Cerita bersambung
Menunggu adalah salah satu perbuatan yg paling membosankan. Apalagi menunggu pernyataan rasa cinta seseorang kepada kita. Bagi wanita memang tak ada kata lain selain ‘Wait & See’ dalam urusan cinta. Karena kodrat wanita lebih berat pada kata menunggu daripada mendahului. Memang dalam situasi tertentu, seorang wanita boleh saja mendahului untuk mengutarakan perasaannya pada pria yang ia sukai. Tapi untuk hal ini Anna lebih baik memilih menunggu. Meski ia sendiri tak tau apa yang sebenarnya ia tunggu.
Tapi kedekatan Risty dengan Gathan yang akhir-akhir ini makin intens, membuat Anna mulai ragu dan bersikap mundur atau lebih tepatnya mengalah. Meski tak ada kata apapun dari Risty ataupun Gathan. Kabar yang dulu santer tentang Gathan yang suka padanya, sudah dianggap Anna bagai angin lalu saja. Mungkin itu hanya angin sorga yang membuatnya melambung keawan. Tapi realnya justru Gathan lebih memilih Risty. Meski ada rasa sakit di hati Anna, tapi ia lebih memilih tegar dan mengikhlaskan jika memang hal itu harus terjadi.
“Ann..... dipanggil pak Gathan tuh,” suara Dessy membuyarkan lamunan Anna yg sedari tadi hanya menatap kosong pada layar laptopnya.
“Haaaa....” ucap Anna yg terkejut dan membuat Dessy jadi tertawa cekikikan.
“Anna...Anna... melamun saja kerjamu sekarang. Sudah...sana! Dipanggil pak Gathan tuh. Katanya ada hal penting yg ingin ia bicarakan,” ucap Dessy sambil menarik tangan Anna.
“Ah... jangan tarik-tarik dong,” keluh Anna. Entah kenapa dia merasa enggan untuk menemui Gathan saat ini. Tapi Dessy malah menariknya lebih kencang, sehingga Anna seperti setengah berlari. Untung hari ini dia tidak pakai high heels, jadinya tak terlalu masalah baginya.
Gathan yg melihat dari depan pintu saat Anna ditarik-tarik Dessy, hanya tersenyum. Sebuah rencana yang sudah disusunnya nampaknya akan berhasil dan terlaksana dengan baik. Saat Anna sudah ada dihadapan nya, Gathan pun masuk keruangannya sambil berujar pada Anna, “Ayo masuk Riyana. Ada yang mau saya bicarakan.”
Anna yang sudah tak bisa menghindar lagi akhirnya mengikuti Gathan masuk keruangannya. Anna lebih memilih duduk di sofa daripada duduk di kursi didepan meja Gathan. Melihat hal itu Gathab pun tak jadi duduk dikursinya. Dia malah ikut duduk di sofa yang berseberangan dengan Anna.
“Riyana... ada tawaran dari Eva’s Studio.Mereka akan mengambil beberapa foto prewed dengan model pengantin muslimah. Aku rasa kamu cocok untuk modelnya,” ujar Gathan sesaat kemudian.
“Apa pak? Model prewed pengantin muslimah? Saya....?” tanya Anna ragu dan sedikit kaget.
“Iya.... kebetulan proposalnya baru saja masuk hari ini,” sahut Gathan.
“Trus.... kenapa saya?” tanya Anna lagi.
“Aku sudah kasih foto- foto kamu pada Eva’s Studio. Dan mereka setuju kamu yang jadi modelnya,” sahut Gathan.
“Trus.... bukannya prewed itu berpasangan pak. Siapa yg jadi model cowoknya ?” tanya Anna. Terus terang ia ragu jika model cowok nya orang yang belum ia kenal sama sekali. Sudah pasti dia akan gerogi, meski itu hanya sekedar adegan dalam foto prewed.
“Sebetulnya ada model yang sudah Eva’s Studio siapkan. Tapi sepertinya ia membatalkan kontrak Karena mereka meminta kita yang menyediakan model cowoknya, mungkin kita akan pakai Mara sebagai modelnya” jawab Gathan santai sambil melihat reaksi muka Anna.
“Pak Mara pak?” tanya Anna bingung. Ah... kenapa bukan Gathan saja yang jadi model cowoknya. Kenapa harus pak Mara? Memang secara phisik pak Mara jauh lebih ganteng dan ferfect dibanding Gathan. Tapi rasanya Anna lebih suka jika Gathan yang menjadi modelnya.
Gathan secara samar menangkap perubahan air muka Anna. Makanya kemudian dia berkata, “Tadinya aku sendiri yang akan jadi model penggantinya Riyana. Tapi aku banyak kesibukan. Makanya aku meminta Mara untuk membantu project ini.”
“Iya... pak,” hanya itu jawab Anna.
“Jadi kamu setuju kan?” tanya Gathan.
“Insya’Allah pak. Kapan sesi pemotretannya?” sahut Anna.
“Mungkin besok kita mulai pemotretannya. Tapi sore ini kamu harus prepare dulu gaun pengantinnya. Tenang saja, Risty akan membantu kamu,” jawab Gathan.
“Risty???” tanya Anna heran. Kenapa bisa ada Risty.
“Iya... Risty aku serahi untuk mengatur semuanya. Sekalian dia belajar untuk menggarap satu project. Gak ada masalah kan ?” ujar Gathan.
“Gak ada pak,” jawab Anna. Meski ia masih juga heran dengan adanya Risty di project ini. Secara profesional Anna sangat senang adiknya bisa maju. Project ini tentunya langkah awal Risty untuk meraih kesuksesan. Dan Anna ingin berperan dalam kesuksesan Risty. Tapi sebagai wanita biasa, ada rasa cemburu yang menyelubungi hatinya. Kepercayaan Gathan menyerahkan pekerjaan ini pada Risty seolah bukti bahwa Gathan lebih banyak menaruh perhatian pada adiknya itu.
“Oke Riyana. Kalau tidak ada lagi yang ingin di tanyakan, kamu boleh kembali melanjutkan tugas kamu. Jangan lupa nanti sore kamu harus prepare,” ujar Gathan.
Anna pun mengangguk. Ia berdiri dan meninggalkan ruangan Gathan. Meski ada rasa senang bahwa keinginannya menjadi model akhirnya bisa terlaksana. Tapi ada juga kekecewaan yang menyelubungi hatinya.
***
“Loh kok kita preparenya disini Ris?” tanya Anna yang nampaknya agak kebingungan saat di bawa Risty ketempat gedung yg nampaknya sudah dipersiapkan untuk satu acara resepsi pernikahan. Bahkan sepertinya semuanya sudah diatur sedemian rupa.
“Kak... sengaja Risty pilih gedung ini. Jadi kita gak perlu setting tempat lagi. Tadi kita juga sudah izin kok. Biar foto prewednya bener-bener nampak natural, makanya kita pinjem tempat ini. Lagi pula acara resepsinya nanti malam kok. Jadi kita masih punya banyak waktu untuk prepare,” sahut Risty sambil menahan senyum geli. Rasa-rasanya ia tak begitu pandai bersandiwara. Bisa-bisa semuanya berantakan dan terbongkar sebelum waktunya. Mending dia langsung mengajak kak Anna masuk keruangan khusus untuk mendandani kak Anna yg akan menggunakan gaun pengantin.
“Oh... ini pengantin perempuannya yaa?” tanya seorang juru rias yang menyambut kedatangan Anna dan Risty.
“Eh... bukan mbak. Ini cuma model mau foto prewed kok,” sahut Risty cepat. Tapi si juru rias nampak bingung. Katanya ia disuruh merias pengantin. Kok sekarang malah disuruh mendandani model.
“Gak usah bingung mbak. Mungkin yang memberitau mbak lupa menyebutkan kalau ini hanya pemotretan kok. Bukan pengantin beneran kok,” lanjut Risty saat melihat kebingungan si juru rias.
“Tapi yang pesan pak Gathan sendiri loh dek. Gak mungkin salah,” jawab si juru rias yang memang masih nampak bingung.
“Oh.... iya mbak. Maksud pak Gathan, modelnya ini didandani persis pengantin beneran,” jawab Risty. Lama-lama bisa kebongkar juga nih sandiwara, pikir Risty.
“Oo.. ya sudah. Gak masalah kok. Yang penting kan kita melaksanakan pesanan saja,” ucap si juru rias.
Anna juga agak heran dengan kejadian ini. Mana yang bener? Tapi Anna tak begitu menggubrisnya. Meski hanya pura-pura sebagai pengantin, tapi Anna sedikit gerogi juga.
“Gimana? Sudah siap semuanya?” tanya Mara yang tiba-tiba datang.
“Beres bang,” jawab Risty mengacungkan jempolnya.
“Loh... pak Mara belum ganti baju?” tanya Anna.
Mara cuma nyengir. Keren juga rencana mereka. Tapi ia harus tetap menjaganya sampai rencana ini selesai.
“Bentar calon kakak ipar. Nanti aku tinggal ganti baju sebelum sesi pemotretan. Berees,” sahut Mara santai. Ia mengedipkan matanya pada Risty, dan Risty menutup mulut menahan tawanya. Untung saja Anna fokus pada kegiatannya yang sedang di dandani sebagai pengantin. Kalau tidak ia pasti curiga melihat kelakuan Mara dan Risty.
“Jas buat pak Gathan sudah siap kok,” ucap si perias.
“Loh... kok pak Gathan??? Bukannya yg jadi model cowoknya pak Mara?” protes Anna.
“Aku nanti ada acara lain. Makanya digantiin sama kak Gathan aja. Gak masalah kan?” sahut Mara.
Anna diam. Memang itu yang di inginkannya. Meski hanya sesi pemotretan. Anna cukup senang bisa bersanding dengan Gathan dengan pakaian pengantin. Andai ini benar-benar terjadi. Dan bukan sekedar pemotretan. Tentunya Anna akan sangat bahagia.
“Pak Gathannya mana?” tanya Anna kemudian.
“Sabar kak. Mungkin masih di jalan,” jawab Risty. Padahal saat ini Gathan sudah ada diruangan lain bersama papa dan mamanya Anna, juga ada Rasya.
“Ada-ada saja kalian ini nak Gathan. Gimana kalo Anna menolak?” tanya mamanya Anna yang memang kaget saat diberitau rencana ini.
“Serahkan semuanya pada kami ma, semuanya pasti lancar,” sahut Gathan menenangkan.
“Yang penting kita berdo’a saja agar semuanya lancar,” papa ikut nimbrung. Sebagai orang tua ia tentunya bahagia. Hanya saja kerena semuanya sedikit mendadak jadi kesannya kurang mengena dihati.
“Trus undangan yang sudah disebar itu bagaimana? Jika sampai acara ini batal, bisa malu dong kita,” mamanya Anna kembali berkomentar.
“Tenang saja ma, Gathan yakin semua ini akan berjalan lancar. Anna pasti setuju. Gathan jamin kok,” jawab Gathan. Meski ia juga ragu, tapi ia harus kelihatan tetap optimis di depan orang tua Anna
“Trus Anna dimana sekarang? Mama pengen ketemu,” tanya mama.
“Jangan sekarang ma. Kalau mama muncul sekarang, kak Anna jadi curiga dong. Gak mungkin kan kalau cuma pemotretan mama ikut hadir disini. Apalagi mama sudah dandan rapi begitu,” kali ini Rasya yg berbicara. Gathan dan papa pun ikut mengangguk meng-iyakan pendapat Rasya.
Mama nya Anna mendesah. Sebenarnya justru ia yang stress saat ini. Gimana gak stress. Acara pernikahan anak pertamanya berlangsung dadakan begini.Apa kata keluarga besarnya nanti jika mereka datang trus menanyakan kenapa pernikahan ini mendadak. Pasti mereka mikirnya macem- macem. Dari awal dia kurang setuju rencana ini. Tapi mau bagaimana lagi. Ini rencana Risty dan Mara. Sementara Gathan sendiri mempercayakan semuanya pada kedua orang itu.
Mamanya Anna hanya berharap, semoga semua ini memang berlangsung sesuai dengan yg direncanakan dan diharapkan. Jika tidak. Dia tak tau, mesti dikemanakan muka dan rasa malu mereka.
==========
Setelah menjalani sesi rias pengantin, Anna diajak Risty dan Mara menuju satu ruangan. Tapi saat melintas di ruang hallroom, Anna makin kaget saat dilihatnya banyak tamu yang sudah mulai berdatangan. Ia berhenti sejenak dan mengamati para tamu. Kenapa banyak pegawai FMA disini. Lengkap dengan pakaian pesta pula. Hatinya makin diliputi keheranan.
“Ris.... itu kok banyak pegawai kantor kita yg datang? Pake baju pesta segala?” tanya Anna pada Risty yg tak habis tertawa dalam hatinya.
“Itu sengaja calon kakak ipar. Biar kesannya senatural mungkin. Orang yang liat nanti mengira ini betul-betul pesta pernikahan,” Mara yang menjawab pertanyaan Anna, tentu saja sambil melirik Risty yang masih menahan tawanya.
“Ah... ini kan cuma pemotretan. Masak harus ada tamu juga. Apa nanti tamunya di foto juga ?” Anna masih sibuk bertanya.
“Udah deh kak Anna, jangan ngurusin yang begituan. Ayok kita ruangannya bang Gathan. Nanti dia marah kalo kelamaan nunggu,” Risty akhirnya harus menarik tangan Anna untuk berlalu dari situ. Dan Mara ikut terkikik geli.
Mau gak mau Anna mengikuti Risty dan Mara yang menariknya menuju satu ruangan yang disediakan khusus untuk Gathan dan juga keluarga Anna yg sudah menunggu dari tadi.
Saat tiba diruangan itu, Anna betul-betul mau copot jantungnya.
“Kok mama, papa dan Rasya disini juga? Ada apa ini?” tanya Anna bingung. Apalagi saat melihat Gathan yang sudah lengkap juga dengan pakaian pengantin yang senada dengan gaun pengantinnya. Semua pun memandang Anna dengan senyuman. Mama mendekati Anna, kemudian menggandeng putrinya. Diajaknya Anna menghampiri Gathan. Tentu Anna yang makin bingung itu tak tau lagi harus bertindak apa.
Dan saat Anna berdiri dihadapan Gathan, pria itu langsung berlutut didepan Anna. Diraihnya kedua tangan Anna. Anna makin gugup. Ia menatap semua orang diruangan itu bergantian Seolah ia ingin bertanya, ada apa ini?
Tapi saat Gathan mulai menggenggam tangan nya, Anna menatap pria dihadapannya itu. Hanya sesaat. Ia tak berani menatap wajah Gathan lebih lama. Anna pun tertunduk. Bukan hanya tertunduk, malah ia memejamkan matanya. Ia ingin ini hanya sebuah mimpi dan ketika ia membuka matanya, ia akan berada di dalam kamarnya. Dan selesai lah sudah euphoria hatinya saat ini.
“Riyana....” ucap Gathan pelan. Anna masih terpejam.
“Annaaaa....” ulang Gathan.Tapi Anna belum mau membuka matanya
“Anna...buka matanya,” ucap Gathan.
Mendengar itu Anna memberanikan diri membuka matanya pelan-pelan. Dia masih melihat Gathan yang berlutut di hadapannya. Kedua tangannya masih digenggam Gathan dengan erat. Ah...kenapa ia begitu gugup saat ini.
“Anna...” Gathan kembali memanggil namanya, hingga Anna kini menatap Gathan dan siap mendengarkan apa yang akan dikatakan pria itu padanya.
“Maukah kau menikah denganku Riyana?” kalimat Gathan yang meski perlahan tapi tegas telah menyentak Anna sampai ke nurani nya yang paling dalam.
Yaa Rabb... benarkah ini??? Benarkah ini bukan mimpi? Apakah Gathan saat ini tengah melamarnya?
“Maukah kau menjadi istriku. Menjadi ibu dari anak-anak kita. Membangun masa depan kita bersama. Dalam suka dan duka,” lanjut Gathan. Matanya menatap lurus ke mata Anna. Ia ingin agar gadis itu melihat kesungguhan hatinya.
“A..a-pa,” hanya kata itu yang keluar dari mulut Anna. Lidahnya terasa kelu. Ia tak tau harus berkata apa. Ia masih menganggap ini mimpi yang begitu indah, yang tak pernah diduga sebelumnya.
Tangan halus menyentuh pundak Anna. Anna menoleh, ia menatap mamanya yang sudah berdiri disampingnya. Mama tersenyum menatap anak gadisnya yang saat ini seperti orang linglung Tentu saja. Siapapun pasti kaget jika mengalami kejadian yang sama sekali tak di duganya. Apalagi menyangkut hal yang sangat penting dalam hidupnya.
“Jawablah Anna. Nak Gathan serius melamarmu. Dia sudah datang pada papa dan mama seminggu yang lalu. Papa dan mama setuju dan merestui. Tinggal menunggu jawabanmu,” jelas mamanya pelan.
Kembali Anna memejamkan matanya. Ia sadar, ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Kenyataan yang indah, yang selama ini ia idam- idamkan. Meski ia tak pernah mengutarakan keinginannya pada siapapun. Tapi pada akhirnya impian itu kini menjadi nyata. Dan Gathan sudah ada di hadapannya. Datang untuk melamarnya.
Anna menarik napas dalam-dalam. Ia mengatasi gemuruh hatinya sendiri. Ia berusaha agar tak gugup menjawab pertanyaan Gathan. Tapi meski begitu suara yang keluar dari mulutnya masih juga parau dan gemetar.
“I...ya... iya..sa... saya me...nerimanya,” ucap Anna. Tanpa disadarinya airmatanya menetes. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu
Semua tersenyum cerah dan bernapas lega. Terutama Gathan sendiri Meski awalnya ia ragu dengan semua rencana ini. Tapi akhirnya setelah mendengar jawaban Anna, semua rasa ragu yg menghimpit dadanya sirna seketika. Berganti rasa bahagia dan percaya dirinya yang bangkit kembali. Mama, Risty dan Rasya pun tanpa sadar menitikkan air mata. Air mata bahagia. Akhirnya Anna mendapatkan apa yang di impikannya.
“Betulkah Riyana? Coba ulangi lagi jawabanmu,” ucap Gathan sambil menatap mata Anna dengan berbinar.
“I...iya. Saya menerima nya,” jawab Anna. Kali ini lebih lancar dan tegas.
“Alhamdulillah...” ucap semua yg hadir. Mereka kemudian mendekati Anna dan Gathan.
“Ayo bang.... mana cincinnya,” ucap Risty sambil menyeka air matanya. Ia merasa sangat bahagia, rencananya bersama Mara ternyata berhasil. Mara sendiri tegak mematung. Ia juga merasa tak percaya, semua ini akhirnya berhasil.
Gathan merogoh saku bajunya. Dikeluarkannya sebuah cincin yg cantik. Lalu cincin itu disematkannya di jari manis Anna. Anna yang semula menahan diri untuk tidak meluapkan tangisnya, akhirnya tak bisa lagi bertahan. Bahunya terguncang oleh isak tangisnya. Tangis bahagia.
***
[Anna Pov.]
Serasa berada di dalam mimpi saja saat aku menyaksikan bang Gathan mengucapkan ijab qobul. Tanpa bisa kucegah, air mataku bercucuran. Kupeluk mama yang berada disebelahku. Risty dan Rasya juga menghampiri ku dan memelukku. Sungguh suasana yang haru dan sakral itu telah terlewati. Bagai berada di atas mega-mega yang putih. Jiwaku serasa terbang melayang kealam fatamorgana. Satu hal yang tak pernah kuduga sebelumnya. Siang tadi aku masih seorang pegawai Faraz Multimedia Agency. Anak buah dari Maheswara Gathan Faraz. Sekarang direktur utama itu sudah menjadi suamiku. Pria yang saat ini tengah menggandengku masuk kedalam sebuah kamar pengantin.
Aku masih kikuk saat ia membimbingku duduk bersama di sisi ranjang pengantin yang sudah di hiasi sedemikian rupa. Aku hanya tertunduk saat bang Gathan memandangku dengan lembut. Bahkan aku hanya bisa terpejam saat bibirnya menyentuh keningku. Bang Gathan adalah lelaki pertama yg mencium keningku. Tanpa terasa menetes lagi air mataku. Aku bersyukur bisa menjaga segala kesucianku. Hanya lelaki yang sudah terhalalkan bagiku yang berhak atas semua kesucianku itu.
“Kita mandi dulu yuk,” ucap bang Gathan.
Aku tergagap. Apa??? Mandi??? Pikiranku lantas melayang entah kemana.
“Siapa yang lebih dulu?” tanya bang Gathan.
“A...apa bang?” aku tergagap.
Bang Gathan tersenyum sambil berkata, “Siapa yg lebih dulu ke kamar mandi? Abang atau Anna?.”
Huuuuuffftttt.....aku kira dia akan mengajakku mandi bareng. Ah... otakku rasanya mulai ketularan pak Mara. Eh... kenapa panggil pak? Cowok bengal dan playboy itu sekarang jadi adik iparku. Aku jadi tertawa kalau ingat dia yg selalu memanggilku ‘calon kakak ipar’. Ternyata benar, sekarang aku sudah jadi kakak iparnya.
“Kenapa tertawa?” tanya bang Gathan.
Uuupppsss... aku lupa kalau saat ini aku bersama suamiku. Tertawa sendiri tentu akan jadi tanda tanya baginya.
“En... enggak bang. Cuma merasa lucu saja dengan kejadian tak diduga hari ini. Rencana Mara dan Risty memang patut diacungi jempol,” jawabku.
“Sepuluh jempol malah,” sahut bang Gathan sambil terkekeh pelan.
“Abang saja yang duluan mandi yah. Gerah nih,” sambung bang Gathan. Dan aku hanya mengangguk tanda setuju.
Lamunanku makin kemana-mana. Apalagi saat bang Gathan keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Hanya dililit handuk di bagian bawahnya. Aku tercekat... OMG... bulu dadanya lebat banget. Aku jadi merinding geli sendiri. Ini juga kali pertamaku melihat bang Gathan tanpa baju. Sangat seksi. Tubuhnya begitu atletis. Apalagi dia hanya di lilit handuk. Apa masih ada pembungkus yang lain di balik handuk itu? Atau dibiarkannya saja gundal-gandul? Ah... sepertinya yang terakhir yang benar. Karena aku lihat ada yang sedikit menonjol dari balik handuk itu.
Heiiiii.... wake up Anna. Kenapa kamu jadi mesum gini? Aku refleks menutup mulutku.
“Kenapa sayang...?” tanya bang Gathan heran yang melihat aku bertingkah aneh. Mesum campur mupeng campur geli.
Daripada nanti aku makin horny dan langsung menerkam bang Gathan (kan malu-maluin) mending aku buru-buru lari ke kamar mandi. Menyiram kepalaku dengan air dingin. Agar otakku yang mulai terkontaminasi adik iparku itu sedikit menjadi dingin kembali. Bang Gathan hanya terkekeh geli melihatku yang ngibrit ke kamar mandi. Tapi dasar malangnya aku. Setelah asyik mengguyur tubuhku, dan merasa makin segar. Otakku juga mulai jernih. Aku lupa kalau tadi tidak bawa handuk. Oooppss... apa aku harus memakai pakaian itu lagi dalam keadaan basah begini? Ahhh... aku menyesali kebodohan dan ketololanku. Kenapa aku sampai lupa bawa handuk tadi. Apa aku teriak saja, meminta handuk pada bang Gathan ?
“Baaaaaang....” akhirnya keluar juga suara dari mulutku.
Tak ada jawaban. Kemana bang Gathan? Apa dia sudah tidur? Ah mustahil. Mana mungkin laki-laki lebih memilih tidur dan melewatkan malam pertamannya.
“Baaang Gathaaaaaan,” teriakku lebih kencang.
Tetap tak ada jawaban. Atau bang Gathan sedang keluar ya? Kenapa dia tidak bilang?
“Baaang Gathaaaaaan” sekali lagi aku berteriak. Dan masih tak ada jawaban.
Perlahan kubuka pintu kamar mandi, mencoba menengok kemanakah bang Gathan. Aku hanya melongokkan kepalaku, karena aku masih belum memakai apa-apa. Terlihat sepi. Tak ada tanda-tanda bang Gathan.
“Baaaaang,” panggilku. Meyakinkan bahwa memang bang Gathan sedang tak ada di kamar Aduuuuh.. kemana dia? Masak aku ditinggal sendirian.
Mataku mengitari ruang kamar. Betul-betul kosong. Aku menghela napas. Apa aku langsung keluar saja. Trus dengan cepat kusambar handuk yang tersampir di tepi tempat tidur. Rupanya disitu handuknya diletakkan bang Gathan.
Aku masih menimbang- nimbang, antara ragu dan nekat. Tapi rasanya memang tak ada orang. Kalau harus menunggu bang Gathan, mungkin dia lama keluar kamar. Bisa mati kedinginan aku kalau harus menunggunya. Mungkin aku nekat saja. Toh handuk itu tidak jauh. Sekitar empat atau lima langkah mungkin.
Ah.... nekat saja. Kalau pun nanti bang Gathan masuk, kan ketauan dari suara pintu yg terbuka. Saat itu aku pasti sudah berhasil mencapai handuk itu.
Yesss !!! itu adalah pilihan yang tepat. Kembali aku memastikan keadaan aman. Dan aku juga memperhitungkan ketepatan waktu untuk sampai ke handuk itu. Yaaaah.... aku berlari keluar kamar dengan cepat dan menuju ke ranjang pengantin itu. Tapi belum sempat aku meraih handuk itu, pintu kamar sudah terbuka. Nampak bang Gathan muncul. Aku terkesima dan kaget. Bang Gathan yang melihatku malah melotot. Dan aku langsung teringat kalau saat ini aku tidak pakai apa-apa alias nude alias bugil...
“KYAAAAAAAAAAAA”
Bersambung #6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel