Cerita bersambung
Pagi ini Anna buru-buru berangkat kekantornya. Sengaja ia tidak sarapan daripada nanti ketemu sama Rasya terus dia tanya macem-macem lagi. Pusinglah dia oleh tingkah adiknya yang satu itu. Dan Anna merasa tak begitu heran saat tiba dikantor ternyata masih sepi. Hanya ada officeboy dan cleaning service saja.
Dengan langkah santai Anna menuju ruangan nya. Tapi ia sedikit agak kaget saat matanya tanpa sengaja melirik keruangan direktur. Kok sepertinya sudah ada orang. Apa mungkin pak Gathan sudah datang sepagi ini? Tumben. Biasanya pak Gathan tiba di kantor sekitar pukul 9 atau pun kalau ada hal-hal yang urgent, tak kurang dari pukul 8. Dan sekarang arloji Anna baru saja menunjukkan pukul 7 lewat sepuluh menit.
Semula Anna tak begitu penasaran, sebab pikirnya mungkin saja itu OB atau pegawai yg lainnya. Tapi seingat Anna, ruangan direktur tak sembarang orang boleh masuk. OB ataupun CS hanya boleh masuk apabila ada izin dari sekretaris. Dan saat itu Dessy sangsekretaris belum nampak batang hidungnya. Jadi siapa kah yang ada di dalam ruangan direktur? Siapa ya? Loh kok malah nanya? Liat sendiri dong! Gue kan cuma nulis cerita. Kenapa tanya ke gue....?? :D
Anna yang dilanda rasa penasarannya mulai mendekat keruangan direktur. Sepintas kain gorden memang agak tersingkap. Jadi ia bisa melihat sekilas keruang dalam. Dan saat ia melihat kearah dalam, tanpa diduga pandangannya bertemu dengan pandangan orang yang ada di dalam ruang direktur itu. Anna terkejut. Tapi hanya sebentar. Karena ia sudah tau bahwa orang yang di dalam itu adalah pak Gathan. Jadi tak menjadi masalah kan. Cuma yang aneh bagi Anna, ada perlu apa sepagi ini pak Gathan sudah stay di kantor. Apa ada keperluan yang sifatnya rahasia.
Baru saja Anna hendak melangkah kembali keruangannya, tiba-tiba terdengar suara pak Gathan memanggilnya.
“Riyana.... keruangan saya sebentar,” ujar pak Gathan sedikit berteriak.
Annapun segera berbalik dan melangkah menuju ruangan pak Gathan. Saat ia berdiri diambang pintu, pak Gathan bicara kembali.
“Eh... Riyana, bisa tolong saya. Ambilkan teh untuk saya di pantry. Yanto masih ada kerjaan lain.”
WHAAAAAT !!!!???? Tidak salah nih? Helloooo... aku bukan OB kaleee..!!! Anna hanya menarik napas kesal. Dikira mau ngomong apaan. Eh malah nyuruh ngambilin teh di pantry. Tapi tak apalah. Hitung-hitung servis buat boss. Toh masih dalam batas kewajaran juga. Kecuali kalau tadi pak Gathan bilang, “Riyana, tolong pijetin saya sebentar.” Naaah itu baru masalah. Cieeeee.... yg mupeng!!!! Maaf ya, ini bukan cerita para bapers... hehehe.
Tak sampai sepuluh menit, Anna sudah kembali keruangan pak Gathan. Kali ini lengkap dengan secangkir teh hangat. Dengan lagak bak OB sejati, Anna meletakkan teh itu di depan pak Gathan.
“Ini pak tehnya,” ucap Anna dan tak lupa dengan senyuman yang super manis. Teh manis itu saja pasti kalah manisnya.
“Makasih Riyana,” sahut pak Gathan sambil mengangkat mukanya sedikit. Sedari tadi nampaknya ia terlalu fokus dengan laptopnya. Mirip Tukul Arwana. Kembali ke LAPTOP.
Merasa tak dibutuhkan lagi, Anna langsung putar badan dan hendak keluar ruangan. Tapi lagi-lagi pak Gathan menghentikannya.
“Sebentar Riyana. Duduk dulu deh,” ucap Gathan sambil wajahnya memberi isyarat agar Anna duduk di sofa tamu. Hati Anna mulai dag dig dug. Ada apalagi ini? Apa urusan kemarin sore yang soal model itu? Ah.. gak mungkin.
Gathan pun mendekat kearah Anna, sambil tangannya memegang amplop coklat berukuran besar. Anna jadi makin bertanya- tanya. Apa itu surat PHK dirinya. Tapi kalau dilihat dari tampang pak Gathan, rasanya mustahil itu surat PHK nya. Sebab pak Gathan menyerahkannya sambil tersenyum sumringah. Mustahilkan seorang boss mem PHK kan anak buahnya sambil tersenyum? Kecuali boss nya itu tidak berprikemanusiaan.
“A... apa ini pak ?” tanya Anna gugup sambil menerima amplop coklat itu.
“Buka saja,” jawab Gathan masih tetap dengan senyum manisnya.
Perlahan Anna membuka amplop besar itu dan mengeluarkan isinya. Dan....... Haaaa... Anna melongo heran. Dilihatnya lembar demi lembar kertas yang dikeluarkannya dari dalam amplop itu. Tapi ia masih tidak percaya. Anna memandang boss nya yang masih konsen dengan senyumnya. Sorot mata Anna seakan bertanya, “Ini beneran saya???”
Dan Gathan dengan yakin menganggukkan kepalanya. Lagi-lagi Anna masih menatap heran foto-fotonya yang menurutnya lain dari yang diambil kemarin sore. Apa pak Gathan memang pinter motonya ya, hingga hasilnya bener-bener diluar dugaan.
“Kamu pasti kaget kan liat foto kamu sendiri?” tanya Gathan santai sambil duduk di sebelah Anna.
“I.. iya pak.Saya beneran kaget. Bapak jago banget motretnya,” sahut Anna masih grogi.
“Aku biasa saja motretnya. Yang pinter itu yg ngeditnya. Meski tetap mempertahankan sisi naturalnya, tapi tetap tak lupa konsep exclusivenya,” ucap Gathan menjelaskan agar Anna tidak terlalu bingung.
“Oh... pantes bagus banget,” ucap Anna tanpa sadar.
“Nah, sekarang kamu yakin kan bisa jadimodel juga?” ucap Gathan.
Anna jadi bingung sendiri. Ia belum bisa menjawab dengan tegas. Kalau tadi pagi ia sudah sampai pada keputusan akhir untuk menolak tawaran itu. Tapi sekarang setelah melihat hasilnya sendiri, Anna mulai goyah lagi.
“Come on, gak usah ragu Riyana. Kan jadi model itu cuma selingan saja. Kerjaan utama kamu tetap sebagai staf finance. Masalah honor kita bisa profesional kok. Cobalah. Ini kesempatan emas,” Gathan mulai mengeluar kan rayuan mautnya.
“Tapi ini tidak harus sekarang kan pak ?” tanya Anna memastikan
“Ya gak lah Riyana. Kamu harus latihan dulu Nanti aku minta Rudy untuk menangani kamu. Dessy juga bisa bantu kamu untuk kursus kilat. Bagaimana?” sahut Gathan meminta persetujuan Anna. Dan Gathan makin lebar senyumnya saat melihat Anna menganggukkan kepala. Rencananya berjalan sangat sukses.
***
“Apa yg bisa membuat bapak sukses di usia yang masih muda?” Rasya sedang berlatih untuk wawancaranya dengan pak Gathan. Kali ini teman berlatihnya sangat komplit. Ada Risty sebagai kameramen, papanya yg berpura-pura sebagai pak Gathan, dan mama nya sebagai sutradara.
“Cut....cut....” teriak mama seketika. Sebagai sutradara ia berhak menghentikan syuting jika ada yg menurutnya kurang beres.
Serempak ketiga orang yang lainnya menoleh kearah mama. Rasya yang merasa tak ada salah langsung protes.
“Kenapa di cut ma? Baru juga mulai,” keluh Rasya.
Bak sutradara profesonal, mama mendekati Rasya. “Kamu itu gimana sih Sya? Yang serius dong. Masak wawancara sambil cengar cengir gitu,” jawab mama.
Rasya pun menutup mulutnya. Memang ia merasa geli sendiri dengan latihan ini. Tapi apa boleh buat. Demi keinginannya yang bisa ketemu langsung pak Gathan, hal ini dia jabanin.
“Gimana gak mau ketawa ma. Yang jadi pak Gathannya udah kisut. Gak kece,” sahut Rasya sambilmengerling nakal pada papanya. Dan papa yang merasa jadi bahan omongan cuma terkekeh pelan.
“Eh... kamu jangan sembarangan ya. Dulu waktu masih muda, papa kalian itu lebih ganteng dari pak Gathan Artis Hengky Tornando aja kalah keren dari papa. Makanya dulu mama naksir sama papa,” protes mama yang gak mau mantan pacarnya di olok-olok sama Rasya.
“Iya deh... iya Rasya percaya kok. Papa memang ganteng, paling tidak lebih keren dari pak haji Bokir... hehehe,” jawab Rasya tak mau kalah.
“Udah...udah...lanjut lagi. Tapi yang serius latihannya,” Risty yang mulai pegel pegang kamera ikutan protes.
Begitulah aksi satu keluarga itu. Penuh kelucuan dan gelak tawa. Mereka begitu semangat, semua demi Rasya.
Sementara Anna sendiri sedang berdiskusi dengan Dessy. Dessy sendiri memang awal kariernya adalah model. Tapi saat ia lebih memilih progres masa depan, ia lebih memilih sekretaris daripada melanjutkan kariernya sebagai model.
“Cieeeee.... yang mau jadi model,” goda Dessy saat Anna bertanya pendapat Dessy soal tawaran pak Gathan.
“Apaan sih Des? Aku tuh juga masih ragu tauuk,” sanggah Anna.
“Kenapa ragu An?” tanya Dessy, “Kamu tuh tinggal belajar sedikit saja. Lagi pula ini hanya selingan kok. Kamu kan masih kerja seperti biasa,” lanjut Dessy.
“Aku kurang pede Des,” sahut Anna lesu.
“Kenapa? Apa kamu kira model-model itu cantik semua? Itu semua trik An. Semua berperan. Make up, lighting, foto grafer dan lain-lainnya. Percaya deh. Kamu jauh lebih cantik dari para model itu kalau kamu sudah di make over,” sahut Dessy memberikan semangat.
“Aku gak mau di make over. Aku mau tetap jadi diriku sendiri,” jawab Anna.
“Itu juga gak masalah. Kamu bisa minta bagian make up untuk membuat kamu tampil cantik dan natural. Itu semua bisa di atur An,” Dessy tak menyerah membuat Anna agar menerima tawaran pak Gathan.
“Lagian kamu tuh aneh ya. Orang-orang banyak yang bercita-cita jadi model. Bahkan ada yang sampai ngorbanin apa aja. Tapi kamu yang kesempatan udah di depan mata, masak kamu sia-siakan gitu aja. Setidaknya kamu mencoba dulu An. Jangan kalah sebelum berperang,” lanjut Dessy.
“Ah... kamu sendiri kenapa mundur jadi model,” protes Anna.
“Itu lain An. Aku lebih memilih karier profesional daripada jadi model. Model itu kalau untuk di jadikan sebagai karier masa depan cukup sulit An. Kita memiliki batasan umur. Saingan kita juga tidak sedikit. Trus paling mentok karier kita jadi art modeling, atau artis sinetron. Iya kalo emang kita punya bakat kesitu. Kalau tidak?? Hancur kita.”
Anna manggut-manggut seakan membenarkan apa yang dikatakan Dessy. Jadi model itu memang dunia glamour yang menjanjikan, tapi sekaligus menghanyut kan. Sedikit saja kita salah bertindak, karier kita akan hancur. Tidak sedikit model yang hanya bertahan dalam hitungan 2 atau 3 tahun. Bahkan ada yang cuma melejit sekali, habis itu langsung tenggelam karena berbagai skandal
Jadi model juga harus kuat-kuat iman. Jika tidak berbagai godaan akan mendera dan menghancurkan. Makanya Anna masih perlu berpikir panjang. Meski untuk project dengan Arafah, Anna tak bisa menolak lagi. Karena pak Gathan sudah meminta mas Rudy untuk‘menghandle’ dirinya. Entah untuk kedepannya. Rasanya benar apa kata Dessy. Jika kita tak begitu pintar memanage, lebih baik kita mundur teratur.
“Hai... calon kakak ipar?” tiba-tiba satu suara menyapa Anna yang masih asyik dalam lamunannya.
Anna terperangah melihat pria dihadapan nya. Dessy juga agak kaget. Jarang-jarang adik boss nya ini menyapa mereka. Biasanya yang jadi kecengannya adalah wanita-wanita seksi dan genit manja. Trus siapa pula yang disapanya sebagai calon kakak ipar? Apa Dessy? Apa iya Dessy akan jadi istri pak Gathan? Oh...benarkah? Kenapa ada rasa sakit di dalam hati Anna jika memang hal itu terjadi. Apa sebenarnya yang ia rasakan saat ini ?
==========
“Hai....calon kakak ipar?” tiba-tiba satu suara menyapa Anna yang masih asyik dalam lamunannya.
Anna terperangah melihat pria dihadapan nya. Dessy juga agak kaget. Jarang-jarang adik boss nya ini menyapa mereka. Biasanya yang jadi kecengannya adalah wanita-wanita seksi dan genit manja. Trus siapa pula yang disapanya sebagai calon kakak ipar? Apa Dessy? Apa iya Dessy akan jadi istri pak Gathan? Oh....benarkah? Kenapa ada rasa sakit di dalam hati Anna jika memang hal itu terjadi. Apa sebenarnya yang ia rasakan saat ini ?
“Oh... pak Mara, mau ketemu pak Gathan?” tanya Dessy saat melihat Mara sudah ada di depan mejanya.
“Tidak... aku gak perlu sama duku itu,” sahut Mara sambil senyum- senyum gak jelas.
“DUKUUUUUU ???” sahut Dessy dan Anna hampir berbarengan. Mereka berdua saling pandang, karena tidak tau apa yang dimaksud pak Mara dengan ‘Duku’ itu.
“Ah... kalian sama aja dengan boss kalian itu. Makanya gahol dong, gaaahooool,” ucap Mara sambil mempertegas kata gaul menjadi gahol.
“Yaa... maaf pak. Untuk soal yang begituan mungkin kami-kami ini kurang gaul,” sahut Dessy sambil tetap berusaha tersenyum, walau dalam hatinya ia mengumpat juga.
“Duku itu Duda Kuper, kebalikan dari Duren. Liat aja boss kalian itu. Betah aja menduda. Padahal di kantor ini cewek cantiknya bejibun Mau yang single, jendes, atau setengah jendes,” ucap Mara santai. Matanya lebih tertuju pada Anna. Sementara Anna sendiri hanya menunduk. Ia sudah tau sifat pak Mara yg suka jelalatan kalau melihat perempuan. Makanya Anna tak terlalu menanggapinya.
“Apaan tuh pak setengah jendes ?” tanya Dessy heran.
“Ituuuuuu.... masih istri orang tapi ngakunya janda,” jawab Mara santai.
“Emang ada yg begitu?” tanya Dessy makin heran.
Mara tertawa terbahak- bahak, sampai terdengar keruang dalam di mana Gathan mulai terganggu suara berisik adiknya itu.
‘Dessy...Dessy....banyak kaleee yg punya suami tapi ngaku janda. Jaman canggih gini, bukan cuma cowok yang bisa ngaku bujangan meski sudah punya bini empat. Cewek pun bisa juga ngaku janda, malah ada yang bersuami dua, tapi jelas suami gelap... hahaha,” ucap Mara.
Dessy dan Anna hanya tersenyum kecut. Ingin mereka membantah, tapi memang benar juga apa yang dikatakan pak Mara. Dikantor mereka pun ada yang seperti itu. Mengaku janda saat di kantor, tapi kalau pulang ke Bekasi, statusnya masih istri orang. Begitulah, mungkin sisi negatif pergaulan metropolis sudah mengubah dirinya.
“Hei Mara, ngapain lo disitu? Jangan ganggu pegawaiku yaaa,” suara keras Gathan yang mulai sebel dengan tingkah adiknya.
“Iya...iya...siap boss,” sahut Mara, tapi tertawanya masih juga terdengar meskipun pelan.
“Oke...calon kakak ipar, adek pamit dulu yaaaa,” lanjut Mara sambil tersenyum menggoda Anna. Dan membuat Anna makin menunduk dan salah tingkah.
Gathan yang sempat mendengar ucapan Mara itu, jelas jadi keki berat. Ucapan Mara itu bisa diartikan macam- macam oleh Dessy dan Anna. Tapi mau mendamprat Mara, orangnya keburu kabur keruangan lain.
Sesaat Gathan melihat ke arah Dessy dan Anna. Keduanya pun melihat ke arah Gathan, kalau Dessy hanya senyum dan mengangkat bahunya, sementara Anna malah tertunduk malu. Anna seolah tau bahwa kalimat pak Mara tadi di tujukan untuknya. Karena saat pak Mara mengucapkan kata ‘Calon Kakak Ipar’, mata pak Mara lebih terfokus padanya. Kalau saja tidak ada Dessy, mungkin Anna sudah berlari cepat menuju keruangannya, dan menyembunyikan perasaannya yang saat ini mulai berbunga-bunga.
***
Tiga hari kemudian....
Sesuai dengan jadwal yg sudah di konfirmasikan dengan Dessy, pagi ini pukul 10, waktunya Rasya untuk bertemu dengan pak Gathan. Dan hal ini sudah disampai kan Anna pada Rasya. Tapi betapa terkejutnya Anna saat pagi ini yg nongol di kantornya komplit satu keluarga. Ada Rasya, Risty dan juga mama, papanya. Lho Kok ? Anna jadi bingung sendiri.
“Waduh... kok mama sama papa ikutan sih?” tanya Anna dengan suara pelan. Karena saat ini semua mata pegawai yg ada di kantor ini pada terheran-heran melihat kedatangan keluarga Anna yang lengkap.
“Loh... katanya Rasya di undang untuk wawancara. Nah... mama dan papa juga ingin lihat gimana hasil latihan kami beberapa hari ini,” jawab mamanya santai.
“Latihan apaaaa?” tanya Anna makin heran.
“Yaa... latihan wawancara lah. Mama kan yg jadi sutradaranya Kenapa mama tidak boleh ikut ? Kalau nanti perlu take ulang, mama pasti di perlukan,” mama Anna makin nyerocos saat melihat Anna cuma cengo.
Anna menepuk jidatnya. Kepalanya mendadak pusing. Semua diluar perkiraannya. Tadinya ia pikir hanya Rasya yang akan datang. Dan mengenai latihan itu, memang ia mendengar nya. Tapi Anna tak pernah mengira bakal begini kejadiannya.
"Gimana An? Adikmu sudah siap?” tanya Dessy sambil menatap heran pada yg lainnya. ‘Kok jadi rombongan ya’ pikir Dessy.
Anna menghela napas sejenak. “Okee Des. Ini Rasya adikku. Ia sudah siap kok,” ucap Anna akhirnya.
“Loh...loh....loh....kita bagaimana?” tanya mama menuntut keadilan.
“Maaa... mama sama yg lainnya tunggu disini aja,” desis Anna pelan.
“Whaaat???” teriak mama Anna, dan membuat beberapa orang menoleh pada mereka. Anna makin tengsin dengan keadaan begini. Ia yang tau watak mamanya, makin khawatir. Jangan-jangan nanti mamanya malah bikin keributan disini.
Untung disaat yang genting itu tiba-tiba Gathan muncul dari ruangannya. Kebetulan ia ada perlu dengan Dessy. Tapi saat ia melihat keluar nampak ramai, ia jadi penasaran. Ada apa gerangan.
“PAAK GATHAAAAAAA,” Rasya berteriak nyaring. Seolah-olah sedang melihat artis pujaannya lewat. Dan tanpa bisa di cegah Rasya langsung mendekat pada Gathan. Menubruknya dan memeluknya. Gathan yang di peluk cuma senyum tapi bingung.
Anna jelas kaget sekaligus keki melihat kelakuan Rasya yang malu-maluin itu. Bener-bener ia malu melihatkan mukanya saat ini. Keterkejutan Anna tak hanya sampai disitu. Saat mamanya maju, Anna merasa dunianya pasti kiamat seketika.
“Ohhh... ini namanya pak Gathan. Ganteng yaaa. Kereen,” ucap mama Anna saat berdiri di depan Gathan.
Gathan yg makin shock melihat kearah Dessy. Tapi Dessy juga bingung dengan kejadian yang di luar dugaan. Untungnya ada Risty sebagai penyelamat. Ia buru-buru menghampiri.
WHAAAAAT !!!!???? Tidak salah nih? Helloooo... aku bukan OB kaleee..!!! Anna hanya menarik napas kesal. Dikira mau ngomong apaan. Eh malah nyuruh ngambilin teh di pantry. Tapi tak apalah. Hitung-hitung servis buat boss. Toh masih dalam batas kewajaran juga. Kecuali kalau tadi pak Gathan bilang, “Riyana, tolong pijetin saya sebentar.” Naaah itu baru masalah. Cieeeee.... yg mupeng!!!! Maaf ya, ini bukan cerita para bapers... hehehe.
Tak sampai sepuluh menit, Anna sudah kembali keruangan pak Gathan. Kali ini lengkap dengan secangkir teh hangat. Dengan lagak bak OB sejati, Anna meletakkan teh itu di depan pak Gathan.
“Ini pak tehnya,” ucap Anna dan tak lupa dengan senyuman yang super manis. Teh manis itu saja pasti kalah manisnya.
“Makasih Riyana,” sahut pak Gathan sambil mengangkat mukanya sedikit. Sedari tadi nampaknya ia terlalu fokus dengan laptopnya. Mirip Tukul Arwana. Kembali ke LAPTOP.
Merasa tak dibutuhkan lagi, Anna langsung putar badan dan hendak keluar ruangan. Tapi lagi-lagi pak Gathan menghentikannya.
“Sebentar Riyana. Duduk dulu deh,” ucap Gathan sambil wajahnya memberi isyarat agar Anna duduk di sofa tamu. Hati Anna mulai dag dig dug. Ada apalagi ini? Apa urusan kemarin sore yang soal model itu? Ah.. gak mungkin.
Gathan pun mendekat kearah Anna, sambil tangannya memegang amplop coklat berukuran besar. Anna jadi makin bertanya- tanya. Apa itu surat PHK dirinya. Tapi kalau dilihat dari tampang pak Gathan, rasanya mustahil itu surat PHK nya. Sebab pak Gathan menyerahkannya sambil tersenyum sumringah. Mustahilkan seorang boss mem PHK kan anak buahnya sambil tersenyum? Kecuali boss nya itu tidak berprikemanusiaan.
“A... apa ini pak ?” tanya Anna gugup sambil menerima amplop coklat itu.
“Buka saja,” jawab Gathan masih tetap dengan senyum manisnya.
Perlahan Anna membuka amplop besar itu dan mengeluarkan isinya. Dan....... Haaaa... Anna melongo heran. Dilihatnya lembar demi lembar kertas yang dikeluarkannya dari dalam amplop itu. Tapi ia masih tidak percaya. Anna memandang boss nya yang masih konsen dengan senyumnya. Sorot mata Anna seakan bertanya, “Ini beneran saya???”
Dan Gathan dengan yakin menganggukkan kepalanya. Lagi-lagi Anna masih menatap heran foto-fotonya yang menurutnya lain dari yang diambil kemarin sore. Apa pak Gathan memang pinter motonya ya, hingga hasilnya bener-bener diluar dugaan.
“Kamu pasti kaget kan liat foto kamu sendiri?” tanya Gathan santai sambil duduk di sebelah Anna.
“I.. iya pak.Saya beneran kaget. Bapak jago banget motretnya,” sahut Anna masih grogi.
“Aku biasa saja motretnya. Yang pinter itu yg ngeditnya. Meski tetap mempertahankan sisi naturalnya, tapi tetap tak lupa konsep exclusivenya,” ucap Gathan menjelaskan agar Anna tidak terlalu bingung.
“Oh... pantes bagus banget,” ucap Anna tanpa sadar.
“Nah, sekarang kamu yakin kan bisa jadimodel juga?” ucap Gathan.
Anna jadi bingung sendiri. Ia belum bisa menjawab dengan tegas. Kalau tadi pagi ia sudah sampai pada keputusan akhir untuk menolak tawaran itu. Tapi sekarang setelah melihat hasilnya sendiri, Anna mulai goyah lagi.
“Come on, gak usah ragu Riyana. Kan jadi model itu cuma selingan saja. Kerjaan utama kamu tetap sebagai staf finance. Masalah honor kita bisa profesional kok. Cobalah. Ini kesempatan emas,” Gathan mulai mengeluar kan rayuan mautnya.
“Tapi ini tidak harus sekarang kan pak ?” tanya Anna memastikan
“Ya gak lah Riyana. Kamu harus latihan dulu Nanti aku minta Rudy untuk menangani kamu. Dessy juga bisa bantu kamu untuk kursus kilat. Bagaimana?” sahut Gathan meminta persetujuan Anna. Dan Gathan makin lebar senyumnya saat melihat Anna menganggukkan kepala. Rencananya berjalan sangat sukses.
***
“Apa yg bisa membuat bapak sukses di usia yang masih muda?” Rasya sedang berlatih untuk wawancaranya dengan pak Gathan. Kali ini teman berlatihnya sangat komplit. Ada Risty sebagai kameramen, papanya yg berpura-pura sebagai pak Gathan, dan mama nya sebagai sutradara.
“Cut....cut....” teriak mama seketika. Sebagai sutradara ia berhak menghentikan syuting jika ada yg menurutnya kurang beres.
Serempak ketiga orang yang lainnya menoleh kearah mama. Rasya yang merasa tak ada salah langsung protes.
“Kenapa di cut ma? Baru juga mulai,” keluh Rasya.
Bak sutradara profesonal, mama mendekati Rasya. “Kamu itu gimana sih Sya? Yang serius dong. Masak wawancara sambil cengar cengir gitu,” jawab mama.
Rasya pun menutup mulutnya. Memang ia merasa geli sendiri dengan latihan ini. Tapi apa boleh buat. Demi keinginannya yang bisa ketemu langsung pak Gathan, hal ini dia jabanin.
“Gimana gak mau ketawa ma. Yang jadi pak Gathannya udah kisut. Gak kece,” sahut Rasya sambilmengerling nakal pada papanya. Dan papa yang merasa jadi bahan omongan cuma terkekeh pelan.
“Eh... kamu jangan sembarangan ya. Dulu waktu masih muda, papa kalian itu lebih ganteng dari pak Gathan Artis Hengky Tornando aja kalah keren dari papa. Makanya dulu mama naksir sama papa,” protes mama yang gak mau mantan pacarnya di olok-olok sama Rasya.
“Iya deh... iya Rasya percaya kok. Papa memang ganteng, paling tidak lebih keren dari pak haji Bokir... hehehe,” jawab Rasya tak mau kalah.
“Udah...udah...lanjut lagi. Tapi yang serius latihannya,” Risty yang mulai pegel pegang kamera ikutan protes.
Begitulah aksi satu keluarga itu. Penuh kelucuan dan gelak tawa. Mereka begitu semangat, semua demi Rasya.
Sementara Anna sendiri sedang berdiskusi dengan Dessy. Dessy sendiri memang awal kariernya adalah model. Tapi saat ia lebih memilih progres masa depan, ia lebih memilih sekretaris daripada melanjutkan kariernya sebagai model.
“Cieeeee.... yang mau jadi model,” goda Dessy saat Anna bertanya pendapat Dessy soal tawaran pak Gathan.
“Apaan sih Des? Aku tuh juga masih ragu tauuk,” sanggah Anna.
“Kenapa ragu An?” tanya Dessy, “Kamu tuh tinggal belajar sedikit saja. Lagi pula ini hanya selingan kok. Kamu kan masih kerja seperti biasa,” lanjut Dessy.
“Aku kurang pede Des,” sahut Anna lesu.
“Kenapa? Apa kamu kira model-model itu cantik semua? Itu semua trik An. Semua berperan. Make up, lighting, foto grafer dan lain-lainnya. Percaya deh. Kamu jauh lebih cantik dari para model itu kalau kamu sudah di make over,” sahut Dessy memberikan semangat.
“Aku gak mau di make over. Aku mau tetap jadi diriku sendiri,” jawab Anna.
“Itu juga gak masalah. Kamu bisa minta bagian make up untuk membuat kamu tampil cantik dan natural. Itu semua bisa di atur An,” Dessy tak menyerah membuat Anna agar menerima tawaran pak Gathan.
“Lagian kamu tuh aneh ya. Orang-orang banyak yang bercita-cita jadi model. Bahkan ada yang sampai ngorbanin apa aja. Tapi kamu yang kesempatan udah di depan mata, masak kamu sia-siakan gitu aja. Setidaknya kamu mencoba dulu An. Jangan kalah sebelum berperang,” lanjut Dessy.
“Ah... kamu sendiri kenapa mundur jadi model,” protes Anna.
“Itu lain An. Aku lebih memilih karier profesional daripada jadi model. Model itu kalau untuk di jadikan sebagai karier masa depan cukup sulit An. Kita memiliki batasan umur. Saingan kita juga tidak sedikit. Trus paling mentok karier kita jadi art modeling, atau artis sinetron. Iya kalo emang kita punya bakat kesitu. Kalau tidak?? Hancur kita.”
Anna manggut-manggut seakan membenarkan apa yang dikatakan Dessy. Jadi model itu memang dunia glamour yang menjanjikan, tapi sekaligus menghanyut kan. Sedikit saja kita salah bertindak, karier kita akan hancur. Tidak sedikit model yang hanya bertahan dalam hitungan 2 atau 3 tahun. Bahkan ada yang cuma melejit sekali, habis itu langsung tenggelam karena berbagai skandal
Jadi model juga harus kuat-kuat iman. Jika tidak berbagai godaan akan mendera dan menghancurkan. Makanya Anna masih perlu berpikir panjang. Meski untuk project dengan Arafah, Anna tak bisa menolak lagi. Karena pak Gathan sudah meminta mas Rudy untuk‘menghandle’ dirinya. Entah untuk kedepannya. Rasanya benar apa kata Dessy. Jika kita tak begitu pintar memanage, lebih baik kita mundur teratur.
“Hai... calon kakak ipar?” tiba-tiba satu suara menyapa Anna yang masih asyik dalam lamunannya.
Anna terperangah melihat pria dihadapan nya. Dessy juga agak kaget. Jarang-jarang adik boss nya ini menyapa mereka. Biasanya yang jadi kecengannya adalah wanita-wanita seksi dan genit manja. Trus siapa pula yang disapanya sebagai calon kakak ipar? Apa Dessy? Apa iya Dessy akan jadi istri pak Gathan? Oh...benarkah? Kenapa ada rasa sakit di dalam hati Anna jika memang hal itu terjadi. Apa sebenarnya yang ia rasakan saat ini ?
==========
“Hai....calon kakak ipar?” tiba-tiba satu suara menyapa Anna yang masih asyik dalam lamunannya.
Anna terperangah melihat pria dihadapan nya. Dessy juga agak kaget. Jarang-jarang adik boss nya ini menyapa mereka. Biasanya yang jadi kecengannya adalah wanita-wanita seksi dan genit manja. Trus siapa pula yang disapanya sebagai calon kakak ipar? Apa Dessy? Apa iya Dessy akan jadi istri pak Gathan? Oh....benarkah? Kenapa ada rasa sakit di dalam hati Anna jika memang hal itu terjadi. Apa sebenarnya yang ia rasakan saat ini ?
“Oh... pak Mara, mau ketemu pak Gathan?” tanya Dessy saat melihat Mara sudah ada di depan mejanya.
“Tidak... aku gak perlu sama duku itu,” sahut Mara sambil senyum- senyum gak jelas.
“DUKUUUUUU ???” sahut Dessy dan Anna hampir berbarengan. Mereka berdua saling pandang, karena tidak tau apa yang dimaksud pak Mara dengan ‘Duku’ itu.
“Ah... kalian sama aja dengan boss kalian itu. Makanya gahol dong, gaaahooool,” ucap Mara sambil mempertegas kata gaul menjadi gahol.
“Yaa... maaf pak. Untuk soal yang begituan mungkin kami-kami ini kurang gaul,” sahut Dessy sambil tetap berusaha tersenyum, walau dalam hatinya ia mengumpat juga.
“Duku itu Duda Kuper, kebalikan dari Duren. Liat aja boss kalian itu. Betah aja menduda. Padahal di kantor ini cewek cantiknya bejibun Mau yang single, jendes, atau setengah jendes,” ucap Mara santai. Matanya lebih tertuju pada Anna. Sementara Anna sendiri hanya menunduk. Ia sudah tau sifat pak Mara yg suka jelalatan kalau melihat perempuan. Makanya Anna tak terlalu menanggapinya.
“Apaan tuh pak setengah jendes ?” tanya Dessy heran.
“Ituuuuuu.... masih istri orang tapi ngakunya janda,” jawab Mara santai.
“Emang ada yg begitu?” tanya Dessy makin heran.
Mara tertawa terbahak- bahak, sampai terdengar keruang dalam di mana Gathan mulai terganggu suara berisik adiknya itu.
‘Dessy...Dessy....banyak kaleee yg punya suami tapi ngaku janda. Jaman canggih gini, bukan cuma cowok yang bisa ngaku bujangan meski sudah punya bini empat. Cewek pun bisa juga ngaku janda, malah ada yang bersuami dua, tapi jelas suami gelap... hahaha,” ucap Mara.
Dessy dan Anna hanya tersenyum kecut. Ingin mereka membantah, tapi memang benar juga apa yang dikatakan pak Mara. Dikantor mereka pun ada yang seperti itu. Mengaku janda saat di kantor, tapi kalau pulang ke Bekasi, statusnya masih istri orang. Begitulah, mungkin sisi negatif pergaulan metropolis sudah mengubah dirinya.
“Hei Mara, ngapain lo disitu? Jangan ganggu pegawaiku yaaa,” suara keras Gathan yang mulai sebel dengan tingkah adiknya.
“Iya...iya...siap boss,” sahut Mara, tapi tertawanya masih juga terdengar meskipun pelan.
“Oke...calon kakak ipar, adek pamit dulu yaaaa,” lanjut Mara sambil tersenyum menggoda Anna. Dan membuat Anna makin menunduk dan salah tingkah.
Gathan yang sempat mendengar ucapan Mara itu, jelas jadi keki berat. Ucapan Mara itu bisa diartikan macam- macam oleh Dessy dan Anna. Tapi mau mendamprat Mara, orangnya keburu kabur keruangan lain.
Sesaat Gathan melihat ke arah Dessy dan Anna. Keduanya pun melihat ke arah Gathan, kalau Dessy hanya senyum dan mengangkat bahunya, sementara Anna malah tertunduk malu. Anna seolah tau bahwa kalimat pak Mara tadi di tujukan untuknya. Karena saat pak Mara mengucapkan kata ‘Calon Kakak Ipar’, mata pak Mara lebih terfokus padanya. Kalau saja tidak ada Dessy, mungkin Anna sudah berlari cepat menuju keruangannya, dan menyembunyikan perasaannya yang saat ini mulai berbunga-bunga.
***
Tiga hari kemudian....
Sesuai dengan jadwal yg sudah di konfirmasikan dengan Dessy, pagi ini pukul 10, waktunya Rasya untuk bertemu dengan pak Gathan. Dan hal ini sudah disampai kan Anna pada Rasya. Tapi betapa terkejutnya Anna saat pagi ini yg nongol di kantornya komplit satu keluarga. Ada Rasya, Risty dan juga mama, papanya. Lho Kok ? Anna jadi bingung sendiri.
“Waduh... kok mama sama papa ikutan sih?” tanya Anna dengan suara pelan. Karena saat ini semua mata pegawai yg ada di kantor ini pada terheran-heran melihat kedatangan keluarga Anna yang lengkap.
“Loh... katanya Rasya di undang untuk wawancara. Nah... mama dan papa juga ingin lihat gimana hasil latihan kami beberapa hari ini,” jawab mamanya santai.
“Latihan apaaaa?” tanya Anna makin heran.
“Yaa... latihan wawancara lah. Mama kan yg jadi sutradaranya Kenapa mama tidak boleh ikut ? Kalau nanti perlu take ulang, mama pasti di perlukan,” mama Anna makin nyerocos saat melihat Anna cuma cengo.
Anna menepuk jidatnya. Kepalanya mendadak pusing. Semua diluar perkiraannya. Tadinya ia pikir hanya Rasya yang akan datang. Dan mengenai latihan itu, memang ia mendengar nya. Tapi Anna tak pernah mengira bakal begini kejadiannya.
"Gimana An? Adikmu sudah siap?” tanya Dessy sambil menatap heran pada yg lainnya. ‘Kok jadi rombongan ya’ pikir Dessy.
Anna menghela napas sejenak. “Okee Des. Ini Rasya adikku. Ia sudah siap kok,” ucap Anna akhirnya.
“Loh...loh....loh....kita bagaimana?” tanya mama menuntut keadilan.
“Maaa... mama sama yg lainnya tunggu disini aja,” desis Anna pelan.
“Whaaat???” teriak mama Anna, dan membuat beberapa orang menoleh pada mereka. Anna makin tengsin dengan keadaan begini. Ia yang tau watak mamanya, makin khawatir. Jangan-jangan nanti mamanya malah bikin keributan disini.
Untung disaat yang genting itu tiba-tiba Gathan muncul dari ruangannya. Kebetulan ia ada perlu dengan Dessy. Tapi saat ia melihat keluar nampak ramai, ia jadi penasaran. Ada apa gerangan.
“PAAK GATHAAAAAAA,” Rasya berteriak nyaring. Seolah-olah sedang melihat artis pujaannya lewat. Dan tanpa bisa di cegah Rasya langsung mendekat pada Gathan. Menubruknya dan memeluknya. Gathan yang di peluk cuma senyum tapi bingung.
Anna jelas kaget sekaligus keki melihat kelakuan Rasya yang malu-maluin itu. Bener-bener ia malu melihatkan mukanya saat ini. Keterkejutan Anna tak hanya sampai disitu. Saat mamanya maju, Anna merasa dunianya pasti kiamat seketika.
“Ohhh... ini namanya pak Gathan. Ganteng yaaa. Kereen,” ucap mama Anna saat berdiri di depan Gathan.
Gathan yg makin shock melihat kearah Dessy. Tapi Dessy juga bingung dengan kejadian yang di luar dugaan. Untungnya ada Risty sebagai penyelamat. Ia buru-buru menghampiri.
“Maaf pak atas kejadian diluar dugaan ini. Kami ini keluarga dari mbak Riyana. Ini Rasya adik kami yang ingin ketemu bapak. Ini mama dan papa kami. Sementara saya sendiri Risty adik mbak Riyana.”
Gathan pun segera paham apa yang terjadi. Ia pun segera mempersilahkan keluarga Anna masuk kedalam ruangannya. Ia pun tak lupa memanggil Anna untuk ikut juga. Meski menahan rasa malu karena tingkah Rasya dan mamanya, Anna terpaksa ikut masuk juga.
Dan ia makin sebel saat sebelum masuk terdengar suara Dessy yang menggodanya, “Ayo buruan masuk. Acara ijab qobul segera dimulai...hihihihi.” Dan Anna langsung mendelik sewot.
Didalam ruanganGathan suasana menjadi lebih rileks, apalagi Risty dengan piawainya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tentang keinginan Rasya yang hanya ingin bertemu dengan pak Gathan tanpa embel- embel wawancara.
Gathan pun menjadi maklum, meski lucu juga menurutnya kejadian barusan. Tapi kenapa juga Anna harus berbohong pake ngomong Rasya dapat tugas dari kampus dan ingin mewawancaranya.
“Yaaa...saya pikir adalah hal yang aneh dan rasanya tidak mungkin jika Rasya ingin ketemu bapak dan cuma ingin kenalan,” jawab Anna membela diri. Dan nampaknya Gathan bisa memaklumi hal itu.
“Ya sudah kalau begitu. Kan sekarang sudah kenalan, trus mau apa lagi?” tanya Gathan pada Rasya.
“Yaaah... masak cuma begini doang? Kak Risty perlu bahan tuh buat liputannya, mama juga mau lihat hasil kami latihan,” jawab Rasya spontan.
Gathan hanya tertawa, sementara Anna mendelik pada Rasya. Tapi Risty nampaknya punya ide lain.
“Bagaimana kalau kita gak usah wawancara, tapi kita ambil ini dengan tema ‘Excecutive muda yang low profile dengan keluarga pegawainya’ setuju ????” usul Risty.
“AKKUUUUUUUUUURRRRRR,” jawab Rasya, mama dan papa serentak. Kecuali Anna yang nampaknya belum move on dari rasa malunya. Hari ini dia betul-betul kehilangan muka di depan pak Gathan.
Gathan sendiri oke-oke saja. Sebuah usulan yang bagus nampaknya. Dan ia menaruh rasa simpatik pada Risty. Meski gadis itu terkesan tomboy, tapi pemikiran nya lebih cepat dalam mengatasi setiap masalah yang timbul. Dan pembawaannya pun cukup dewasa. Sekilas muncul ide dalam benak Gathan. Kenapa ia tidak mengenalkan Risty kepada Mara ? Bisa jadi mereka berjodoh.... hehehe. Ide yang jitu. Gathan dengan Anna, sedangkan Mara dengan Risty. Pasti klop deh. Trus yang nulis sama siapa ???? Hayoooooooo.....gigit jari deh... (nasib....nasib).
***
Anna menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Rasanya hari ini adalah hari yang sangat melelahkan. Bukan dari segi fisik. Tapi dari segi pikiran dan hati. Kejadian siang tadi telah membuatnya menguras energi batin. Keluarga yang ajaib. Tapi akhirnya Anna tersenyum sendiri. Siapa sangka akhirnya bisa berakhir dengan manis. Mereka betul- betul seperti keluarga. Pak Gathan yg semula ia kira akan merasa kaku berkumpul dengan keluarganya, tampak enjoy dan menyatu. Pak Gathan bisa bersikap sebagai kakak yang baik bagi Rasya dan Risty. Pak Gathan juga bisa menempatkan diri dengan baik di hadapan papa dan mamanya. Meski mama kadang terkesan leubay, tapi pak Gathan hanya menanggapinya dengan senyuman.
“PIING”
Tiba-tiba hape Anna berbunyi. Sebuah pesan masuk dari BBM nya. Segera ia buka. Sebuah nama baru muncul di undangan messege. Tertera nama Maheswara. Siapa lagi kalau bukan pak Gathan. Nampaknya ia serius saat sore tadi minta pin BB nya. Setelah di konfirm, tak lama kemudian muncul pesan.
“Kau mungkin bukan yang pertama. Tapi aku pastikan kau menjadi yang terakhir.”
-Duren Tralala- (Duda Keren Tak Laku Laku)
Bersambung #4
Gathan pun segera paham apa yang terjadi. Ia pun segera mempersilahkan keluarga Anna masuk kedalam ruangannya. Ia pun tak lupa memanggil Anna untuk ikut juga. Meski menahan rasa malu karena tingkah Rasya dan mamanya, Anna terpaksa ikut masuk juga.
Dan ia makin sebel saat sebelum masuk terdengar suara Dessy yang menggodanya, “Ayo buruan masuk. Acara ijab qobul segera dimulai...hihihihi.” Dan Anna langsung mendelik sewot.
Didalam ruanganGathan suasana menjadi lebih rileks, apalagi Risty dengan piawainya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tentang keinginan Rasya yang hanya ingin bertemu dengan pak Gathan tanpa embel- embel wawancara.
Gathan pun menjadi maklum, meski lucu juga menurutnya kejadian barusan. Tapi kenapa juga Anna harus berbohong pake ngomong Rasya dapat tugas dari kampus dan ingin mewawancaranya.
“Yaaa...saya pikir adalah hal yang aneh dan rasanya tidak mungkin jika Rasya ingin ketemu bapak dan cuma ingin kenalan,” jawab Anna membela diri. Dan nampaknya Gathan bisa memaklumi hal itu.
“Ya sudah kalau begitu. Kan sekarang sudah kenalan, trus mau apa lagi?” tanya Gathan pada Rasya.
“Yaaah... masak cuma begini doang? Kak Risty perlu bahan tuh buat liputannya, mama juga mau lihat hasil kami latihan,” jawab Rasya spontan.
Gathan hanya tertawa, sementara Anna mendelik pada Rasya. Tapi Risty nampaknya punya ide lain.
“Bagaimana kalau kita gak usah wawancara, tapi kita ambil ini dengan tema ‘Excecutive muda yang low profile dengan keluarga pegawainya’ setuju ????” usul Risty.
“AKKUUUUUUUUUURRRRRR,” jawab Rasya, mama dan papa serentak. Kecuali Anna yang nampaknya belum move on dari rasa malunya. Hari ini dia betul-betul kehilangan muka di depan pak Gathan.
Gathan sendiri oke-oke saja. Sebuah usulan yang bagus nampaknya. Dan ia menaruh rasa simpatik pada Risty. Meski gadis itu terkesan tomboy, tapi pemikiran nya lebih cepat dalam mengatasi setiap masalah yang timbul. Dan pembawaannya pun cukup dewasa. Sekilas muncul ide dalam benak Gathan. Kenapa ia tidak mengenalkan Risty kepada Mara ? Bisa jadi mereka berjodoh.... hehehe. Ide yang jitu. Gathan dengan Anna, sedangkan Mara dengan Risty. Pasti klop deh. Trus yang nulis sama siapa ???? Hayoooooooo.....gigit jari deh... (nasib....nasib).
***
Anna menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Rasanya hari ini adalah hari yang sangat melelahkan. Bukan dari segi fisik. Tapi dari segi pikiran dan hati. Kejadian siang tadi telah membuatnya menguras energi batin. Keluarga yang ajaib. Tapi akhirnya Anna tersenyum sendiri. Siapa sangka akhirnya bisa berakhir dengan manis. Mereka betul- betul seperti keluarga. Pak Gathan yg semula ia kira akan merasa kaku berkumpul dengan keluarganya, tampak enjoy dan menyatu. Pak Gathan bisa bersikap sebagai kakak yang baik bagi Rasya dan Risty. Pak Gathan juga bisa menempatkan diri dengan baik di hadapan papa dan mamanya. Meski mama kadang terkesan leubay, tapi pak Gathan hanya menanggapinya dengan senyuman.
“PIING”
Tiba-tiba hape Anna berbunyi. Sebuah pesan masuk dari BBM nya. Segera ia buka. Sebuah nama baru muncul di undangan messege. Tertera nama Maheswara. Siapa lagi kalau bukan pak Gathan. Nampaknya ia serius saat sore tadi minta pin BB nya. Setelah di konfirm, tak lama kemudian muncul pesan.
“Kau mungkin bukan yang pertama. Tapi aku pastikan kau menjadi yang terakhir.”
-Duren Tralala- (Duda Keren Tak Laku Laku)
Bersambung #4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel