Ia kembali bertanya kepada papa nya. Namun tak mendapatkan jawaban. Suci keluar rumah berjalan tergesa dengan mengangkat rok pengantinnya yang sempit. Mencari pamannya. Terlihat para tamu yang juga ikutan panik mencari informasi keadaan calon pengantin pria.
Suci berjalan seraya menangis. Mama Suci memberhentikan Suci. Memeluk Suci.
"Sabar nak, kamu berdoa semoga rombongan Alex gak kenapa - kenapa. Kita belum mendapat kabar pasti" mama Suci menenangkan Suci.
Suci terduduk. Berusaha menenangkan diri seraya berdoa. Agar calon imamnya dalam keadaan baik.
"Paman gimana keadaan Alex?" Suci menghampiri pamannya yang baru datang.
"Ci, kamu yang sabar ya. Mobil yang ditumpangi Alex serta ayah bundanya masuk ke jurang bukit. Ada truk yang remnya blong. Menabrak mobil Alex hingga mobil Alex terjun bebas ke jurang" cerita paman Suci.
"Ya Alloh,, musibah apa ini, cobaan apa lagi ini" Suci menangis meraung. Keluarga yang lain ikut menangis melihat derita Suci.
"Paman gimana keadaan Alex?" Suci bertanya dengan derai air mata.
"Belum tau Ci, mobil Alex baru diangkat dari jurang. Sekarang mereka dibawa menuju rumah sakit terdekat" jelas paman Suci.
"Paman, ayok antar aku. Aku mau kerumah sakit sekarang!" Suci melangkah menuju mobil diikuti mama, papa dan pamannya.
Sepanjang jalan Suci tak berhenti menangis seraya berdoa, semoga Alex baik - baik saja.
Sesampainya dirumah sakit. Ramai terlihat orang - orang memakai kebaya. Sudah dipastikan itu adalah keluarga rombongan Alex. Mereka menangis menyambut kedatangan Suci.
Suci masuk kedalam rumah sakit. kakak dan adek alex menangis memeluk Suci. Mereka berdiri di luar ruangan UGD.
"Kalian gak kenapa - kenapa?" Tanya Suci.
"Enggak kak, kami beda mobil. Mobil abang paling depan. Saat mobil menaiki bukit dari arah berlawanan sebuah truk kehilangan kendali lalu menabrak mobil abang" adik Alex menjelaskan dengan tangisan tersedu - sedu.
"Gimana keadaan abang dek?" Tanya Suci.
Tidak ada jawaban. Hanya reaksi mereka yang merespon pertanyaan Suci dengan tangisan semakin menjadi. Suci semakin panik.
Dokter keluar dari ruangan.
Semua orang berdiri berebut menghampiri dokter ingin mengetahui keadaan Alex, bunda serta ayah Alex.
"Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun takdir tuhan berkata lain. Nyawa ibu tidak bisa kami tolong" ujar dokter.
Sontak kakak dan adik Alex meraung memanggil bunda mereka.
"Gimana keadaan ayah serta abang dok?" Tanya adek Alex seraya menangis.
"Kondisi bapak masih kritis dan belum sadar"
"Sedangkan kondisi calon pengantin..." Dokter melihat sekitar, ia menatap Suci yang masih mengenakan kebaya pengantin.
Lalu melangkah menghampiri Suci.
"Pak, bu" dokter memanggil papa dan mama Suci. Seperti memberi isyarat agar berada di samping Suci. Suci terdiam. Hatinya semakin kalut. Menanti kabar keadaan Alex. Seluruh keluarga memasang wajah tegang menunggu dokter berbicara.
"Maafkan saya, saya sudah berusaha. Mohon maaf saya harus memberi kabar ini. Alex tidak bisa kami selamatkan" kata dokter.
Terasa lemas seluruh tulang Suci. Dengan sigap mama dan papa Suci menangkap tubuh Suci.
"Gak mungkin..!" Teriak Suci disusul tangisan pilu. Ruangan banjir air mata. Sebagian keluarga menangis seraya menenangkan kakak serta adik Alex, sebagian lagi menabahkan hati Suci.
Lama Suci terduduk lemas menangis. Hingga petugas rumah sakit memberi ijin melihat jenazah Alex serta bundanya.
Kakak dan Adik Alex berebut masuk keruangan jenazah. Terlihat adik Alex pingsan tak mampu menahan kesedihannya.
Suci berjalan gontai dipapah sanak saudara Alex.
Saat baru memasuki ruangan Suci melihat jenazah Alex, suara tangisan Suci semakin keras. Keluarga sibuk menenangkan Suci.
"Ci, kasihan Alex. Ikhlaskan ya nak?" Suara bibi Alex menenangkan Suci. Suci menarik nafas dalam. Air matanya tak bisa berhenti.
Saat ia berada disamping Alex. Ditatapnya wajah Alex yang membiru. Terlihat luka di bagian kepalanya.
"Lex, kamu tampan dan gagah Lex dengan baju pengantin ini. Lex lihat aku Lex. Aku sudah cantik. Aku sudah dandan, aku siap menjadi istrimu Lex" kata - kata Suci makin membuat yang hadir menangis pilu.
"Lex, bangun Lex. Lihatlah aku sudah memakai kebaya putih pilihanmu Lex. Lex bangun Lex. Mana janjimu untuk menghalalkan aku?" Kembali Suci berkata pilu.
"Ci, sabar ya nak" bibi Alex menangis memeluk Suci.
Tibalah waktunya jenazah Alex beserta bundanya dibawa kerumah duka.
Suci berada di ambulance yang membawa jenazah Alex.
Perjalanan yang cukup panjang. Sepanjang jalan mata Suci terpaku melihat jasad Alex tertutup selimut putih.tak ada suara. Air mata Suci tak mengalir lagi. Ntah apa yang ada pikiran Suci. Melihat calon suaminya telah terbujur kaku.
Tiba dirumah duka. Suci keluar dari ambulance. Tak lama mobil ambulance jenazah bunda Alex pun datang. Seluruh yang hadir menangis menyambut dua jenazah keluarga mereka.
Bu Dewi datang memeluk Suci. Suci kembali menangis. Bu dewi membawa Suci duduk didalam. Sedikit menjauh dari jenazah Alex diletakkan.agar Suci bisa menenangkan hatinya.
Salah satu keluarga Alex memberikan pakaian ganti kepada Suci.
"Nak, ganti dulu ya bajunya"
Suci hanya mengangguk. Tubuh Suci dibantu berdiri oleh beberapa orang menuju kamar untuk berganti pakaian.
***
Suci masih terduduk. Menunggu jenazah Alex dimandikan serta dikafankan.
Sebelum dimakamkan. Kakak serta adik Alex mencium jenazah Alex.
Air mata Suci mengalir deras
"Lex bahkan untuk menyentuhmu terakhir kalinya pun aku tak bisa" tersedu Suci berkata melihat adik dan kakak Alex bergiliran mencium jenazah Alex dan bundanya.
Para pelayat menangis mendengar perkataan Suci.
Tibalah saat jenazah Alex dikebumikan. Suci berdiri disisi makam Alex.
Tiba - tiba pandangan Suci menjadi gelap.
Orang - orang serta papa Suci sibuk membawa tubuh Suci yang pingsan menjauh dari kerumunan.
Ya, akhirnya Suci pingsan tak mampu menghadapi kenyataan hidupnya yang sungguh memilukan.
***
Puluhan tahun telah berlalu. Terlihat sosok wanita tua duduk dikursi taman rumah bersama seorang anak kecil.
"Selamat pagi ma" seorang lelaki muda mencium wanita tua itu.
"Ma, Buya turun kerja dulu ya"
Ya lelaki itu adalah Buya anak Suci. Dan wanita tua itu. Tentu saja Suci.
"Ale sayang temanin nenek ya, jangan nakal. Suster tolong liatin mama dan Ale ya?" Kata Buya lalu melangkah pergi.
"Nek, maaf saya bawa Ale kedalam dulu ya mau bersihkan poop Ale" pamit susternya Ale.
Suci tua hanya mengangguk mencium bocah mungil yang bernama Ale.
Ya, Suci sekarang sudah tua.
"Lex, apa kabar kamu disana? Kamu menunggu aku kan Lex? Aku tinggal menunggu waktu ku yang tak lama lagi akan menyusulmu" terlihat bulir kristal menetes di pipi keriput seorang Suci tua.
"Semenjak hari itu sampai detik ini hatiku hanya ada kamu Lex. Hatiku telah kau bawa pergi".
"Lex jadikan aku istrimu di akhirat nanti, aku sudah punya nama panggilan sayang buatmu" tersenyum Suci tua memandang langit.
"Lex aku masih mencintaimu dan tetap mencintaimu"
-T-A-M-A-T-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel