Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Selasa, 19 April 2022

Duren Cinta #4

Cerita bersambung

“Hahaha... Duren Tralala. Gak salah tuh bang? Terlalu maksa tuh singkatannya,” Risty jadi ketawa sendiri. Sementara Mara yang juga ikut ngobrol ikutan ngakak.
“Mending duren tralala, daripada Mara tuh Nokia,” sahut Gathan sambil tersenyum kearah Mara. Mara menatap Gathan dengan pandangan curiga. Pasti kakaknya mau ngerjain dia.

“Apan tuh Nokia bang?” tanya Risty sambil menoleh kearah Mara. Ia makin betah ngobrol bareng kakak adik ini.
“Nokia, Nikah Ogah Kawin Iya Aja.... hahahah,” sahut Gathan sambil mengelak lemparan bantal kursi dari Mara. Risty jadi tertawa-tawa geli jadinya.
“Enak aja Nokia. Gini-gini aku tuh LGBT loh....” sahut Mara.
“Ihhhh... najong. Ogah gue deket-deket lu bang, mahoo lo,” timpal Risty.
“Jangan salah paham dulu Ris. Abang emang LGBT. Tapi singkatan dari Lelaki Gagah Berwajah Tampan.... hahahaha,” Mara tertawa puas. Gathan dan Risty juga ikutan tertawa. Perut Risty mulai sakit lama-lama ngobrol bareng dua orang kocak ini.

“Nah kak Gathan apalagi tuh. Ayam Kremes....,” lanjut Mara.“Wah....apalagi tuh bang Mara?” tanya Risty yang matanya mulai berair saking gelinya.
“Ayah Muda Keren Bikin Gemes....hahahaha,” lagi-lagi Mara merasa menang dengan singkatannya.
“Aduh...aduh...perut gue sakit benget nih,” ucap Risty sambil menahan tawa.
“Kalau untuk Risty apa tuh Mara?” pancing Gathan.
“Puskesmas, pusat kesenangan mas-mas.... hahaha,” sahut Mara dan langsung dapat jitakan dari Risty.
“Beeh...singkatan maksa tuh. Koperasi lu bang,” balas Risty tak mau kalah.
“Apaan tuh artinya Ris?” Gathan yang jadi semangat sekarang.
“Komunitas Pencinta Randa Anak Siji,” jawab Risty yang merasa menang telak dari Mara.
“Hahahahahahaha.....” Gathan tertawa makin keras. Sementara Mara mulai mikir lagi. Apa kira-kira yang bisa meng skakmat Risty.
“Mending dong, dari pada Risty tuh BPJS, Barisan Para Jomblo Sakit hati....hahahaha,” sahut Mara kegirangan saat melihat Risty mulai manyun.
“Bukan BPJS Mara, tapi KEJORA, Kelompok Jomblo Ceria,” Gathan nampaknya mulai membela Risty.
“Huuuuuh....bang Mara tuh STMJ...Sudah Tua Masih Jomblo..... hahahaha,” kali ini Risty bisa meng skakmat Mara. Mara yg keabisan ide pura-pura kebelakang cari minum.

Keakraban mereka bukannya lama, tapi baru berlangsung satu jam yang lalu. Secara tak sengaja saat pulang dari kantor, Gathan bertemu Risty sedang ada liputan. Akhirnya Gathan mencoba menunggu. Dan setelah selesai dengan liputannya, Gathan mengundang Risty kerumah. Selain ingin tau banyak tentang Anna, Gathan juga ingin mengenalkan Risty dengan Mara. Dan seperti yg sudah diduga. Banyak kecocokan diantara mereka.

“Jadi bagaimana hubungan bang Gathan dengan kak Anna ?” tanya Risty pada Gathan saat Mara masih ada di belakang.
“Belum tau. Ini kan masih penjajakan.Abang juga belum begitu paham sikap Anna yang cenderung pendiam. Susah menebak kepribadian orang pendiam itu. Lebih mudah kayak kamu ini Risty. Ceplas ceplos tapi tepat sasaran.

“Hmmmmm.... asal jangan sebastian aja,” sahut Risty.
“Haaaaaa....mulai lagi deh. Apaan tuh sebastian?” tanya Gathan.
“Sebatas Teman Tanpa Kepastian...hahahaha....” jawab Risty santai.
“Ada apa nih?” tanya Mara yang muncul lagi kedepan. Kali ini di tangannya ada beberapa soft drink. Dan disodorkannya pada Risty.

“Minum say...kan haus tuh dari tadi berkicau terus,” ucap Mara.
“Makasih bang. Kirain tadi gue disini bakal mati kehausan. Untung ada tuan rumah yang baek,” sahut Risty sambil mengedipkan mata pada Gathan.

Gathan yang tersindir hanya tertawa kecil. Ia suka dengan sikap Risty yang apa adanya ini. Tidak di buat-buat.

“Eh.... ikut abang ntar malem yoook,” ucap Mara pada Risty.
“Kemana bang?” tanya Risty sambil sesekali menyesap softdrinknya.
“Biasa...kita menikmati suasana malam,” sahut Mara. Gathan mengerling pada Mara, seolah memberi kode agar Mara jangan macam-macam.
“Gak deh bang. Gue masih banyak tugas nih. Meskipun gue masih magang, tapi harus tanggung jawab dong,” jawab Risty. Ia punya alasan yang tepat untuk menolak Mara.
“Oke... lain kali kalau lo ada waktu kosong, calling abang ya..” pinta Mara.
“Oke bang. Ntar bisa lah gue atur. Tapi awas.... jangan bawa gue ke penghulu yaaaa.... hahahaha.”
“Beeeeh maunya....” sahut Mara sambil menoyor kepala Risty dengan candaan.

Gathan hanya geleng- geleng kepala melihat kelakuan dua orang itu. Apa bisa akur nih keduanya kalau memang jadian ? Bisa-bisa ini jadi pasangan terkocak sedunia.

“Oh iya bang. Gue pamit dulu ya. Ntar kapan- kapan kita ngobrol lagi. Kalau ada sumur di ladang, ingat siapa yang gali hayooooo?” pamit Risty sambil bercanda.
“NOT ME,” sahut Gathan dan Mara serempak. Dan mereka pun tertawa berbarengan.
***

Anna merasa sangat kecewa siang ini. Keputusan pak Gathan membatalkan dirinya sebagai model project Arafah Agency cukup mengejutkannya. Padahal yang awalnya semangat memintanya untuk jadi model adalah pak Gathan sendiri.
Gathan jelas menangkap raut kekecewaan di wajah Anna. Dan ia maklum itu.

“Riyana.... tolong kamu mengerti. Untuk project kali ini, pihak Arafah menginginkan model yang sudah terkenal. Semula kami sudah memperjuangkan kamu. Tapi mau bagaimana lagi. Keputusan final ada ditangan mereka,” jelas Gathan. Ia harap Anna mau mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
“Saya janji. Jika ada project lain yang sejenis, kamu akan saya dahulukan,” lanjut Gathan.

Tapi Anna tidak menggubris ucapan pak Gathan. Baginya ucapan itu seperti rayuan pada anak kecil yang minta coklat. Karena coklat tidak ada trus dibujuk akan di belikan permen. Sama persis dengan apa yang dilakukan pak Gathan saat ini.

“Tidak usah pak. Saya mundur saja dari model,” sahut Anna kecewa.

Gathan makin merasa tidak enak. Kemarin ia terlampau optimis bisa menghandle project ini untuk Anna. Tapi pihak klien lah yg tidak setuju kalau Anna menjadi modelnya. Menurut mereka Anna masih terlalu mentah dan mereka takut brand mereka tidak bisa terangkat kalau Anna yang menjadi modelnya. Hanya saja untuk menjawab terus terang hal ini pada Anna, Gathan takut Anna akan tersinggung dan makin kecewa.

“Permisi pak,” ucap Anna sambil meninggal kan ruangan Gathan.

Gathan sendiri tidak mencegahnya. Biarlah. Mungkin Anna perlu waktu untuk mengatasi rasa kecewanya. Sebab kalau ia ikut campur, salah-salah bertindak, malah akan bikin kacau jadinya.
Di depan Anna bertemu dengan Dessy. Dessy yang memang sudah mengetahui permasalahannya berusaha memberi semangat pada Anna.

“Santai An. Hal ini biasa dalam industri modelling. Masih untung kamu belum pemotretan, jadi tidak makin jauh kecewanya. Aku dulu malah sudah pemotretan, eh... hasilnya malah ditolak klien. Sakit rasanya. Tapi ini pelajaran agar kita lebih semangat lagi mengasah diri dan kemampuan kita,” ujar Dessy dan hanya di jawab Anna dengan anggukan kepala. Ia masih malas untuk berbicara. Malah kalau bisa ia ingin pulang dan berbaring di kamarnya. Tapi ini masih siang. Masih harus menunggu beberapa jam lagi baru bisa pulang.

“Kak Anna...” Anna menoleh kearah suara yang memanggilnya.
“Loh...Risty ??? Ngapain kamu kemari ?” tanya Anna heran melihat kehadiran adiknya.
“Gue dapat tugas dari kantor untuk interview pak Gathan,” sahut Risty.
“Sudah buat janji?” tanya Anna kemudian.
“Sudah... pihak kantor yang menghubungi pak Gathan,” jawab Risty.

Anna melihat pak Mara yg tadi datang bersama Risty. Anna agak khawatir jika Risty terlalu dekat dengan pak Mara. Siapa sih dikantor ini yg tidak tau perangai pak Mara yang seorang Don Juan. Tapi timbul juga pertanyaan di hati Anna. Bagaimana bisa Risty dekat dengan pak Mara ? Bukankah waktu mereka kumpul diruangan pak Gathan tidak ada pak Mara ?

“Hai...calon kakak ipar,” ucap Mara santai. Dan Anna terlihat tersipu dengan sapaan itu.
“Hahahaha....sok yakin lo bang. Emangnya kak Anna mau jadi kakak ipar lo,” sahut Risty. Dan Mara pun jadi tertawa sambil merangkul pundak Risty.

Melihat keakraban mereka, Anna tidak dapat menutupi rasa keheranannya. Tapi selain itu timbul juga rasa khawatirnya. Ia takut nanti Risty akan kecewa. Sebab di banding wanita-wanita lain di sekeliling pak Mara, Risty sama sekali tidak ada apa-apanya.

==========

[Anna POV.]

Kedekatan Risty dan pak Mara membuat aku sedikit gelisah. Mungkin Risty belum tau persis track record pak Mara yang seorang Don Juan itu.Sudah banyak korban patah hati pak Mara di kantor ini. Belum lagi yang diluaran. Tapi aku untuk melarang-larang Risty dekat dengan pak Mara rasanya juga kurang tepat. Toh aku juga belum tau mereka dekat sebagai apa. Aku juga belum pernah mendengar Risty punya pacar. Mungkin kedekatannya dengan pakMara adalah sebagai euforia tersendiri bagi Risty, yang selama ini memang membutuhkan sosok kakak laki-laki. Aku juga melihat perhatian pak Gathan yg lebih terhadap Risty. Apalagi pak Gathan yg melihat bakat jurnalis dalam diri Risty. Aku dengar dari Risty, pak Gathan akan merekrutnya dalam team produksi.

Antara bangga tapi sekaligus dilema bagiku. Bangga karena aku adalah kakaknya Risty. Tentu aku bangga jika adikku justru nantinya bisa lebih sukses dariku. Dilema juga karena Risty lambat laun semakin dekat juga dengan pak Gathan. Yaa..secara pergaulan memang Risty lebih open care dariku. Tentu orang- orang macam pak Gathan dan pak Mara lebih respek dengan gadis seperti Risty. Bukan dengan aku yang lebih banyak diam dan menunggu. Tapi apa aku salah? Didikan dalam keluarga dan tradisi lebih menuntunku untuk menjadi wanita yg lebih baik diam untuk hal-hal yg menyangkut urusan hati. Meski katanya zaman sudah modern, tapi untuk hal yang satu itu, aku masih berpegang teguh pada adat ketimuran.

“Ah.. payah lo An, masak lo ditikung adek sendiri,” ucapan Sieska agak menyentuh perasaanku. Benarkah aku ditikung? Lantas apanya yang ditikung ?

“Apaan sih Sies?” tanyaku pura-pura gak tau.
“Itu loh, adekmu si Risty kan lagi deket-deketnya sama si boss,” sahut Sieska.
“Yaa... mereka kan ada program tersendiri,” jawabku.
“Ah.... lo itu terlalu lugu An, makanya lo ditikung adek sendiri,” ucap Sieska sedikit kesal.
“Ya biar aja Sies, toh aku gak merasa ditikung kok Lagi pula apanya yang ditikung,” kilahku.
“Anna....Annaaa.... wake up girl.... lihat kenyataan ya. Pak Gathan itu tadinya tertarik sama lo. Dan lo sempat mau di jadiin modelnya. Sekarang liat apa yang terjadi dengan kemunculan adek lo si Risty. Karier model lo terhambat, sekarang pak Gathan lebih dekat sama Risty. Apa lo gak nyadar An?” ucap Sieska

Mau tak mau aku memang memikirkan ucapan Sieska siang tadi. Meski aku juga melihat kecemburuan dari sikapnya itu. Siapa sih yg gak kenal Sieska. Sejak masih lajang sampai sudah bersuami, semangatnya untuk menarik perhatian pak Gathan tak pernah surut. Berbagai cara ia lakukan untuk mendekati pak Gathan. Mungkin saja saat ini ia pun menggunakan kesempatan untuk memanfaatkan aku dan Risty. Biar kami saling bentrok dan Sieska dapat meraih keuntungan dari semua itu.

“Kak... Annaaaaaaaa,” suara Risty terdengar di depan pintu kamarku. Mau apa dia? Segera aku bangun dari tempat tidurku dan membuka pintu kamarku.
“Ada apa Ris?” tanyaku saat melihat muka Risty yang cengengesan di depan pintu.
“Boleh ngobrol gak?” tanya Risty sambil melongok kedalam kamarku.
“Boleh... ayo masuk,” jawabku sambil membuka pintu lebih lebar lagi. Dan Risty pun masuk bahkan langsung berbaring di tempat tidurku.
“Ada apa sih Ris ?” tanyaku langsung, daripada nanti dia kelamaan disini.
“Kak.... bang Gathan tuh baek ya,” ucap Risty dengan mata berbinar-binar.

Aku gak tau harus menanggapinya bagaimana. Apa sebenarnya maksud dari ucapan Risty pun aku belum tau. Apakah itu hanya ungkapan kekaguman semata atau lebih dari itu.

“Baek gimana maksudnya?” tanyaku sambil ikutan berbaring di sebelah Risty.
“Yaaa... baeklah. Dia tuh low profile, meski dia itu big boss tapi sama pegawainya gak sombong. Ganteng, macho, pas tuh jadi ayam kremes,” sahut Risty.
“Ayam Kremes ????” tanyaku bingung, apa hubungannya pak Gathan dengan ayam kremes.
“Ihhhhh... kak Anna. Makanya gaul dong... ayam kremes tuh singkatan dari Ayah Muda Keren Bikin Gemes...hehehehe,” jawab Risty sambil tertawa riang.
“Ah kamu ini ada-ada saja. Singkatan kamu tuh gak tepat. Pak Gathan itu belum jadi ayah,” sahutku. Tapi tak urung aku ikut tertawa mendengar ucapan Risty.
“Huuuuuu... kak Anna tuh makanya jangan kuper dong. Bang Gathan itu punya anak satu. Tapi ikut istrinya ke amrik,” jawab Risty.

Aku jelas kaget. Sumpah aku belum pernah denger kalau pak Gathan itu punya anak. Yang aku tau memang ia itu seorang duda. Tapi aku tak pernah mendengar orang-orang menyebut tentang anak pak Gathan.

“Kamu tau darimana ?” tanyaku heran.
“Bang Mara yang cerita,” sahut Risty.

Apa benar begitu ? Jangan-jangan pak Mara cuma ngecap doang. Alias bohong. Sebab aku saja yang sudah lama bekerja pada pak Gathan, belum pernah mendengar kalau pak Gathan itu sudah punya anak.

“Emang kenapa kalau pak Gathan sudah punya anak ?” Risty yang sekarang bertanya.
“Ya...ya...ng..gak masalah sih,” jawabku gugup. Entah kenapa aku merasa ada yang janggal aja dalam diriku mendengar pak Gathan sudah punya anak.

“Asyik loh kak kawin sama duda sudah punya anak,” ucap Risty kemudian.
“Apanya yang asyik ?” bantahku.
“Yaaa... asyiklah. Kan sudah pengalaman... hehehehe,” jawab Risty sambil mengedipkan matanya. Aku jadi makin serba salah. Kata-kata Risty itu ditujukan untukku atau untuknya sendiri.

“Kakak suka gak sama bang Gathan ?” tiba-tiba Risty bertanya padaku.

Aku yg kaget langsung ditembak pertanyaan itu hanya bisa salah tingkah. Jujur aku bingung untuk menjawabnya meski terhadap adikku sendiri. Bagiku masalah hati hanyalah milikku sendiri. Tak perlu diumbar. Apalagi pak Gathan sama sekali belum mengatakan tentang perasaannya padaku. Jadi bagaimana aku harus menjawab? Jika aku mengatakan perasaanku sendiri dan teryata aku bertepuk sebelah tangan, yang ada malah nantinya aku akan kecewa.

“Gimana kak? Kakak suka gak sama bang Gathan?” Risty kembali mendesak.

Aku mendesah panjang. Aku akhirnya menggeleng. Maksudku, aku belum tau mau jawab apa. Tapi aku sungguh terkejut saat kemudian Risty malah berkata, “Yaa sudah kalau kakak memang gak suka bang Gathan. Jadi aku gak ada saingan dong.”

Haaaaaa.....apa maksudnya????
***

[Gathan POV.]

Aku memang sengaja mendekati Risty. Biar aku bisa lebih mudah mendekati Anna. Selain itu, aku juga bisa makin mendekatkan Risty dengan Mara. Meskipun agak susah juga, sebab keduanya terkadang mirip Tom & Jerry. Kadang akur, tapi lebih banyak berantemnya ketimbang akurnya.

Tapi untungnya Risty itu orang yang easy going. Semua hanya dianggap angin lalu. Aku suka orang seperti itu. Tidak melibatkan perasaan pada setiap permasalahan. Apalagi saat aku katakan bahwa aku menyukai kakaknya, yaitu Anna. Risty bisa menanggapinya dengan cara yang dewasa. Jujur aku akui Risty jauh lebih dewasa daripada Anna dalam bersikap dan mengambil keputusan. Mungkin karena sikapnya yg cenderung tomboy itu.

“Kata kak Anna dia gak suka sama abang,” ucap Risty yang ini mampir kerumahku sebelum ia menuju ke lokasi syutingnya.
“Masa sih? Kayaknya kak Anna suka deh sama abang,” protesku. Sebab dari yang sering kulihat lewat tatapan matanya. Aku yakin kalau Anna suka padaku
“Iya... sih. Gue kira juga begitu bang. Mungkin kak Anna jaim kali buat ngakuin kalau dia suka sama abang,” sahut Risty sambil mengunyah buah mangga yang tadi aku sodorkan padanya.
“Trus bagaimana dong kelanjutannya?” tanyaku penuh harap.
“Yaa... usaha kaleee bang. Masa mo nyerah gitu aja,” jawab Risty. Gayanya yang slonong boy itu kadang membuatku geli sendiri.
“Iyaaaa.... usahanya gimana?” tanyaku lebih jelas.
“Ihhhhh.... abang kan duda. Udah pernah merit, jadi udah tau dong cara naklukin hati cewek. Jangan mau kalah noh sama plei boy cap minyak nyong-nyong,” sahut Risty sambil menunjuk Mara yang baru saja nongol dari kamarnya.
“Eh... apaan nih? Kok aku dibawa-bawa,” tanya Mara yang kebingungan.
“Ini loh bang. Bang Gathan ini gak tau gimana cara menaklukkan hati cewek. Makanya disuruh belajar sama plei boy cap nyong-nyong,” sahut Risty sambil terkekeh geli.
“Siapa playboy cap nyong-nyong?” tanya Mara yang belum ngeh kalau sebenarnya dia jadi korban ledekan Risty.
“Yah elu lah bang. Siapa lagi plei boy disini kalo bukan elu, hahahahaha,” jawab Risty sambil ngakak.
“Hmmmmmm....sialan nih bocah. Awas loh ya! Kuperkosa nanti bisulan lo,” ancam Mara kesal. Tapi tak ayal ia pun mendekati Risty dan menjitaknya.
“Awwww... sakit tauk,” protes Risty, “Lagian abang yang ngakunya playboy tapi saban yang di deketin janda, kalo gak gitu pasti istri orang... ihhhh... selera rendah,” lanjut Risty.
“Yeeee...enak aja. Janda tuh lebih legit. Lebih menggigit. Daripada deketin lo yang pake lipstik aja langsung meriang... hahahaha,” balas Mara.

Hmmmmm... aku mulai melihat nih ledekan gak bakal kelar-kelar dalam sejam atau dua jam. Biasanya kalau Risty dan Mara mulai perang ledekan, bisa 10 ronde. Itu pun pake perpanjangan waktu segala.

“Woy... Mara. Jangan ngajakin berantem calon adek ipar gue ya,” ucapku pada Mara.
Mara malah ngakak, “Hahahahaha.... ogah, aku gak mau punya adek ipar kayak beginian. Liat!!! Pake rok aja dia bisa alergi, gimana pake bikini,” sahut Mara sambil memandang genit pada Risty.
“Issssshhhh... najis gue pake bikini. Apalagi sampai lo yang liat bang, bakal sial tujuh turunan gue,” balas Risty sengit.
“Halagh... bilang aja kalo kamu alergi. Malu keliatan panuan... hahahahah,” kembali Mara melontarkan ejekannya.
“Emangnya elu yang pantatnya burikan... hahahaha,” Risty makin gila-gilaan.
“Eh... kamu tau darimana? Pernah ngintip yaaa?” Mara meng skakmat Risty. Dan begitulah jadinya. Kedua mahluk planet ini saling lempar ejekan. Aku sendiri mulai pusing dengan kelakuan keduanya.

Bersambung #5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER