Semua orang berusaha menghubungi Leni termasuk Leta, namun semua sama tak ada satu panggilan pun yang di jawab oleh Leni. Sedangkan para tamu dan keluarga sudah mulai berdatangan untuk menyaksikan akad nikah.
Leta melihat ke arah Ata yang sedari tadi duduk diam tanpa bicara, Leta mendekat duduk di depan Ata dengan posisi lebih rendah dari laki-laki yang sudah di anggap seperti seorang kakak sendiri, Ata hanya terdiam yang terlihat hanya bulir bening mengalir dari ujung matanya.
"Mas, maafin kak Leni ya....? Dia udah jahat sama mas sampai mas jadi seperti ini" Leta ikut hancur menatap laki-laki di depannya itu menangis dalam diam.
"Biar Leta batalin semuanya, dan menyampai kan nya pada para undangan....." Leta berusaha bicara
"Mau di taruh di mana muka kami......." Papa Ata berteriak.
Semua terdiam. Keluarga Leta pun tak mampu berkata apa-apa menyadari anak sulung mereka sudah membuat kesalahan yang sangat fatal.
"Terus kita harus gimana om... kita gak mungkin melanjutkan ini, sedangkan mempelai wanita tak ada di sini" Leta masih berusaha bicara.
"Kamu.....kamu...." tiba-tiba mama Ata menunjuk Leta, Leta bingung tak mengerti maksudnya.
"Kalian sepaham kan dengan ku....." dia melanjutkan bicara sambil menunjuk ke arah orang tua Leta juga papa Ata.
"kamu bisa menggantikan Leni, untuk menyelamatkan kehormatan keluarga kita..." katanya lagi
"Apa........???" Leta dan Ata serentak terkejut.
"Jangan gila mana mungkin aku bisa menikahi Leta yang sudah ku anggap seperti adik ku sendiri....." Ata tiba-tiba bicara.
"Tapi Ta.... itu tidak ada salahnya, kita gak mungkin membatalkan semua ini, mau di taruh di mana muka kita" Papa Ata ikut bicara.
"Tapi om...." Leta belum selesai bicara mamanya mendekat memegang tangan anak kesayangannya itu.
"Sayang dengarkan mama, turuti saja kemauan om Bayu, sebagai penebus kesalahan kakak mu" mama Leta menangis merasa bersalah sudah membuat anak kesayangannya berada di posisi sulit.
"Tapi ma....." Leta mengiba
"Mama mohon....."
"Biarkan Leta bicara sama mas Ata berdua...." kata Leta kemudian mencoba memikirkan sesuatu.
Semua keluar dari kamar ganti Ata, membiarkan Ata dan Leta bicara berdua.
"Jangan Ta.... jangan kamu korban kan masa depan mu untuk ku juga keluarga kita" Ata berusaha bicara memegang pundak gadis yang sudah di anggapnya sebagai adik.
"Maaf mas, aku juga gak tahu aku harus berbuat apa....." Leta menangis, merasa hancur, apa yang sudah di siapkannya untuk sang kakak harus berantakan karena ke egoisan sang kakak.
"Kita lakukan saja....." kata Leta masih menangis.
"Tapi......" Ata berusaha bicara.
"Setidaknya kita lakukan ini untuk menyelamatkan kehormatan keluarga kita, sampai Leni kembali dari paris, kemudian kamu yang akan memutuskan semuanya....." Leta berusaha meyakinkan Ata.
***
"Ta.....Leta..... aku mohon jangan lakukan ini, kamu tahu aku mencintai mu, walau kamu tidak mencintaiku ku mohon jangan melakukan hal bodoh seperti ini" Dion mencoba bicara pada Leta yang sedang di rias, setelah mengetahui Leta akan mengantikan posisi Leni.
"Aku gak papa Dion, biar kan aku melakukan ini...." Leta terlihat cantik dengan riasan simpel namun elegan
"Tapi kamu gak cinta sama dia...." Dion masih berusaha.
"Aku tahu itu, dan aku juga tidak mencintaimu...." Leta berusaha tersenyum.
"Setidaknya ini yang bisa ku lakukan untuk keluarga ku....." tambah Leta.
Dion terdiam menatap gadis yang di cintainya akan menikah dengan orang lain.
***
10.00 mundur satu jam dari jadwal akad nikah. Para tamu penting sebagai saksi pernikahan sudah duduk rapi di tempat masing masing.
Terlihat Ata dan Leta sudah duduk di satu meja yang sama sudah berhadapan dengan penghulu juga saksinya.
Pengulu sudah memulai acara sudah memulai untuk menikahkan mempelai pria dan wanita.
"Saudara Muhammad Ataya Farhan saya nikahkan dan kawin kan engkau dengan saudari Arleta Wiguna binti bapak Hendra Wiguna dengan mas kawin uang sebesar sepuluh juta rupiah di tambah perhiasan emas sebesar 100 gram di bayar tunai " kata penghulu mengeratkan genggaman pada tangan Ata.
Penghulu sebelumnya sudah di beritahu tentang apa yang terjadi pun mau menikahkan mereka.
"Saya terima nikahnya Arleta Wiguna binti Bapak Hendra Wiguna dengan mas kawin tersebut di bayar tunai" ucap Ata melihat gadis di sebelahnya menunduk menitikan air mata.
"SAH......"
"Saaaaaaaah ....."para saksi bersorak.
Kemudian penghulu melanjutkan ritual akad nikah.
Pernikahan yang seharusnya di lalui dengan bahagia berubah menjadi seperti upacara pemakaman dengan isak tangis keluarga karena ke egoisan Arleni.
Masih ada beberapa jam sebelum resepsi, selesai Akad nikah Ata dan Leta melanjutkan dengan ramah tamah bersama keluarga besar juga foto bersama.
Mereka mencoba tersenyum dengan luka yang menganga lebar di hati mereka.
=====
"Sekarang terserah pada mu..... mau kamu lanjutkan pernikahan ini atau....." kata Pak Bayu Menunjuk Ata. Seusai resepsi.
"Mau cerai juga silah kan...." katanya lagi yang terasa kejam di telinga.
"Jangan Pak.... bagaimana dengan nasib Leta, masih terlalu cepat untuk membicarakan tentang perceraian sekarang" kata mama Leta memohon kelanjutan nasib putri bungsunya.
Leta duduk di atas pelaminan dengan masih mengenakan gaun pengantin yang seharus nya di kenakan Leni. Menatap langit-langit hotel yang sudah di sulapnya seperti negeri dongeng dengan bunga-bunga yang menjuntai indah. Memikirkan betapa sia-sia kerja keras yang sudah di lakukanya, pernikahan yang seharus nya menjadi momen terindah dalam keluarga menjadi cerita duka yang akan terkenang. Leni yang seharusnya duduk di pelaminan, bukan dirinya. Leta menunduk menyembunyikan air matanya. Tak ingin ada orang yang melihatnya menangisi kebodohan sang kakak.
"Biar Ata dan Leta yang memutuskan akan seperti apa pernikahan ini....." kata Ata melihat Leta yang menunduk menangis sendirian di atas pelaminan.
"Tapi....." ucap pak Bayu papa Ata.
"Udah lah Pa, jangan di ribut kan dulu...." kata Bu Marisa mama Ata memotong.
"Masih untung kita masih mau menerima dan melanjut kan acara yang memalukan ini...." Pak Bayu masih marah, lalu pergi meninggalkan ruang resepsi yang sudah mulai kosong, membuat ayah Leta menunduk malu menyadari kesalahan putri sulungnya.
"Jangan menangis...." kata Ata menghampiri Leta di atas pelaminan, lalu duduk di sampingnya.
Leta terdiam tak tahu harus berkata apa pada lelaki yang lebih terluka dari dirinya.
Ata menatap sekeliling ruang resepsi tak sanggup lagi mengambarkan seperti apa situasi hatinya saat ini. Kecewa dan sakit di hatinya begitu dalam.
"Kamu masih mau di sini....?" Tanya Ata
"Kamu pulang saja duluan mas...." kata Leta menyeka air mata lalu menoleh pria di sampingnya yang masih menunduk sibuk dengan pikirannya.
"Bagaimana dengan mu, kamu masih mau menangis sendiri an di sini....."
"......."
"Ayo....." Ata menggandeng tangan gadis yang dulu di anggapnya adik kini malah jadi istri.
"Kita mau ke mana mas....." tanya Leta mengikuti langkah Ata.
"Sekarang kita kan suami istri.... ya... setidaknya...." Ata tersenyum berusaha menggoda.
Leta menghentikan langkahnya. Kini keningnya di tekuk-tekuk bak lipatan kertas.
"Kenapa berhenti.....?"tanya Ata.
"Mas....." Leta memandang penuh tanya.
"Setidaknya kita butuh waktu untuk sendiri, jauh dari orang-orang yang hanya akan menambah beban di hati kita... " jelas Ata
"Tapi kita mau kemana?"
"Ke apartemen ku....sementara waktu kita akan tinggal di sana"
Ata bukan menerima statusnya yang kini terpaksa menjadi suami Leta, adik sang kekasih. Tapi setidaknya, Ata ingin memikirkan bagaimana kelanjutan nasib gadis yang sudah mengorbankan masa depannya untuk menyelamatkan kehormatan dua keluarga.
"Aku bisa tetap di hotel mas...." Leta coba bicara. Namun Ata tak mendengar terus melangkah mengandeng Leta menuju mobil yang sudah terparkir di lobi hotel.
***
"Kamu pakai saja kamar itu...."kata Ata menunjuk sebuah kamar di dekat ruang tamu.
"Tapi....."
"Aku di sana...." Ata menunjuk kamar lain.
"Tapi......"
"Apa kamu mau satu kamar dengan ku...." kata Ata memotong ucapan Leta dengan wajah yang serius
"Bukan.....tapi aku lupa gk bawa baju ganti" kata Leta membuat Ata tersenyum.
"Ooooh....tunggu saja di sini, akan ku cari sesuatu untuk mu" kata Ata meninggalkan Leta di ruang tamu.
"Apatemen ini cukup besar, tapi kelihatannya jarang di tinggal i" kata Leta bicara sendiri. Kemudian matanya menangkap sebuah foto besar terpajang di ruang Tv. Foto sang kakak.
"Kakak mu bodoh lagi-lagi meninggalkan aku demi karirnya" Ata tersenyum kecut, membuat Leta terkejut, karena tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Ini, sementara pakai ini, besok suruh orang mengantar pakaian mu" Ata menyodorkan sebuah hem berwarna putih.
Tanpa banyak bicara Leta mengambil hem itu kemudian berlalu meninggalkan Ata.
Selesai mandi Leta menatap dirinya dalam cermin, melihatnya memakai hem milik lelaki yang sudah di anggap seperti kakak kini menjadi suaminya.
"Besar sekali, seperti daster saja" gumam Leta. Yang sebenarnya terlihat seksi.
Leta merasa Lelah kemudian merebahkan tubuh di ranjang berwarna putih. Menatap kelambu yang terpasang di ranjang. Memikirkan semua kejadian hari ini, membuatnya mengingat Luka, hingga matanya basah oleh air mata.
Tak ingin suara isak tangisnya terdengar keluar dia membenam kan muka ke dalam bantal, hingga tertidur dalam tangis. Tanpa memikirkan pintu kamar yang masih terbuka.
Ata yang berjalan menuju dapur melihat pintu kamar Leta terbuka.
"Ta....." Ata mencoba memanggil namun tak ada jawaban.
Ata pun masuk melihat gadis yang tadi pagi di nikahinya tidur tanpa selimut. Niat nya ingin menyelimuti tubuh Leta, namun dia malah duduk di samping tubuh Leta menatapnya lekat, menyisihkan rambut yang sebagian menutupi wajah cantik itu.
"Dia pasti habis nangis..." menyadari mata Leta yang terlihat membengkak.
"Dia pasti juga terluka sama dengan ku, tapi tak seharusnya kami terjebak dalam pernikahan ini"
"Aku tak harus membuatnya menderita seperti Leni membuat ku menderita" Ata beranjak dari duduknya berjalan menuju kamar tidurnya.
***
Ting...tong...ting..tong. suara bel apartement berbunyi. Membuat Leta berlari untuk segera membuka pintu agar suara bising bel tidak membangunkan Ata.
Dion terlihat berdiri di depan pintu membawa beberapa tas kertas.
"Heeeeyy lihat apa???" Kata Leta pada Dion yang tak berhenti menatap kagum pujaannya yang kini jadi istri orang.
"Apa harus menyuruh ku mengantarkan pakaian dan barang-barang mu...?" Dion mendengus kesal.
Leta tersenyum membuat Dion luluh dan melupakan marahnya walaupun itu sulit. Dia tahu Leta menikah bukan atas dasar cinta, dan juga tahu Leta tak pernah mencintainya namun dia masih ingin berusaha membuat Leta jatuh cinta padanya.
"Bisa aku minta tolong satu hal lagi pada mu...?"tanya Leta
"Apa...?" Dion balik bertanya
"Tolong tangani semua pekerjaan dan urusan ku di kantor untuk beberapa hari"
"Kenapa? Kamu mau lebih lama tinggal di sini??"
"Tidak, ada yang harus aku selesaikan bersama mas Ata juga keluarga kami..." Leta tersenyum
"Baik laaah, semoga itu urusan perpisahan mu dengan Ata...." kata Dion membuat Leta tersenyum kecut.
"Dan aku akan menunggu mu walaupun kamu sudah janda...." tambah Dion, lalu keluar dari apartement Ata yang membuatnya merasa sesak.
Bersambung #3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel