Cerita bersambung
Karya : Tien Kumalasari
Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersenandung riang. Ia melemparkan tas tangannya begitu saja keatas kursi lalu duduk sambil menyelempangkan kakinya, sedangkan mulutnya tak berhenti bersenandung.
"Dita.. kamu kesurupan?"
"Dengar mbak, aku tadi nyaris ketabrak mobil." enteng suaranya ketika mengucapkan itu, dan Maruti terbelalak memandangi adiknya.
"Kamu ngomong apa? Nyaris ketabrak mobil dan kamu malah bersikp seperti orang yang sedang bergembira begitu?"
Maruti mendekati adiknya dan memegang dahinya.
"Panaskah?" Dita masih berusaha bercanda.
"Jangan main2 Dita.."
"mBak.. kalau aku benar2 ketabrak, ya nggak mungkin lah aku bisa ketawa ketiwi seperti ini. Makanya aku bilang nyaris, dan tu sebabnya aku tampak seperti orang kegirangan."
Namun Maruti tidak mengerti. Meskipun nggak jadi ketabrak, yang namanya hampir ketabrak mobil pastilah membuat orang berdebar debar untuk waktu yang cukup lama. Tapi Dita tidak..
"Sini mbak, aku ceritain, tadi itu.. pas aku menyeberang jalan setelah mengirimkan pesanan, tiba2 aku terkejut ketika sebuah mobil sudah berhenti tepat disamping aku. "
"Sembrono kamu memang." Maruti ngedumel.
"Terkejut sekali aku.. hadeeww.. hampir saja. Tapi mbak, ketika pengendara mobil itu membuka kaca depan lalu melongok kearahku, aku dibuat terpana. Debar jantungku ini tidak lagi disebabkan oleh ketakutan karena nyawaku hampir melayang.. tapi karena melihat wajah laki2 itu." kata Dita bersemangat, membuat Maruti kemudian meninggalkannya lalu melanjutkan pekerjaannya menata meja.
"mBak, laki2 itu guanteng banget, dan senyumnya itu... eh.. bukan.. tadinya dia melotot kearahku, lalu aku mengangguk dan mengucapkan ma'af sambil tanganku memegangi pintu mobilnya, dan gemetaran pastinya. Melihatku seperti itu dia kemudian tersenyum, sambil berkata maniis sekali, lain kali hati2 ya.. Wouw.. itu kan senyuman yang mirip... apa ya.. ah.. pokoknya ketakutanku sirna lalu aku berjalan menepi. Dia juga menepikan mobilnya dan turun, sambil bertanya apakah ada yang luka? Aku menggeleng sambil tak henti menatapnya dan kemudian dia berkata lagi, lain kali hati2 ya. Hm.. kenapa ya dia nggak mau menawari aku naik kemobilnya lalu mengantarku pulang?"
"Ya ogahlah.. mengantar pulang anak gadis yang sembrono seperti itu." Maruti menimpali sambil bersungut.
"Iya 'kali... ia malah kembali meneiki mobilnya dan pergi begitu saja. Tapi sungguh aku ingin bertemu dia lagi lho.."
"Ssst.. diam dan cuci kaki tanganmu.. lalu bantu aku menyiapkan makan siang."
"Sayang aku nggak sempat bertanya siapa namanya. Ah.. ya malu kan kalau itu aku lakukan?" Dita masih saja mengomel.
"Dita..."tegur Maruti kembali.
"Iya.. iya..." sahut Dita sambil berdiri, lalu berjalan kearah kamarnya sambil masih saja terus bersenandung.
***
Maruti dan Anindita adalah dua gadis bersaudara yang hanya terpaut 2 tahun umurnya. Ayahnya sudah lama meninggal, bahkan ketika keduanya masih kecil2..tinggal ibu Tarjo ibunya yang bekerja mati2an untuk menghidupi dan menyekolahkan kedua anak gadisnya dengan menerima pesanan2 catering. Itulah sebabnya keduanya hanya bisa bersekolah sampai jenjang SMA. Tak satupun dari mereka menuntut karena mereka maklum betapa beratnya menyekolahkan anak keperguruan tinggi. Mereka hanya membantu ibunya memasak dan mengirimkan pesanan2 pelanggan.
"Ibu.. apakah hari ini giliranku berbelanja?" kata Dita sambil mendekati ibunya, yang sedang memijit mijit kakinya yang diselonjorkan disofa kuna yang diletakkan didepan televisi.
"Terserah kamu saja, tanya sana sama kakakmu," jawab bu Tarjo.
"Ibu capek?Biar Dita pijitin dulu ya..," Dita bersimpuh dibawah lalu memijit mijit kaki ibunya.
"Nggak capek, tapi akhir2 ini memang ibu sering merasa ngilu dikaki."
"Nanti Dita antar ke dokter ya?"
"Enggak.. cuma begini saja ke dokter.. nanti juga sembuh."
"Oh, sebentar, Dita ambilin obat gosok ya bu..," Dita berlari kecil kekamar ibunya dan kembali dengan sebotol obat gosok yang kemudian diurutkannya pada kaki ibunya.
"Ibu.. Ruti pergi sebentar ya..," tiba2 Maruti menghampiri mereka sudah dengan pakaian rapi dan dandanan sederhana tapi cantik.
"Mau kemana nak ?" sang ibu bertanya sambil memandangi wajah gadis sulungnya. Ia bangkit duduk dan memandangi anak gadisnya tanpa berkedip. Tiba2 bu Tarjo sadar bahwa ia telah memiliki seorang gadis yang sudah matang. Senyumnya mengambang. Ada rasa haru yang menyelinap ketika menyadari bahwa sudah duapuluhan tahun ia membesarkan sendiri anak2nya. Kini mereka tumbuh dewasa, semuanya manis dan cantik.. bukan hanya wajahnya tapi juga perilakunya. Ia bersyukur telah mengajarkan anak2nya dengan tata krama yang tinggi, saling mengasihi dan menjaga.
"Ibu... kok ibu memandangi Ruti seperti ini?" Maruti membungkuk dan mencium pipi ibunya yang mulai keriput.
"Ibu baru sadar, kamu sudah dewasa, dan cantik. Bisik bu Tarjo sambil membalas ciuman anaknya.
"Iya bu, sudah sa'atnya dicarikan suami tuh..." sela Dita yang sedari tadi juga ikut mengagumi kecantikan kakaknya.
"Hussyy..." Maruti memelototi adiknya yang kemudian meloncat menjauh karena khawatir kena cubit kakaknya. Ya, Maruti paling suka mencubit. Setiap kali Dita membuatnya kesal selalu cubitlah senjatanya. Bu Tarjo hanya tertawa melihat ulah keduanya. Maruti memang lebih lembut dan manis, sementara Dita agak manja dan sedikit lincah .. nakal namun selalu ta'at pada ibu dan kakaknya.
Tiba2 terdengar suara klakson dari jalan besar. Maruti melongok.. lalu sekali lagi mencium ibunya, lalu berpamit sambil berlalu.
"Ruti pergi dulu ya bu, sudah disamperin temen tuh."
"Hati2 nak," pesan bu Tarjo.
Dita mengikuti dari belakang, dan melhat sebuah mobil berhenti tepat didepan pintu pagar. Ia melihat seorang gadis turun dari mobil itu dan membukakan pintu untuk Maruti. Namun Dita terkejut, ia seperti mengenali mobil itu.
==========
Dita kembali duduk bersimpuh dibawah sofa tempat ibunya berbaring. Mobil teman Maruti tadi masih terbayang didepan matanya. Namun ingatan tentang mobil itu segera dikibaskannya. Bukankan banyak orang memiliki mobil serupa?
"Siapa teman mbakmu itu tadi?"
"Kayaknya mbak Laras. Entah kenapa dia nggak mau masuk dulu kedalam."
"Mungkin tergesa gesa, biasanya dia mampir dulu."
"Tapi mobil itu....." Laras tak melanjutkan kata2nya, ia tak tau harus bicara apa tentang mobil yang membuatnya berdebar. Aneh.. pikirnya untuk dirinya sendiri. Mengapa aku ini...
Dita mengambil minyak gosok yang tadi diletakkannya dimeja. Beruntung tampaknya sang ibu tak memperhatikan kata2nya ketika dia menggumamkan mobil itu.Tapi ketika ia akan kembali menggosokkan minyak gosok dikaki ibunya, bu Tarjo menolaknya.
"Sudah.. sudah.. katanya kamu mau belanja kepasar? "
"Lha nanti ibu sama siapa? Kan mbak Ruti pergi?"
"Ya nggak apa2.. kayak belum pernah ninggalin ibu sendiri aja kamu ini. Memangnya ibu harus selalu ditungguin?"
"Bukan begitu bu, kan ibu bilang kakinya nyeri, dan Dita lihat ibu sedikit pucat. Benar ibu nggak apa2 ?"
"Enggak.. mungkin ibu hanya kecapean saja. Sudah sana, ingat ya.. hati2 menyeberang jalan, kakakmu sudah cerita perihal kamu mau keserempet mobil kemarin."
Dita tertawa.
"Mbak Ruti berlebihan, Dita kan nggak apa2.. Mana catatannya bu?" tanya Dita sambil berdiri dan melangkah kebelakang. Ia cepat2 pergi.. khawatir kakaknya juga menceriterakan tentang cowok gantheng pemilik mobil yang membuatnya terpesona, lalu dia akan malu menjawab apabila ibunya menanyakannya juga.
"Itu dimeja, sudah ibu tulis semua, gula masih banyak, nggak usah beli lagi dulu."
"Dita ganti baju dulu ya bu."
Bu Tarjo menghela nafas. Memang akhir2 ini tubuhnya terasa sedikit lemas. Ada rasa nggak enak, tapi ia tak ingin membuat anak2nya khawatir. Ketika kemudian Dita berangkat untuk belanja, ia bangkit dan menuju almari obat. Diambilnya sebutir obat pusing dan diminumnya, kemudian dibaringkannya lagi tubuhnya disofa. Ia mematikan televisi yang sejak tadi menyala tapi tak ingin ditontonnya.
***
Jalanan sedikit rame, Laras.. teman Maruti mengendarai mobilnya pelan. Mereka baru saja ketemuan dengan teman2 sekelasnya dan sekarang mereka sedang menuju pulang. Laras harus mengantarkan Maruti.
"Aku kembalikan mobil ini dulu kerumah sepupu aku ya Rut,aku janji mengembalikannya sebelum Ashar," kata Laras sambil memutar mobinya kearah berlawanan.
"Ya, terserah kamu saja. Aku pikir ini mobil barumu Ras.."
"Bukan, sejak ayahku meninggal ibu tak mengijinkan lagi ganti2 mobil. Kami hanya hidup dari peninggalan almarhum ayah, jadi harus berhemat. Ibuku bukan perempuan yang pintar mencari uang.Ia benar2 seorang ibu rumah tangga yang hanya bisa mengandalkan pemberian suami. Itulah sebabnya aku ingin mencari pekerjaan dan tak usah melanjutkan kuliah."
"Ooh.. mau bekerja dimana kamu?"
"Belum tau, lagi mau nyari. Mungkin kakak sepupu ku bisa membantu, entahlah, aku juga belum ngomong."
"Kakak sepupu?"
"Yang punya mobil ini. Tadi tuh mobilku mogok... aku taruh dibengkel.. mas Panji aku suruh jemput lalu aku pakai mobilnya. Nanti aku kenalkan kamu sama dia, dia ganteng lho.."
Maruti tersenyum. Tiba2 ia teringat Dita adiknya tentang laki2 ganteng yang ditemuinya. Ah, ada apa dengan lelaki ganteng? Maruti tidak tertarik kata2 laras tentang lelaki ganteng sepupunya itu. Ia lebih tertarik tentang pekerjaan yang akan dicari sahabatnya. Siapakah mas Panji? Pejabat tinggi atau pengusaha kaya raya yang bisa mencarikan pekerjaan? Maruti ingin mendapatkan juga pekerjaan itu. Barangkali dengan ia bekerja ibunya tak usah bersusah payah mencari penghasilan dengan masak memasak setiap hari. Ibunya sudah semakin tua, dan ia serta Dita sama sekali tidak menyukai dunia itu. Bu Tarjo selalu bilang masakannya kurang sedap.. apabila dia atau Dita yang memasaknya. Berbeda dengan tangan ibunya yang piawai mengolah segala macam masakan dan dipuji semua orang, sehingga banyak pelanggan yang menyukainya.
"Kok melamun?" ujar Laras tiba2.
"Oh.. eh.. apa?" Gugup Maruti menjawabnya.
"Bener lho, nanti aku kenalkan kamu sama dia."
"Kamu itu ada2 saja. Aku berfikir tentang pekerjaan. Kalau kamu ma cari pekerjaan, bisakah kamu juga mencarikannya untuk aku?Tapi aku kan hanya lulusan SMA." tiba2 Maruti sedih mengingatnya. Tak mudah bagi lulusan SLTA untuk mendapatkan pekerjaan bukan?
"Kamu? Mau cari pekerjan juga? Bukankah kamu setiap hari sibuk membntu ibumu?"
"Iya sih, tapi aku berfikir ibuku itu sudah semakin tua, tidak akan bisa selamanya aku bergantung pada ibu."
"Tapi kan kamu bisa meneruskan usaha ibu itu?"
"Aku dan Dita sama2 tidak menyukai dunia masak memasak. Bisanya kami hanya membantu. Masakanku nggak seenak masakan ibu, jadi kami kurang menyukai dunia itu."
"Nanti aku bilang sama mas Panji, barangkali dia bisa mencarikan pekerjaan untuk kamu."
"Tapi... nggak ah.. aku kan hanya lulusan SLTA... " kemudian Maruti ragu2.
"Siapa tau dia bisa. Mas Panji itu seorang pengusaha, banyak yang dia bisa lakukan. Siapa tau bisa membantu."
Maruti terdiam. Ia membayangkan, barangkali ditempat perusahaan sepupu Laras yang bernama Panji itu ia akan menjadi cleaning servis.. atau..tukang kebun.. atau...
"Kita sudah sampai," kata Laras tiba2, kemudian mobilnya memasuki sebuah halaman luas sebuah perkantoran, dan memarkirnya ditempat parkir.
Mereka keluar dari mobil itu, Laras menggandeng tangan Maruti masuk kedalam. Sebuah perkantoran yang megah. Tampaknya Laras sudah biasa memasuki tempat itu, kaena beberapa kayawan tampak mengangguk hormat padanya.
"Pak Panji ada dikantornya?" tanya Laras pada salah seorang staf yang duduk didepan ruangan dengan tulisan menarik... DIREKTUR
"Ada mbak, didalam.. "
Tanpa menunggu Laras menarik tangan Maruti dan langsung masuk kedalam ruangan yang cukup luas dan tertata asri. Seorang laki2 yang masih terbilang muda duduk disudut ruangan, memandangi kedatangan mereka dengan wajah berseri.
"Laras? Sudah selesai senang2 nya?"
"Sudah lah mas.. mm.. ini kunci mobilmu, aku akan ke bengkel mengambil mobilku." Laras mengulurkan kunci kontak mobil yang diterima laki2 muda itu sambil tersenyum ramah. Dan tanpa diperslahkan Laraspun duduk didepan meja sambil menarik Maruti duduk disebelahnya.
"Eh.. oh ya, silahkan duduk," si pemilik kantor itu baru menyadari bahwa ada orang lain selain Laras sepupunya.
"Ini....."
"Oh ya mas, kenalkan, ini teman SMA ku.. ayo kenalkan.. ini Maruti.. dan ini mas Panji.."
Mereka bersalaman dan menyebutkan nama masing2. Tapi Panji memandangi Maruti lekat2. Ia tampak sedang mengingat ingat sesuatu.
"Apa.. kita pernah bertemu?" tanya Panji.
Maruti menggeleng dengan gugup. Tak urung hatinya berdebar dipandangi laki2 yang.. ehem.. emang tampan sih.. dan tangannya masih digenggam erat oleh si tampan itu.
"Tapi.. kayaknya aku pernah melihat wajah seperti ini... haaaa.. baru kemarin... baru kemarin.. ya.. aku ingat.."
Maruti menarik tangan yang masih digenggam Panji, pelan tapi yakin kemudian basah oleh keringat dingin. Maruti merasa laki2 dihadapannya sedang ingin berakrab akrab dengannya dan pura2 sudah mengenal sebelumnya. Hm.. tapi suka sih... hahh.. Maruti menundukkan mukanya, malu oleh perasaannya.
"Mas Panji gimana sih? Kalau belum kenal tuh jangan suk kenal.. orang baru pertama kali bertemu mengaku kenal." Akhirnya Laras membuka mulut melihat adegan yang seperti membuat Maruti tegang itu.
"Bukan.. aku bukan sok kenal..eh.. apa mirip ya... ya.. mirip. Dengar.. kemarin aku nyaris menabrak seorang gadis, wajahnya ada miripnya sama Maruti."
Dan Marruti pun tercengang.
Bersambung #2
Izin Penerbitan
PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN
Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
POSTING POPULER
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Setangkai Mawar Buat Ibu #01 - Aryo turun dari mobilnya, menyeberang jalan dengan tergesa-...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari * Dalam Bening Matamu #1- Adhitama sedang meneliti penawaran kerja sama dari sebuah perusa...
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Kembang Titipan #1- Timan menyibakkan kerumunan tamu-tamu yang datang dari Sarangan. Ada s...
-
Cerita Bersambung Oleh : Tien Kumalasari Sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang tak sampai dipelaminan, karena tidak direstui oleh ayah...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersen...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel