“Why not Riyana? Kamu cantik. Kamu juga berhijab. Dan kamu adalah pekerja kantoran. Bukankah itu tema yang diminta sama Arafah Agency ?” sahut Gathan yg melihat keterkejutan sekaligus ke ragu-raguan dari Anna.
“Tapi pak saya gak punya bakat untuk jadi model,” kilah Anna ragu.
“Apa kamu pikir semua artis dan model itu muncul dari bakat?? Tidak juga. Malah banyak dari mereka yang memanfaatkan koneksi ataupun kekayaan orang tua mereka. Bahkan ada lagi dari mereka yang tak segan-segan menjual kehormatan mereka cuma untuk tenar,” jelas Gathan. Ia ingin agar Anna lebih bisa menerima usulannya dengan sedikit berlogika.
“Kamu juga tak terlalu mentah Riyana. Kamu bisa dilatih. Saya yakin itu. Dengan sedikit sentuhan tangan dari maestronya, kamu akan menjadi model yang layak di perhitungkan,” lanjut Gathan.
Sementara Anna masih saja bengong. Ia masih belum percaya dengan apa yang di dengarnya saat ini. Kenapa ia yang harus jadi model ? Kan masih banyak wanita cantik dikantor ini. Begitulah pikir Anna.
Gathan mengeluarkan camera nikonnya. Bak fotografer handal ia berdiri dan berkata pada Anna.
“Coba kamu ambil beberapa pose disitu. Nanti saya ambil gambarnya dan kita bisa lihat, apa kamu bisa jadi foto model atau tidak.”
Anna makin gugup. Tapi karena yg memerintah kan adalah sang Direktur Utama, mau tak mau Anna harus menurut. Dan betul saja. Gathan mulai mengarahkan Anna pada beberapa gaya. Dan dengan ahlinya Gathan mulai mengabadikan moment-moment Anna dengan posenya.Bahkan ada kalanya Gathan mengatur posisi Anna dengan sedikit sentuhan diantara mereka. Jelas ini makin membuat Anna berdebar-debar. Siapa sih yang tidak jadi salting sedemikian dekatnya dengandirektur utama yang ganteng itu. Dikantor ini, pasti semua cewek maunya bisa dekat dengan Gathan. Dan sekarang Anna sedang mengalaminya tanpa ia minta.
“Cukup... nanti kita akan lihat hasilnya.Sementara itu kamu boleh pulang dan coba kamu pikirkan lagi baik-baik,” ucap Gathan setelah hampir 15 menit mereka melakukan sesi pemotretan dadakan.
Anna tak menjawab. Ia hanya mengangguk dan berjalan keluar dari ruangan Gathan. Meninggalkan Gathan yg masih memandangi Anna sambil tersenyum cerah. Senyum kemenangan.
***
[Gathan POV.]
Usahaku untuk mendapatkan foto Anna ternyata berhasil. Aku cuma menggunakan akal-akalan saja untuk menjadikannya foto model. Tadinya aku sempat bingung bagai mana caranya untuk mendapatkan foto Anna. Tapi andai nanti ia setuju ingin jadi model, tak begitu sulit juga. Aku tinggal meminta Rudy untuk menjadikannya model di salah satu project iklannya.
Aku memandangi wajah- wajah Anna di dalam laptopku. Aku jadi tersenyum-senyum sendiri. Sejak Mara mengatakan bahwa Anna adalah cewek yg menarik, aku pun jadi penasaran. Dan rasanya Mara memang tak belebihan. Anna tidaklah terlalu cantik. Tapi wajahnya memang sangat natural. Nyaris tanpa make up. Mungkin hanya menggunakan bedak tipis. Tapi wajah yang nampak sederhana itu memancarkan keanggunan yang tersendiri. Aku sendiri saat melakukan sesi pemotretan itu harus menahan napas setiap menentukan titik fokus di wajahnya.
Tiba-tiba aku terpikir untuk mencoba menjadikan foto Anna ini lebih spesial lagi. Dan aku tau orang yang tepat untuk itu. Siapa lagi kalau bukan Mara. Dia paling ahli dalam mengobrak-abrik foto seseorang. Bergegas aku ke kamar Mara. Mungkin ia masih di dalam kamarnya dan belum keluyuran. Sebab jadwal keluyuran Mara adalah di saat kuntilanak mulai keluar. Yaitu tepat jam 12 malam.
Pernah aku berseloroh, “Lo mirip kuntilanak deh, jam segini baru mau keluar.” Dan dia cuma ngakak sambil menjawab, “Bencong juga keluarnya jam segindang cyiiiin.” Dan aku juga ikutan ngakak karenanya.
“Woi.... lagi ngapain? Nonton bokep ya?” seruku saat melihat Mara tengah asik melototi layar tivi di kamarnya.
“Dasar otak mesum. Ini lagi liat berita kaleeee,” sahut Mara sewot. Dan aku jadi tertawa sendiri.
“Soalnya jam segini kan waktunya lo nonton bokep Mara,” ucapku asal.
“Kok kakak tau??? Ih ngintip yaaa,” sahutnya sambil tergelak.
“Eh... aku punya kerjaan nih buat lo,” ujarku saat aku duduk di tempat tidur Mara.
“Halaaagh kerjaan apalagi sih ? ini tuh dirumah bukan dikantor,” protes Mara sewot.
"Yaela... lo pasti gak bakalan nolak kerjaan dari gue,” sahutku.
“Gilaaaa... dapet darimana nih foto ? Kakak nyolong dari instagramnya dia ya ?” celoteh Mara.
Dan Mara mengernyit kan alisnya seakan memperhatikan apa yang baru saja aku ucapkan. Berkali-kali ia menatap layar laptop dan mukaku secara bergantian. Entah apa maksudnya.
“Bandit juga ternyata kakakku ini,” seru Mara sambil terkekeh pelan.
“Sialan lo,” umpatku sambil ikut tertawa juga.
“Jadi mau diapain nih ?” tanya Mara sambil meraih laptop di tanganku.
“Lo buat foto itu jadi semenarik mungkin. Bikin orang tak percaya bahwa itu Riyana. Bahkan bila perlu,Riyana sendiri tak percaya kalau itu fotonya. Lo kan paling jago kalau urusan tipu menipu cewek,” jawabku sambil terkekeh pelan.
Mara memonyongkan mulutnya. Sekilas ia melihat-lihat lagi beberapa foto Riyana yang sempat ku ambil sore tadi.
“Oke... besok pagi ini sudah siap di meja kerja kakak. Sekarang biarkan aku sedikit berekspresi. Sisanya akan dilanjutin sepulang dinas,” ucap Mara santai.
Aku mengangguk- angguk dan paham apa maksud dari kata ‘dinas’ yang di ucapkan Mara. Lebih baik aku meninggalkannya dan menunggu hasilnya saja besok pagi.
***
Anna masih saja terbengong sepanjang perjalanannya dari kantor ke rumah. Ia masih belum percaya dengan apa yang baru saja ia alami. Menjadi seorang Model ? Mimpi pun saja rasanya ia tak pernah. Dan tak ada cita-cita dalam kamus hidupnya untuk menjadi seorang model. Dan sekarang pak Gathan menawarinya untuk menjadi model. Apa ini hanya lelucon pak Gathan atau memang ia serius? Tapi pak Gathan sudah mengambil fotonya beberapa pose, berarti pak Gathan serius! Ahhh.... Anna menjadi pusing sendiri jika ingat hal itu.
Sesampainya di rumah Anna langsung di berondong oleh pertanyaan Rasya, “Gimana kak? Bisa kan ketemu pak Gathan? Pasti bisa deh, kapan kak? Oh iya, apa jawab pak Gathan.”
Anna memandang Rasya yang nampak begitu semangat. Sebenarnya ia capek, cuma ia tak ingin mengecewakan adiknya itu. Makanya ia menganggukkan kepalanya sambil berujar, “Iya, tapi waktunya belum tau. Masih harus diatur lagi oleh sekretarisnya,”
“Gimana kalo besok saja kak? Kan cuma sebentar,” sahut Rasya.
Anna mendelik. Adiknya ini benar-benar tidak tau kalau ia masih capek dan harus istirahat dulu. Untung ada suara mamanya dari dalam yang menegur Rasya.
“Rasyaaaaaa... kak Anna itu baru pulang. Masih capek. Nanti aja tanya- tanya lagi. Biar kak Anna istirahat dulu.”
Rasya pun memonyong kan bibirnya. Tapi tak urung dia masih mengikuti Anna masuk keruang tengah. Menghampiri papa dan mamanya yang sedang duduk di meja makan.
“Mau makan sekalian An?” tanya mamanya, dan di jawab Anna dengan gelengan kepala, “Nanti aja ma. Mau mandi dulu.”
“Jadi gimana kak?” lagi-lagi Rasya mengejar Anna dengan pertanyaannya. Tapi belum sempat Anna menjawab sudah terdengar omelan mamanya, “Rasyaaaaaa.... nih anak kalo ada maunya yaaa! Sana belajar.”
Rasya jadi diam sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sebenarnya masih berharap kakaknya mau menjawab pertanyaannya. Tapi ia mengurungkan niatnya saat melihat mamanya mendelik sewot.
Tapi akhirnya Anna menjawab juga, ia males jika nantinya Rasya malah mengejar-ngejar dirinya. Padahal sehabis ini ia ingin istirahat. Makanya ia pun menjelaskan semuanya pada Rasya.
“Dek.. pak Gathan itu orang sibuk. Waktunya harus diatur sedemikian rupa. Masih untung kamu dibolehin ketemu sama dia. Itu juga kak Anna terpaksa berbohong. Kakak kata kan kalau kamu mau wawancara untuk kepentingan kuliah,” jelas Anna.
Sekarang malah Rasya yang mendelik, “Tugas kuliah?”
“Iyaaa... habis kakak mau bilang apa dong? Gak mungkin kakak cuma bilang ada adik kak Anna yang kagum terus mau kenalan sama pak Gathan. Yang ada malah kak Anna di ketawain orang sekantor,” kilah Anna.
“Tapi Rasya harus wawancara apa?” tanya Rasya bingung.
“Yaa terserahlah. Buat dulu dikertas catatan- catatan yang nanti ingin ditanyakan. Beres kan. Tapi ingat ! Pertanyaan nya harus seputar ilmu manejemen. Jangan menyimpang,” jawab Anna.
“Dan satu lagi. Jangan kecentilan kayak cabe- cabean ketemu artis,” sambil bicara Anna mengacungkan jari telunjuknya, sebagai tanda satu peringatan keras. Dan lagi-lagi Rasya cuma memonyongkan bibirnya Tadinya mau seneng sekarang malah kesel.
==========
Rasya masuk kamar dengan muka cemberut, bibir dimonyongin, matanya muter-muter, mirip orang lagi sawan. Risty yg melihat adiknya masuk ke kamar kontan jadi ngakak.
“Kenapa lo dek..... hahahahah,” ucap Risty sambil melihat Rasya dengan tatapan lucu.
Rasya yang memang lagi kesel tak begitu menanggapi omongan kakaknya. Dia cuma duduk dipinggir tempat tidur. Diambilnya bantal guling dan mulai di gigit- gigitnya sarung bantal. Ini salah satu kebiasaan jelek Rasya.
Risty yg tidak mendapat jawaban dari Rasya malah mendekat. Malah ia berbaring di samping Rasya yang masih asik gigitin sarung bantal.
“Kenapa lo?” tanya ulang Risty. Tapi kali ini tidak sambil ketawa. Dia mulai pasang tampang muka serius.
“Itu... tuh kak Anna, tadinya udah bagus bossnya mau diajak kenalan, eh malah pake bilang mau wawancara, aaaahhh bete,” ucap Rasya kesel.
Risty yang memang belum tau asal muasal ceritanya dengan jelas, menjadi agak bingung. Karena itu ia pun bertanya lagi lebih serius, “Ceritain dong dari awal, siapa tau kakak bisa bantu.”
Sambil masih tetap gigitin sarung bantal, Rasya pun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Risty yang ikut mendengarkan mulai paham apa yang membuat Rasya jadi kesel.
“yaelah....begitu aja ribet Yaa udah dek, ntar kalo sudah dapat jadwal kapan bisa ketemu pak Gathan itu, serahkan kak Risty semuanya. Nanti kakak yang akan ikut wawancaranya. Adek tinggal bacain pertanyaan yang kakak susun. Percuma dong punya kakak lulusan jurnalistik kalau gak bisa bantuin adeknya dalam urusan ini,” ucap Risty santai.
Tentu saja mendengar ucapan Risty, mata Rasya jadi membulat terang. Senyumnya mulai mengembang. Kenapa dia bisa lupa kalau kak Risty itu seorang jurnalis. Meski pun masih freelance, tapi tampang kak Risty sudah sering sliweran di layar tivi. Apalagi untuk liputan-liputan traveling, kak Risty paling jagonya. Enak juga punya kakak tomboy.
“Ciyuuus kakak mau nolongin Rasya ???” tanya Rasya antusias.
“Sejuta riyus malahan. Kalau perlu ntar kakak bawa camera, biar beneran seperti kita sedang meliput seorang bisnismen muda yang sukses. Kan kalo memang bagus, kakak bisa jadiin bahan buat liputan orang-orang sukses,” sahut Risty.
“Yesss....makasih kakak cantik,” ucap Rasya sambil mengajak Risty tos ala cewek. Nah.... belum tau kan tos ala cewek???? Bukan telapak tangan yang diadu, tapi hidung..... hihihihi. Tapi ingat!!! Itu cuma ada di keluarga mereka. Dan sudah di hak patenkan. Dilarang keras meniru ataupun memperbanyak. Bisa dituntut di depan KUA... hehehe.
Kedua kakak beradik itu nampak senang dan saling tertawa-tawa. Mereka tidak tau bahwa ide mereka itu akan di tentang habis-habisan oleh Anna. Dan Anna sendiri, sedang apakah dia????
Rupanya sekarang Anna sedang asik dikamarnya dengan setumpuk baju dan aksesoris. Berulang kali ia mengganti pakaian danberlenggang lenggok di depan cermin besar. Semua aksesoris yang ia kumpuli sejak SMP di keluarin semua. Mulai dari jaman jadul sampai ke jaman on line. Nampaknya Anna sedang demam menjadi model. Kejadian sore tadi betul-betul membuatnya sedikit eror. Dan beginilah jadinya.Ia sudah bergaya bak peragawati karbitan. Hilir mudik dengan berbagai gaya. Kamera hape pun mulai jadi sasaran untuk berselfie ria. Dari gaya alim, serius, unyu-unyu dan alay. Bahkan hampir dia nekat pasang pose cabe-cabean. Untung ia segera ingat dan beristighfar. Kalo dengan gaya begitu sudah pasti ia ditolak untuk jadi model di Arafah Agency. Semua orang tau model- model di Arafah Agency adalah model yang memang bisa dipertanggung jawabkan kesholehan nya. Tidak sekedar cantik dan berhijab. Wawasan ke Islaman mereka juga harus teruji.
Anna kembali memandangi dirinya di depan cermin. Apa iya dia memang pantas jadi model ? Kalau di lihat- lihat dari penampilan pisik sih bisa jadi. Toh tingginya juga 168 centi. Kulitnya putih. Wajahnya juga lumayan. Bahkan orang-orang sering bilang, Anna adalah yang tercantik dari tiga bersaudara. Cuma untuk jadi model bukan hanya modal pisik. Tapi banyak faktor penunjang lainnya Dan untuk hal itu memang Anna perlu belajar lagi.
Anna memandangi baju-bajunya yang bertumpuk. Ia merasa terlalu dibuai mimpi. Bisa jadi besok pak Gathan sudah lupa dengan rencananya. Bisa jadi pak Gathan tadi itu cuma basa-basi dengannya. Meskipun tadi ia sudah di foto-foto bisa jadi foto itu langsung di delete oleh pak Gathan.
Anna mendesah panjang. Ia tak ingin terlalu di lambung angan-angan. Lebih baik dia berpijak pada realita yg ada saat ini. Segera dirapikannya kembali baju-baju beserta aksesorisnya. Dikembalikannya lagi ketempat semula. Lebih baik ia menjernihkan otaknya. Ia ingin mandi biar segar. Habis itu sholat dan makan malam. On line sebentar di instagram dan habis itu tidur. Biar besok ia bisa lebih fresh lagi dalam kerjaannya. Ia tak begitu lagi memikirkan soal menjadi model.
Tapi Anna sama sekali tidak tau. Di tempat yg lain justru seseorang tengah memandangi foto-foto Anna yang sedang tersenyum manis. Gathan sudah mencopy dulu foto-foto Anna kedalam hapenya, sebelum ia menyerah kan laptopnya pada Mara. Ada rasa yang berbeda memandang senyum gadis itu. Berbeda saat Gathan memandang Dessy, Sieska, Vita, Reva atau yang lainnya. Senyum Anna begitu tulus. Tak pernah dibuat-buat.Anna mungkin satu-satunya pegawai wanita di kantor Gathan yang tak pernah bermanis-manis kata tanpa alasan yang jelas. Cara bicara Anna pun biasa saja. Terkesan santai namun tegas.
Tanpa sadar Gathan membandingkan Anna dengan Hesti mantan istrinya. Hesti tentunya wanita yang sangat cantik. Karena Hesti adalah salah satu model ternama di kantor Gathan. Tapi begitulah, kecantikan bukanlah satu ukuran kesetiaan. Kemapanan bukanlah jaminan untuk satu keutuhan hubungan. Bahkan kesetiaan sendiri bukanlah jaminan untuk membuat orang tidak tergoda tanpa adanya Iman. Kesetiaan macam apapun akan runtuh jika orang itu tidak dibekali dengan Iman.
Gathan menarik napas dalam-dalam. Kenapa ia sekarang malah memikirkan Anna? Padahal ia sudah lama kenal dengan Anna, bahkan beberapa kali ia meminta Anna untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Tapi hari ini sesuatu yang istimewa itu telah terjadi. Apa ini karena ucapan Mara? Rasanya tidak juga. Entahlah.... Gathan sendiri bingung dengan jawaban dari pertanyaannya sendiri.
***
[Mara Pov.]
Ah.... ternyata aku kalah cepat. Betul kan dugaan ku, kak Gathan pasti jadi tertarik pada Riyana. Memang Riyana itu manis. Orang yg manis pasti tidak ngebosenin. Seperti penulis cerita ini yang manis. Eits...yang baca dilarang keras protes. Kalo protes berarti kalian bukan pembaca yang manis. Nah....duduk yang tenang oke ! ^-^
Dan sekarang aku bertugas untuk mengobrak-abrik foto-foto Riyana. Setelah kulihat, kuraba dan kuterawang, kayaknya tak perlu banyak di edit deh. Karena kalau kebanyakan di edit malah bisa hilang nilai historisnya. Paling aku hanya membuat foto ini lebih fresh, itu saja. Atau bisa saja dengan mengubah latar belakangnya. Dan itu bukan pekerjaan yang sulit. Sambil merem anak SD juga bisa. Dasar kak Gathan saja yg rada gaptek soal beginian.
Segera ku otak atik sembilan foto Riyana yang kuanggap bagus untuk di tampilkan. Ternyata kak Gathan kurang ahli dalam mengambil foto, dan mengarahkan gaya. Jadi terkesan agak kaku pose Riyana dalam foto itu. Tapi aku tak perlu susah-susah. Kan yang paling penting itu mukanya. Tinggal diedit sedikit, selesailah sudah Kuamati sekilas lagi. Dan setelah yakin dengan hasil kerjaku, segera ku shutdown laptop kak Gathan. Dan sekarang waktunya untuk dinas malem.
Sebentar... liat schedulle dulu.Malem ini ketempat siapa? Mieke, Santi, Mery, Reza, Abdul atau Somad. Hehehe... abaikan dua nama terakhir. Gue masih normal bro! Belum pengen jadi mahoo, kecuali kalo kepepet.
Setelah beres persiapan ronda malem ke apartemen Mieke, langsung saja aku keluar kamar. Tapi..... alamak, kenapa kak Gathan masih ada di ruang tengah. Ia membelakangiku, jadi dia gak ngeliat kalo aku sudah ada di belakang nya. Apa tuh yang lagi di perhatikannya ? Ceeeilaaa, foto Riyana masih juga dipandangin. Dasar duda kurang pergaulan...! Mirip anak abg saja kelakuannya. Gak ada kerjaan laen apa? Kerjain aaahhh.
“Cieeeee.... yang lagi mandangin bidadari sorga.”
Ucapanku itu langsung mengejutkan kak Gathan. Ia pura-pura mendelik sewot sambil menyembunyikan hapenya. Hmmmmm... kelakuan nih duren, ada-ada aja.
“Ngapain lo ngintip- ngintip?” tanya kak Gathan dengan mata mendelik.
Aku malah tertawa geli melihat gayanya yang mirip maling sedang ketangkep basah nyolong celana dalam. Pura-pura sangar tapi tampang mupengnya masih kelihatan.
“Udaaah... gak usah di liatin terus. Besok juga ketemu lagi. Kalo kurang puas, bawa pulang sekalian noh,” sahutku masih tertawa geli.
Dengan kesal kakGathan melemparku dengan bantal kursi. Tapi lemparannya meleset dan ia makin kesal. Aku malah makin girang. Puas rasanya godain kak Gathan.
“Kalo mau liat yang lebih bagus, tuuuuh ambil laptopnya. Udah aku edit tuh fotonya Riyana. Malah ada foto bugilnya segala loh.... hahaha,” candaku sambil berlalu meninggalkan kak Gathan.
“Sialan lo.. ! Awas kalo foto Riyana lo ubah jadi macem-macem,” jawab kak Gathan. Tapi aku tak menjawab lagi. Biarlah dia makin kesal. Toh sebentar lagi dia akan senyum-senyum melihat hasil kerjaku.
***
Setelah Mara pergi, Gathan bergegas ke kamar adiknya yg rada sableng itu. Ia takut kalau Mara memang betul dengan ucapannya barusan. Wajar Gathan jadi curiga, karena memang kerjaan tuh anak tidak jauh-jauh dari dunia mesum. Entah kuliah dimana dia yang ada fakultas mesumnya.
Tapi Gathan kemudian bisa tersenyum lega ketika melihat di laptop nya tidak ada foto-foto yang mencurigakan. Malahan Gathan jadi terpana melihat hasil kerja Mara pada foto Anna. Tidak banyak memang yang di edit, tapi style Mara dalam mendesign satu karya yang berkelas, memang patut di acungi jempol. Kali ini Gathan melihat foto Anna dalam konsep yang berbeda. Lebih exclusive dan lebih memiliki taste yang memang pantas untuk di jadikan seorang model.
Buru-buru Gathan mengeluarkan hapenya, dia menelpon seseorang Dan begitu disana terdengar suara si penerima, Gathan langsung berbicara, “Rud, kamu sudah dapat model pengganti Maya untuk Arafah Agency ?”
“Belum boss... kenapa? Ada calon?” ucap suara di seberang sana.
“Mungkin aku ada kandidat satu. Tapi sepertinya masih mentah. Aku maunya kamu hunting dulu dia. Tapi ingat! Jangan sampai dia tau,” jawab Gathan,
“Siapa boss?” tanya suara diseberang sana agak penasaran.Soalnya jarang-jarang boss nya ini memberinya seorang model yg masih mentah.
“Riyana,” ucap Gathan yakin.
“Riyana????? Riyana yg kerja di staf finance itu???” tanya suara diseberang sana seolah tak yakin.
“Betul. Kenapa? Kamu kaget? Kamu akan lebih kaget lagi saat kamu liat fotonya. Nanti aku kirim ke email kamu,” ucap Gathan sambil tersenyum. Ia yakin idenya kali ini sangat cemerlang. Dan Gathan sangat optimis semuanya akan berjalan dengan sukses. Hanya saja Gathan tidak menyadari, satu saat ia akan terjebak permainannya sendiri. Dan ia tak pernah sadar ada hati yg akan terluka dengan rencananya itu.
Bersambung #3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel