Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Rabu, 23 Desember 2020

SAAT HATI BICARA 1 - 27

Cerita bersambung
Karya : Tien Kumalasari


* Saat Hati Bicara #1- Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersenandung riang.  Ia melemparkan tas tangannya begitu saja keatas kursi lalu duduk sambil menyelempangkan kakinya, sedangkan mulutnya tak berhenti bersenandung.
* Saat Hati Bicara #2-Maruti tiba2 teringat Dita adiknya yang bercerita tentang dirinya yang nyaris ditabrak mobil yang dikendarai seorang cowok gantheng . Maruti berdebar mendengar kata2 Panji bahwa wajah gadis itu mirip dengannya. Dita kah? Tapi Maruti enggan menanyakannya.

* Saat Hati Bicara #3- Sampai ketiganya duduk diteras itu, Dita masih tertegun dibalik pintu. Seperti mimpi rasanya melihat laki2 yang selalu membayang dipelupuk matanya.
"Aku kebelakang dulu ketemu bu Tarjo ya." tiba2 Laras berdiri dan beranjak kebelakang.

* Saat Hati Bicara #4- Maruti merasa, ada sesuatu yang hilang dari hatinya. Untuk sesa'at ia tak bisa mengucapkan apapun.
"Ruti, kamu masih disitu?" Laras dari seberang sana sedikit heran.
"Oh.. eh.. ya, tentu aku masih ada dan mendengarkan kamu," jawab Maruti gugup.

* Saat Hati Bicara #5- Maruti terpaku ditempatnya duduk. Sama sekali ia tak menyangka bahwa dokter Santi adalah bekas isteri Agus. Jadi bayangan tentang Panji yang dicalonkannya dengan dokter Santi sedikit kabur. Ia juga belum yakin ketika berada diklinik itu.

* Saat Hati Bicara #6- Panji merasa sedih, ia juga merasa bersalah karena kurang memperhatikan kesehatan ibunya. Mengapa tiba2 separah itu? Karena perasaan2 itu Panji jadi tak merasa betapa tangan ibunya mencengkeram tangannya disatukan dengan tangan dokter Santi.

* Saat Hati Bicara #7- Maruti terkejut. Ada perasaan tak enak ketika bertemu Santi ketika dia sedang bersama Panji. Dia pura2 tak melihatnya, dan Panji pun seakan tak perduli dengan kedatangan mereka.
Ada lima orang yang masuk kerumah makan itu bersama Santi.

* Saat Hati Bicara #8- Santi menatap kosong kearah halaman yang temaram, sungguh kesal sekali menyadari bahwa Panji ternyata telah meninggalkannya. Ia ingat ketika bu Anjar menyatukan tangannya dan tangan Panji sesa'at sebelum meninggal, dan itu berarti dia menginginkan dirinya bersatu dengan Panji..

* Saat Hati Bicara #9- Dita menyambut Santi sampai ke teras depan. Dalam hati bertanya tanya, apakah ada masalah lagi dengan Maruti.
"Hallo Dita," tapi Santi menyapa ramah.
"Dokter Santi? Silahkan masuk," sambut Dita tak kurang ramah.

* Saat Hati Bicara #10- Mata Dita berkejap kejap, seakan tak percaya pada apa yang dikatakan Santi.
"Itu benar, jadi kamu jangan pernah mimpi bisa mendapatkannya," bagai pisau tajam kata2 Santi itu menusuk ulu hatinya. Perih, dan membuat matanya berlinang linang.

* Saat Hati Bicara #11- Panji mendorong tubuh Santi pelan kemudian berdiri menjauh.
"Santi, jaga sikapmu," tegur Panji kesal.
"Ma'af ya bu Tarjo, so'alnya kami itu kan sebenarnya dijodohkan.. tapi..."
"Santi, ada pasien menunggu kamu didalam, jangan bicara yang tidak2" Panji memotong dengan kesal.

* Saat Hati Bicara #12- Laras menatap bu Tarjo, seakan mencari jawaban, apakah bu Tarjo setuju seandainya mas Panjinya melamar Maruti.. Tapi bu Tarjo menghela nafas berat. Sangat berat. Laras merasa heran, kok bu Tarjo seperti nggak suka? Mas nya yang ganteng, yang sudah mapan, yang penuh perhatian sama keluarganya, akan ditolaknya ?

* Saat Hati Bicara #13- Maruti tak menjawab apapun. Dipandanginya ibunya yang masih berlinangan air mata. Hanya karena Dita jatuh cinta maka ibunya menangis nangis seperti ini? Maruti tak mengerti. Sekarang, ketika seseorang ingin merenggut Panji darinya, ia merasa, bahwa dirinya memang benar2 jatuh cinta pada Panji.

* Saat Hati Bicara #14- Maruti menghentikan langkahnya dan menunggu pengendara mobil itu mendekat. Tapi Maruti heran, yang keluar dari mobil itu adalah Laras.
"Wah, beruntung kamu belum berangkat."
"Tumben pagi2 sudah sampai sini." sapa Maruti menyambut kedatangan tamunya.

* Saat Hati Bicara #15- "Ada apa?" tanya Laras ketika dilihatnya wajah Panji tampak tegang.
"Maruti barusan ditilphone ibunya, katanya Dita kesakitan."
"Sudah dibawa kerumah sakit?"
"Nggak mau, katanya menunggu aku,"

* Saat Hati Bicara #16- Pandu terpaku dimobilnya. Ada bara menyulut dadanya. Panas, tapi mengapa? Hanya melihat Maruti pergi bersama Agus dan anaknya, apakah itu salah?
"Ya salah lah, kan aku mau mengajakmu pulang bersama dan berbicara hal2 yang tadinya kamu bicarakan tentang Dita, mengapa kamu pergi bersama Agus?" bisiknya lirih penuh rasa kesal.

* Saat Hati Bicara #17- Sampai diteras rumah, tak ada seorangpun disana. Maruti pasti sudah sampai di kantor, Dita.. tidurankah karena sedang sakit? Panji hampir memencet tombol bel rumah ketika tiba2 Dita muncul didepan pintu. Wajahnya berbinar begitu melihat Panji dihadapannya.

* Saat Hati Bicara #18- "Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Agus
"Sebentar Pras, baru aku pikirkan."
Keduanya kembali ketempat duduk. Ketika itu Maruti dan Dita sudah keluar dari ruang perawatan. Wajahnya kusut, bekas2 air mata masih tampak.

* Saat Hati Bicara #19- Bergegas dipanggilnya taksi yang kebetulan mangkal didepan rumah sakit itu. Hatinya gundah gelisah. Bagaimana kalau terjadi apa2 dengan adiknya? Ya Tuhan, selamatkan dia.. selamatkan dia.. bisiknya dalam hati. Jalanan yang masih sepi itu sesungguhnya sangat lancar bagi pengendara apapun untuk melaju.

* Saat Hati Bicara #20- Panji merasa panik ketika tiba2 ponsel itu dimatikan. Ia mencoba menghubungi nomor itu lagi tapi tak terjawab. Yang kemudian diterimanya adalah sebuah pesan SMS : KALAU INGIN DITA SELAMAT, JANGAN PERNAH LAPOR POLISI.

* Saat Hati Bicara #21- Sasa sangat gembitra, kaki kecilnya meloncat loncat .. sambil tertawab tawa riang. Laras tersenyum. Puas bisa membuat Sasa tertawa. Es krim pembelian telah dibungkus, Laras membayarnya. Namun tiba2 Sasa berteriak. :" Mamaaaaaa..."

* Saat Hati Bicara #22- Perempuan itu masih muda, cantik, berkerudung, sedang tersisak ditempatnya duduk. Tadi tiba2 beberapa laki2 menangkapnya, hanya karena terus menerus memandangi Sasa, yang tampaknya tertarik pada balon dagangannya. Beberapa laki2 membawanya, menyeretnya dan memaksanya masuk kedalam mobil.

* Saat Hati Bicara #23- Panji tertegun. Ia merasa tak kenal nama itu. Siapa dia?
"Siapa ya?"
"Ada hal penting yang harus anda ketahui, ada seorang gadis dan seorang anak kecil yang butuh pertolongan anda segera."

* Saat Hati Bicara #24- Bagaimanapun para pencari juga letih, dan tentu saja lapar. Disebuah warung mereka berhenti, makan dan minum. Dita sedikit merasa segar, karena sesungguhnya diapun lapar.
"Sebenarnya aku curiga pada pak tua itu," tiba2 kata Agus.

* Saat Hati Bicara #25- Laras terpaku sejenak, kemudian ingin berteriak memanggil. Tapi hati warasnya menahannya. Tak mungkin Sasa sendirian, pasti ada Santi disitu.
Laras berfikir bagaimana caranya bisa mengambil Sasa dan menyerahkannya pada papanya. Tampaknya Sasa memang sakit, ada selang infus terhubung ke lengannya.

* Saat Hati Bicara #26- Agus mendekati Dita perlahan, tak sampai hati ia mengatakannya.Ia kembali menelpon Endang untuk memastikan bawa perawat itu sudah berangkat.
"Dita, aku titip Sasa sebentar ya, aku akan mengurus kekantor tentang keberadaan Sasa disini. "
"Baiklah pak," jawab Dita sambil mengangguk.

* Saat Hati Bicara #27- Laras masih terdiam, matanya memandangi Agus yang juga menatapnya tajam, seakan mengatakan bahwa ia serius dengan kata2nya.
Laras tertunduk, terkulai dalam risau yang tak terbendung, tapi ia bingung akan mengatakan apa.

---oo---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER