Cerita bersambung
[Gathan POV.]
Aku hanya tersenyum melihat Anna yg ngibrit lari ke kamar mandi. Handuk yg seharusnya aku berikan padanya kutaruh diatas ranjang. Paling nanti dia akan mengambil sendiri handuknya. Dan aku segera keluar kamar. Aku ingin melihat kedua adik iparku yang malam ini ikut menginap disini. Jangan sampai ia terkontaminasi virus dari Mara.
Saat menuruni anak tangga aku agak curiga. Tak ada suara kegaduhan. Biasanya baik Mara ataupun Risty, paling ribut kalau sudah ketemu. Apalagi di tambah Rasya. Pasti mereka sudah saling ledek atau saling ngerjain satu sama lain. Tapi kali ini nampak hening. Atau mereka sudah pada tidur ? Ah.... mustahil. Baru juga jam 9. Biasanya mereka malah hoby begadang. Apalagi Mara yg sudah mirip hansip kompleks saja.
“Hellooooo.... pada kemana nih?” teriakku. Siapa tau mereka ada disatu ruangan. Sedang ngumpul main kartu atau ngocol bareng.
Tapi tak ada jawaban. Yang nongol malahan mbak Susi, pembantu kami yang rada ganjen kalau liat cowok ganteng temanku atau teman Mara yang berkunjung kemari.
“Cari siapa mas?” tanya mbak Susi.
“Anak-anak bandel itu pada kemana mbak ?” sahutku yg menanyakan keberadaan Mara, Risty dan Rasya.
“Tadi ada mas. Mungkin lagi keluar sebentar atau ke kebun belakang,” jawab mbak Susi.
“Oh... ya sudah. Nanti kalau mereka pulang, tolong bilangin, besok pagi jangan kemana- mana dulu. Tunggu saya,” ucapku pada mbak Susi.
“Iya mas. Nanti mbak sampaikan,” jawab mbak Susi.
Aku pun meninggalkan mbak Susi dan kembali naik kelantai atas. Saat melintasi kamar Mara, aku coba membuka pintu kamarnya. Ternyata tidak dikunci. Dan saat kulihat kedalam memang nampak kosong. Berarti memang Mara masih di sekitar rumah. Sebab kalau Mara pergi keluar rumah, ia pasti mengunci pintu kamarnya. Aku bernapas lega. Setidaknya adikku itu tidak mengajak Risty dan Rasya pergi keluar. Bisa bahaya anak gadis orang kalau sampai ikut Mara ketempat hangoutnya.
Merasa semua aman, aku memilih kembali ke kamarku. Mungkin Anna sudah selesai mandi. Sengaja aku membuka pintu perlahan. Aku bermaksud mengagetkannya. Tapi saat pintu kamar terbuka, justru aku yang dibuat kaget dengan pemandangan di depan mataku. Nampak istriku berdiri disamping ranjang, masih dalam keadaan basah dan rambutnya terurai. Dan yang membuat mataku jadi membelalak, justru karena saat itu Anna dalam keadaan polos, tanpa ada selembar benang yang menutupi tubuhnya yang putih mulus dan berkilau karena masih basah.
Anna juga nampaknya shock melihat kedatanganku yang tak diduganya. Ia terpana menatapku seolah lupa menutupi tubuhnya yang terekspose jelas. Tapi kemudian dia sadar akan kondisinya dan berteriak.
“Kyaaaaaaaaaa.”
Aku pun jadi terkaget. Jangan sampai jeritan Anna terdengar oleh orang lain. Bisa berabe kalau orang salah anggapan nantinya. Bisa-bisa aku dituduh suami sadis yang minta jatah malam pertamanya dengan kekerasan.
Yang lebih lucu lagi Anna. Sambil teriak, ia malah menutup mata dengan kedua tangannya. Bukan malah menutupi tubuhnya yang telanjang. Sehingga pemandangan nan seksi dan aduhai itu bisa kunikmati sekian detik. Lagi pula gak dosa kan. Toh dia juga istriku. Dah halal keleees.
Aku cepat menghampiri Anna. Kuambil handuk dan segera aku tutupkan ditubuhnya. Ia pun segera tanggap berbalik badan dan memakai handuknya. Aku hampir saja tertawa geli. Tapi untung cepat kucegah. Bisa-bisa nanti Anna malah tersinggung.
“Abaaaaang.... kok gak bilang-bilang mau keluar? Trus munculnya mendadak lagi,” protes Anna dengan suara agak kesal.
“Sori deh sayang. Tadi abang kira kamu mandinya pasti lama. Jadi abang ke bawah dulu ngecek Mara, Risty dan Rasya,” jawabku sambil menahan tawa.
Muka Anna masih merengut kesal, “Trus kenapa gak ketuk pintu dulu kalau mau masuk?” Anna menatap sadis padaku.
“Tadinya abang mau bikin kejutan, eh... malah abang yang terpesona dengan pemandangan yang aduhai... Aawwwwwwwwww,” diakhir kalimatku aku menjerit kesakitan saat perutku terasa seperti disengat kalajengking. Yaa ampun... ternyata istriku ini diam-diam sadis juga. Perutku berulangkali jadi sasaran cubitannya.
“Sakit sayaaaaang,” protesku. Tapi Anna malah mendelik. Wooow... ia nampak seksi kalau begitu. Apalagi dia masih berkain handuk. Bahu, betis, dan sebagian pahanya masih bisa kulihat dengan jelas.
“Rasain... dasar porno, sama aja dengan adiknya,” umpat Anna kesal. Oh my God. Istriku ini rupanya pintar marah juga.
Habis berkata begitu Anna langsung balik badan dan kembali lagi ke kamar mandi. Tidak lupa ia mengambil pakaian ganti yang sebenarnya tadi sudah ada di depan pintu kamar mandi. Mungkin ia lupa. Kalau saja ia ingat, mungkin ia lebih memilih memakai pakaian itu dalam keadaan tubuh masih basah. Daripada harus nekat berbugil ria dan mengambil handuk.
***
“Sayaaaaaang.”
“Heeeeeemmmmmmm.”
“Yaaaaaaang......”
“Emmmmmhhhhhh.”
“Annaaaaaaaaaaaa.”
“Iya abang sayang. Ada apa sih ?”
Gathan menghampiri Anna yg sudah hampir satu jam duduk di meja rias. Ada-ada saja yang dikerjakan istrinya itu. Apa Anna terkena syndrome malam pertama ya? Perlahan Gathan meletakkan kedua tangannya dibahu Anna. Bahu itu memang terbuka. Karena Anna mengenakan baju tidur dengan model terekspose bahu sampai kelengannya. Tapi bukan lingerie yaaaa.
Lambat laun Gathan tak hanya meletakkan tangannya saja di bahu Anna yang mulus itu. Sekarang bahkan ia mengelus-elusnya dengan lembut. Gathan merasakan kalau Anna memang lagi terkena syndrome. Buktinya tubuh Anna sekarang berkeringat dan gemetar Menyadari hal ini Gathan berbisik pelan ketelinga Anna.
“Tidur yoook. Tenang aja. Abang akan membuatnya senyaman mungkin.”
Anna menelan air liurnya sendiri. Jujur ia memang takut. Apalagi pernikahannya ini sangat mendadak. Jadi dia sama sekali belum ada persiapan. Meski ia sudah sering mendengar bisik-bisik beberapa temannya tentang malam pengantin, justru saat itu ia cuek-cuek saja. Menurutnya malam pengantin itu akan berjalan senatural mungkin. Tak perlu di pelajari. Otodidak pun bisa. Tapi malam ini ia malah stress sendiri. Ia tak tau harus memulainya darimana. Apa ia harus menuruti Gathan saja. Bukankah suaminya itu sudah pengalaman dalam hal beginian?
Gathan yang melihat keragu-raguan Anna hanya tersenyum. Lebih baik ia yang mengambil kendali saat ini. Di bimbingnya Anna ke tempat tidur mereka. Di ajaknya Anna duduk perlahan diatas ranjang pengantin. Di ciumnya lembut kening Anna. Mata Anna terpejam. Menikmati kesyahduan yang akan segera dirasakannya. Menjadi seorang istri yg lengkap.
Gathan menatap Anna yang masih terpejam. Ia tersenyum lembut. Perlahan dikecupnya bibir Anna. Hanya sekilas. Dan Anna kemudian membuka kedua matanya. Ia menatap Gathan dengan tatapan sayu. Apalagi saat Gathan menganggukkan kepalanya. Anna pun menjawab juga dengan anggukan kepala.
“Huaaaaaahhhhhh... bau banget. Siapa nih yang kentut?” terdengar suara heboh yg mengejutkan Gathan dan Anna. Bahkan Anna cepat meraih selimut dan menutupi tubuhnya.
“Lo... kali yg kentut???” jawab suara yang lain.
“Enak aja. Bang Mara kali tuh yang kentut,” jawab suara itu.
Anna dan Gathan saling pandang. Suara itu jelas ada didalam kamar mereka. Kenapa ada yg menyebut nama Mara. Anna mengenali suara itu seperti Rasya dan Risty.
GUBRAAAAAAK
Pintu lemari besar di pojok kamar terbuka. Tiga orang nampak berebut keluar. Tapi karena terburu-buru mereka malah jatuh terjerembab saling tindih. Gathan melotot melihat ketiganya. Sejak kapan ketiga orang itu bersembunyi di dalam lemari.
“Maraaa... Risty... Rasya... kenapa kalian disini?” tanya Gathan kaget bercampur kesel dan juga heran.
Anna mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut. Dan menyaksikan ketiga orang itu saling tumpang tindih. Yang paling sial adalah Mara. Dia berada di paling bawah. Diatasnya ada Risty yang juga di tindih oleh Rasya. Ketiga orang yang tertangkap basah ini hanya nyengir cengengesan bahkan terkikik geli. Gathan sendiri hampir meledak tawanya melihat kelakuan adiknya dan juga adik iparnya itu. Tapi ia tetap harus jaga wibawa. Apalagi ini tindakan yang salah. Mau tak mau ia harus tegas dan memarahi ketiga orang itu.
“Ngapain kalian disini !” bentak Gathan dengan suara garang.
Tak ada jawaban. Ketiga orang itu malah cekikikan.
“Wooooy... bangun. sakit nih,” teriak Mara yang memang paling apes karena ditindih oleh dua orang.
“Alaaaah... ribut aja elu bang. Lo kan tadi yang kentut. Bikin kacau rencana,” bentak Risty sambil mendorong Rasya dari tubuhnya. Lalu ia cepat bergeser dari tubuh Mara.
Gathan hanya geleng- geleng kepala melihat kelakuan ketiganya. Sementara Anna lebih banyak diam. Ia masih malu dan juga shock dengan kehadiran ketiga tamu tak di undang itu.
“Siapa yang punya ide gila ini ?” tanya Gathan setelah bisa menebak apa yang di lakukan Mara, Risty dan Rasya.
Risty dan Rasya langsung kompak menunjuk Mara. Sementara Mara hanya melotot pada keduanya.
“Bang Mara yang punya idenya bang....” sahut Rasya.
Gathan lagi-lagi hanya geleng kepala, “Apa idenya?” tanya Gathan.
“Eh...itu....heemmmm,” Rasya bingung mau jawab apa.
“Kita mau bikin video siaran langsung malam pertama bang,” Risty yang menjawab sambil menunjukkan handycamnya.
“APAAAAAAA ??????” kali ini Gathan dan Anna kompak kagetnya.
Gathan menghampiri Mara. Dengan gemas ia menjewer telinga adiknya itu.
“Lo tuh kurang kerjaan banget ya. Ngapain ngintip-ngintip sampe mau bikin video segala. Ngapain juga ngajak anak-anak ini jadi rusak,” bentak Gathan.
“Akkkwwwwww....sakit kak. Yeee mereka juga mau kok. Jangan Cuma aku yang disalahin.” Protes Mara.
“Yeeee...tapi kan bang Mara yang punya ide,” sahut Risty.
“Kalian juga salah,” terdengar suara Anna yang ikut membentak. Ia tak habis pikir kenapa adiknya bisa ikut-ikutan Mara yang memang otaknya mesum dan gendeng itu.
“Harusnya kalian menolak dan memberitahukan ini sama abang,” lanjut Gathan menasehati Risty dan Rasya.
“Yeeee... kita kan juga pengen liat,” jawab Risty tanpa dosa. Mara malah ngakak mendengar jawaban Risty yang lugu itu. Sementara Gathan melotot pada Mara. Karena sumber masalah ada pada adiknya itu.
“Sejak kapan kalian di dalam lemari itu?” tanya Gathan pada Risty dan Rasya.
“Sejak sore tadi....” sahut Rasya.
Gathan akhirnya tersenyum geli juga. Ia tidak dapat membayangkan, bagaimana ketiganya bersembunyi didalam lemari hampir 5 jam. Dasar anak-anak bandel. Niat banget mereka mau ngintip malam pertama Gathan dan Anna.
“Mana handycamnya?” tanya Gathan sambil mengulurkan tangan meminta camera ditangan Risty.
“Belum ada yg sempat direkam baaang,” sahut Risty. Ia keberatan handycamnya disita Gathan.
“Berarti kalian tau dong saat kakak teriak tadi ?” tanya Anna tiba-tiba.
Rasya dan Risty saling pandang.
“Denger sih... tapi kami belum sempat buka pintu lemari. Kan ada bang Gathan yang muncul,” jawab Rasya.
Anna menghela napas lega. Ia bersyukur ketiga orang itu tidak tau insiden yg memalukan itu.
“Yaaa... sudah. kemarikan handycam nya. Trus kalian boleh keluar, tapi awas, besok kalian bertiga akan dapat hukuman,” ucap Gathan tegas.
Ketiganya nampak saling tunjuk dan saling menyalahkan. Gathan tersenyum geli melihat ulah mereka itu. Ada-ada saja ulah Mara.
“Sudaaaah... jangan saling menyalahkan. Sana kembali kekamar kalian masing-masing,” ucap Gathan. Dan ketiganya pun melangkah keluar kamar tapi masih tetap saling menyalahkan.
Setelah pintu tertutup Gathan menghampiri Anna. Seketika tawanya yang sedari tadi di tahan pun meledak. Anna pun yang awalnya heran, tapi akhirnya ikut juga tertawa geli. Betapa konyolnya adik-adik mereka. Untung saja cepat ketahuan. Kalau tidak, bisa malu mereka jika adegan malam pertama mereka itu sempat di rekam Risty.
“Bagaimana...lanjuuut?” tanya Gathan pada Anna setelah suasananya kembali normal.
“Hmmmmmm... ngantuk,” jawab Anna sambil menguap.
“Yaaaa... jangan dulu deh,” ucap Gathan kecewa. Bakalan gagal nih malam pertama.
Tapi sesaat kemudian Anna malah tetawa. Ia puas bisa ngerjain Gathan. Dan Gathan yg kemudian sadar kalau di kerjain Anna, langsung melompat keatas ranjang dan menyerbu Anna kedalam selimutnya.
“Akkkkkkwwwww.....” pekik Anna kaget.
“Rasain.... mau ngerjain ya,” jawab Gathan dan langsung main seruduk.
“Ihhhhhhhh... apaaan ini? Eh awas tangannya itu jangan macem- macem ya. Awwwwww... ihhhh. Baaaang.... pelan-pelaaaaaan.”
--- TAMAT ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel