitu, Ayah. Hati-hati di jalan. Ada apa-apa langsung telepon Micha aja."
"Iya, nak. Ayah berangkat dulu ya..."
Begitulah suasana rumahku di setiap paginya. Ada saja aktifitas yang akan Ayah lakukan diluar pekerjaannya di klinik sebuah sekolah internasional di Jeddah.
Entah itu ke pasar, memasak, mencuci sampai bersih-bersih rumah pun beliau lakukan. Ingin membantu, tapi yang ada aku hanya mendapat omelan Ayah.
Alasannya, tanganku tidak boleh sampai lecet atau terluka karena pekerjaanku sebagai seorang pelukis.
Pernah berdebat, tapi sudah tentu Ayah yang selalu jadi pemenangnya.