Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Rabu, 19 Januari 2022

Aku Disini Menunggumu #5

Cerita Bersambung

Jam 09.30 semua petinggi Global sudah berkumpul di ruang meeting. Ada seperti rasa tak sabar untuk lebih mengenal sang CEO baru yang keramahannya udah menyebar ke seluruh penjuru kantor. Belum lagi sosoknya yang sangat menarik perhatian. Sayang sekali staf dengan posisi dibawah manager tidak diundang dalam rapat...kalau tidak, bisa dibayangkan gimana riuhnya.

"Assalammualaikum, selamat pagi mas-mas, bapak-bapak dan mbak..." ucap Arya sambil melihat kearah Vita, wanita satu-satunya di dalam ruangan.

Semua tertawa kecil melihat ekspresi Arya. 1

"Rileks saja ya, ini hanya briefing singkat karena aku tau semuanya pasti punya banyak task yang harus diselesaikan di ruangan masing-masing. Aku hanya pengen tau sekilas tentang keadaan Global sekarang ini dari setiap divisi. Ntar laporan lengkapnya bisa aku baca secara tertulis." Arya berhenti sebentar menatap wajah-wajah serius yang sedikit mencair.
"Well, seperti yang kita tau semua, FF Group mempunyai beberapa perusahaan lain. So, aku disini bukan hanya untuk Global tapi juga mengurusi beberapa perusahaan lain, tetapi basenya tetap di Global. Jadi ntar Vita job desknya akan bertambah karena juga mengatur jadwal meeting dengan urusan perusahaan lain. Aku harap tidak merepotkan ya. Kita punya berapa secretary?"

"5."
"Good, sangat cukup. Okay, let's start."

Briefing dimulai oleh Direktur Keuangan. Semua serius menatap layar proyektor. Bagian marketing dan beberapa bagian lain menyusul.
Mas Andy sebagai Direktur Bagian Tekhnik dan IT memberikan briefing khusus bagian tekhnik saja, sementara bagian IT disampaikan oleh Bagas.

Tiba giliran Bagas yang tampak agak nervous. Bagas menekan tombol enter dari laptopnya dan muncullah photo Aerin yang berkacamata stylist berwarna ungu dengan senyum menggoda. Semua tertawa.
Arya bengong menatap gambar cewek di layar proyektor. Ia seperti mengenal wajah itu dan ada sesuatu yang dipakai gadis itu yang membuat ia merasa sangat familiar, lebih familiar dari wajah cantiknya. 3

"Maaf, Pak Arya. Seharusnya Mbak Ririn yang kasih briefing, tapi karena sedang cuti, saya yang gantikan." Semua bersorak kegirangan.
"Ah, kamu tau aja cara menggoda orang."

Mas Andy menyikut perut Bagas. Memang anak buah Aerin kocak-kocak saat memang ingin bercanda, tapi saat bekerja di depan komputer, jangan harap bisa mengajak mereka bercanda.

"Good idea, jadi pada refresh ya," ucap Arya yang membuat semua tertawa lagi. Ternyata CEO baru juga suka bercanda seperti Pak Rasyid.

Briefing yang diberikan Bagas berjalan sukses. Sebenarnya Bagas menampilkan photo Aerin untuk menyemangatinya saja. Ia suka nervous saat harus bicara di depan banyak orang.
***

Hari pertama berada di Global membuat Arya cukup tau gambaran jelas perkembangan Global. Sebelum ini ia hanya mendengar sekilas laporan dari papa, karena di Amerika ia sibuk mengurusi perusahaannya sendiri yang bergerak di bidang arsitektur. FF Group otomatis dipegang penuh oleh papa dan mama dengan menempatkan CEO terbaik sehingga papa dan mama hanya perlu mensupervisi saja.

"Bos, mau lunch apa?" Suara Vita terdengar dari Pabx.
"It's okay. Temanku bentar lagi kesini. Namanya Indah." 6
"Okay." Hm...hari pertama langsung menampakan kepemilikan.

Vita tersenyum sendiri dan benar saja tak beberapa lama terdengar telepon dari Wiwid dari meja resepsionis.

"Mbak Vita, ada Miss Indah yang mau bertemu dengan Pak Arya." 1
"Okeeh, wid. Silahkan kirim keatas." Wiwid tersenyum, lalu mengantar sang tamu ke lift vip.

Tak beberapa lama sosok perempuan langsing cantik berambut lurus sebahu, keluar dari lift. Wajahnya sangat familiar. Vita mencoba mengingat dimana ia pernah melihat wajah ayu yang memakai softlense berwarna coklat itu.

"Halo, aku Vita, sekretaris Pak Arya. Mari aku antar ke ruangan Pak Arya," tawar Vita beramah tamah. Sosok yang menenteng paper bag berisi makanan itu, diam sesaat.

"Tidak usah, tunjukin aja yang mana ruangannya."
"Oh, oke. Ruang yang paling ujung," tunjuk Vita ke arah sebelah kiri.
"Thanks." Vita menatap sampai sosok yang berjalan bak di atas catwalk itu memasuki ruangan Arya. 

Ah...catwalk, ia ingat sekarang. Itu adalah Indah Clarissa, salah satu model terkenal. Oh my god, Pak Arya!
***

"Mbak Vita, pick up please." Suara si Wiwid lagi. Pasti mau cek dan ricek.

Vita mengangkat telepon.

"Apaah?"
"Yang tadi itu Indah Clarissa, mbak."
"Iya, aku tau. So, what?" Goda Vita yang tau banget pembicaraan akan mengarah kemana.
"Masalahnya baru aja semua terpesona sama pak bos, eh...pemiliknya langsung datang. Di group chat pada heboooh." Wiwid ketawa keras. Vita ikutan ketawa.
"Lunch di cafetaria yuuk."
"Siiip, aku tunggu ya."

Vita meletakkan telepon, lalu mengecek group chat di hp nya. Bener saja, heboh!

'Belum tentu juga, itu...itunya. Fighting, girls!'

Sontak chat dari Vita membuat yang membaca tertawa ngakak. 'Itu...itunya' ntah apa maksudnya. Wiwid sampai terpingkal-pingkal. Chat jadi beralih topik membahas maksud 'itu...itunya' ala Vita.
Begitulah keseharian di Global. Keakraban yang seperti keluarga sendiri. Makanya susah banget untuk ke lain hati. Bekerja disini seperti berada di rumah sendiri.
***

Indah menatap Arya yang lahap menghabiskan nasi pecal yang dibawanya. Menu yang sangat sederhana sebenarnya, tapi bagi Arya yang sudah sangat lama bermukim di Amerika, itu adalah menu istimewa yang sangat dirindukannya.
Arya sudah 1 minggu kembali ke Jakarta tapi belum sempat kemana-mana. Padahal ia ingin sekali keliling mencoba makanan kesukaannya. Pecal ini salah satunya, makanan favoritnya saat ia SMP dari kedai kecil di belakang sekolah.

"Makasih," ucap Arya setelah menghabiskan 2 bungkus pecal.
"Sorry, ngerepotin."
"No. Cara kamu makan, bikin aku bernostalgia." Arya tertawa.
"Kamu berubah banyak."

Indah tak kuasa menyembunyikan kekagumannya. Pria ini dulunya pernah menyatakan cinta kepadanya, saat mereka duduk di SMP, tapi ia menolaknya. Mereka saling mengenal sejak kecil karena tinggal dalam komplek perumahan dan bersekolah di tempat yang sama.

"Aku masih Arya yang sama."
"So, kamu memang akan menetap disini? Tidak ada rencana balik ke Amerika?"
"Ada urusan pribadi yang harus aku urus. Setelah itu selesai, we will see. Tapi aku prefer tinggal disini."
"Urusan pribadi?" Tanya Indah dengan wajah penasaran. Arya mengangguk dengan mata menatap jauh ke balkon.

Indah memperhatikan setiap detailnya. Dia bukan Arya yang dulu. Arya yang selalu menatapnya dengan penuh cinta. Arya yang sekarang dengan fisik berbeda, menatapnya dengan ekspresi biasa saja. Seperti menatap seorang teman lama.
Keadaan menjadi terbalik, Indah yang dulu sangat terganggu dengan sosok Arya yang selalu mencoba mencari perhatiannya, sekarang ini tak kuasa menolak pesona Arya.

==========

Menjelang 1 jam sebelum jam resmi bubaran kantor, Vita mengajak Arya untuk berkeliling.
Mereka mulai dari pos security dan ruangan driver. Setelah itu menuju ke lobby, bertemu dengan para resepsionis dan staf customer service. Semua happy banget bisa melihat dan bersalaman dengan CEO baru yang sangat nyaman buat dipandang.
Naik ke lantai 2, singgah di ruangan operator yang semua stafnya tampak sangat sibuk. Arya hanya melambaikan tangan saja.

Selanjutkanya kunjungan ke bagian Sales dan Marketing yang dipenuhi dengan staf-staf muda penuh energi. Ruangan Public Relation sedang ada diskusi serius dalam beberapa grup. Mereka sedang merencanakan sebuah acara yang diberi judul 'A Beautiful Night with Global' dalam rangka launching paket telpon baru.

Setelah menjelajah, sampailah di lantai 14, tempat staf Tekhnik dan IT bermarkas. Andy menyambut kedatangan mereka.

"Ini ruangan tekhnisi."
"Halo...Niced to meet you all," sapa Arya sambil berjalan dan menyalami staf. Arya memperhatikan sekeliling, ruangan tekhnik sangat luas dan lengkap dibanding ruangan-ruangan yang telah dikunjunginya.

"Tekhnik dan IT, 2 bagian yang paling sering nginap di kantor. So, fasilitas sangat lengkap," terang Vita yang menangkap kepuasan di ekspresi Arya.

Lantai 14 ini mempunyai fasilitas lengkap saat Pak Rasyid memimpin. Pak Rasyid sangat terganggu melihat staf Tekhnik dan IT yang ketiduran diatas meja kantor atau bahkan di lantai, saat harus bergadang.

Sejak saat itu Pak Rasyid mendekorasi ulang lantai 14 menjadi ruang kerja yang sangat nyaman untuk bekerja dan beristirahat.

"Thank you, Mas Andi. Kami ke IT ya, bye semua."
"Bye mbak itu...itunya."

Ada yang nyelutuk. Vita tertawa ngakak yang diikuti oleh yang lain. Arya yang tak mengerti, hanya tersenyum melihat wajah geli Vita.
Mereka menuju ke ruangan bagian kanan lantai 14. Pintu masuk memakai kunci pintu digital menggunakan password. Arya melihat Vita yang menekan beberapa nomor.

"Dulu ada yang mencoba masuk, makanya dipakaiin password dengan sensor bola mata yang diciptakan spesial oleh IT kita. I am registered, Pak Arya belum," info Vita.
"Ntar nunggu Ririn balik, Pak Arya bisa akses ke ruangan ini.
"Okay."

Begitu pintu terbuka, mata Arya terbelalak melihat ruangan dalam. Cantik, desain interior maskulin yang dipadu sempurna dengan sentuhan girly. Melihat isi dalam ruangan, seperti kita berada di showroom perabotan mewah.
Ada sofa warna warni yang dari tampaknya saja pasti berharga mahal, meja kerja stylist berdesain minimalis. Cat dinding berwarna stone white membuat ruangan lebih hidup dan cocok dengan warna warni perabotan.
Ada layar komputer berukuran besar yang tertata rapi di beberapa bagian ruangan. Pekerjaan serius IT jadi bisa diimbangi dengan interior ruangan yang bikin betah dan rileks.

Di sudut lain ada meja makan panjang yang sepertinya sengaja didesain supaya semua penghuni ruangan bisa menikmati makan bareng. Set dapur lengkap dengan kulkas side by side. Di ujung ruangan ada 2 kamar tidur. Seperti di ruangannya, balkon disini juga ditata penuh tanaman dengan kursi duduk ala taman. Perfect! Bahkan isi dari ruangan ini lebih mewah dari ruangan CEO.

"Ruangan ini sangat berbeda dengan ruangan lain karena Ririn IT Expert, mendekor dan membeli sendiri perabotannya dengan uang pribadi."
"Oh ya?" Vita mengangguk.
"Dia menghabiskan hampir 24 jam disini, pulang ke rumah cuma buat tidur saja. Bahkan dia sering nginap disini."

Arya tersenyum. Sebegitukah loyalnya para staf Global? Tapi melihat staf-staf di ruangan ini, itu terlihat jelas. Kehadiran ia sebagai CEO bahkan tak sedikitpun membuat semuanya kehilangan fokus dengan apa yang sedang mereka kerjakan.
***

Hari kedua Arya ngantor, pagi-pagi Vita sudah diinfo akan ada teman wanitanya yang datang. Namanya Nadine.
Seperti siang kemarin, yang ini juga datang membawa paper bag berisi makanan. Nadine juga secantik Indah, tinggi langsing bak supermodel. Wajahnya juga sangat familiar, tapi Vita tidak ingat pernah melihatnya dimana.

"Aku senang banget kamu kembali." Mata Nadine berbinar-binar sambil memeluk Arya.
"My best friend." Arya membalas pelukan Nadine.
"Liat kamu sekarang, aku hampir gak bisa ngenalin kamu."

Arya tertawa. Nadine masih seperti Nadine yang dulu. Nadine yang heboh tapi baik hati. Salah satu teman wanita sekelas yang bisa menerima fisiknya yang gendut.

"Dan liat kamu sekarang, udah jadi designer top," puji Arya.

Walaupun tak pernah menghubungi teman-temannya selama ia tinggal di Amerika, tapi ia mengikuti perkembangan mereka. Hal pertama yang ia lakukan setelah kembali ke Jakarta, adalah menghubungi mereka.
Arya mengeluarkan sebuah kotak mungil dari sakunya.

"Apaan?" Tanya Nadine dengan mimik wajah lucu.
"Hadiah buat yang baru bertunangan."
"Oh...makasih."

Nadine membuka kotak mungil itu. Ada bros bergambar bintang yang dihiasi berlian-belian kecil di semua ujung sisinya. Nadine suprised banget karena sahabatnya itu masih mengingat akan hobinya yang suka menghabiskan waktu di malam hari, mencoba menghitung bintang.
Mereka hanya bertemu sekitar 30 menit karena jadwal Arya sangat padat.

Bersambung #6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER