*Malam Pertama*
Ata terbangun karena sinar matahari yang cukup terik, masuk melalui jendela kamar apartemen. Sebenarnya tubuh dan pikiran Ata masih cukup lelah untuk beranjak dari tempat tidur. Apalagi dia baru bisa tertidur ketika pagi menjelang.
Ata pun keluar kamar, dengan masih mengenakan setelah kemeja dan celana hitam yang di kenakannya semalam. Melirik jam dinding digital yang terpaku di tembok ruang tamu. 11.00.
Ata berjalan menuju kamar Leta yang pintunya masih tertutup rapat.
"Ta.... Leta????" Ata mencoba memanggil namun tak ada jawaban. Kreeeek ...... Ata membuka pintu yang tertutup. Kamar itu telah rapi.
"Kemana Leta...."pikir Ata mulai khawatir. Masih ada hal yang harus di bicarakannya.
Tut....tut....tut... tak ada jawaban dari nomor Leta. Ata mencoba kembali.
"Hallo...." jawab suara di seberang.
"Kamu di mana????" Tanya Ata
"Di lantai bawah, dari supermarket depan" jawab Leta
".........." Ata berpikir gadis itu telah pergi.
"Kenapa mas????" Tanya Leta.
"Gak papa... kamu kembali ke sini kan???" Ata ganti bertanya.
"..........." tak ada jawaban
"Ta......."
"Apa mas Ata....." jawab Leta sudah berada di dalam apartement
"Mas belum mandi???" Tanya Leta melihat Ata masih kumel dengan mata Lengket habis bangun tidur.
"Itu apa.....???" Tanya ata melihat Leta menurunkan barang belanjaan di meja dapur.
"Tadi aku pingin buat sarapan, tapi aku buka kulkas gak ada apa-apa...."
"Kenapa harus belanja?? Kenapa gak pesan makanan saja....."
"Sudah lah, mas mandi saja nanti kita makan sama-sama" perintah Leta. Seperti seorang istri sungguhan.
Leta sibuk membuat sandwich telur di dapur, sambil menunggu Ata selesai mandi.
Aroma bulgari tercium, ketika Ata keluar kamar setelah mandi dan berganti pakaian.
"Mas Ata mau kopi????" Tanya Leta menyadari Ata sudah duduk di meja makan.
"Heeeeeem....."jawabnya menandakan iya.
Tak menunggu lama, secangkir kopi panas dan sepiring sandwich tersaji di depan Ata.
Kemudian Leta duduk bersama Ata.
"Mana piring mu??? Kenapa hanya juz mangga...." tanya Ata mencium aroma jus mangga dari gelas Leta.
"Aku gak suka makan roti...." jawab Leta polos.
"Kenapa.....?" Tanya Ata menyuap sandwich ke dalam mulutnya.
"Ini enak....." katanya lagi menyantap dengan lahap sandwich buatan Leta.
"Mas....."Leta memanggil dengan ragu.
"Heeeem....."lagi-lagi hanya itu yang terdengar.
"Minggu depan aku urus surat cerai......" kata Leta , membuat Ata berhenti menyuap roti ke dalam mulutnya.
"Kenapa harus minggu depan?? Hari ini pun bisa" kata Ata terdengar kejam.
Leta menunduk tak mengira dia akan menjadi janda hanya dalam sehari pernikahannya.
"Jangan berpikir untuk bercerai sekarang, sementara kita jalani saja penikahan ini...."
"Tapi......."
"Tapi kamu gak cinta sama aku dan aku pun begitu....." Ata seolah menebak pikiran Leta.
"Bukan......."
"Aku butuh teman, untuk menyembuhkan sakit di hati ini" kata Ata memukul dada nya.
"Dan kamu juga ikut bertanggung jawab, untuk luka ini, karena Leni saudara mu dan sekarang kamu malah menggantikan posisinya sebagi istri ku" tambahnya membuat Leta semakin terdiam.
"Bagaimana dengan keluarga mas Ata... aku malu pada mereka atas tindakan bodoh kakak ku"
"Sementara kita tinggal saja di sini, aku sedang tak ingin bertemu siapa pun, baik itu keluarga ku atau keluarga mu...." kata Ata membuat Leta tak mengerti keinginannya.
"Baiklah...." jawab Leta datar.
***
Satu minggu pernikahan itu berjalan tak ada kabar dari Leni, keluarga pun seolah tak ingin mendengar kabar darinya. Mereka marah dan kecewa. Di tambah ayah Leta yang jatuh sakit karena memikirkannya.
Leta harus bertahan dan bangkit dari keterpurukan. Ada banyak pekerjaan yang sudah menunggunya.
"Cieee, ibu pengantin Baru..." Ledek Sasa salah satu karyawan dan teman Leta. Ketika Leta sampai di kantor.
"Hari ini ada jadwal apa Sa??" Leta mencoba menghindar dari ledekan-ledekan selanjutnya.
"Semua sudah di tangani mas Dion..."
"............."
"Oooh iya ini mau di apakan....?" Tanya Sasa menyodorkan Tiket bulan madu ke eropa yang sebelumnya di siapkan Leta untuk hadiah pernikahan Leni.
"Batalkan saja..."jawab Leta datar.
"Gimana kalau kamu sama mas Ata yang berangkat? Toh sekarang kamu yang jadi istrinya" Sasa terus bicara.
"Oooooh iya..... ngomong-ngomong...."Sasa tersenyum menggoda.
"Gimana malam pertama mu...?" lanjut Sasa membuat Leta salah tingkah.
Bagaimana dia bisa bercerita, jika dia sendiri tak ingin mengingat malam pertama setelah pernikahanya, yang dihabiskan dengan menangis sendirian.
Satu minggu menikah, satu minggu pula mereka tidur di kamar yang berbeda. Mereka hanya teman dalam hubungan pernikahan bukan suami istri yang sesungguhnya. Hanya menunggu waktu untuk mengakhiri status pernikahan itu.
***
Malam ini Leta berada di apartemen Ata sendirian. Ata sedang ada pesta dengan teman-temannya.
"Hayyy brow... pengantin baru makin ganteng aja" ledek salah satu teman Ata yang berada di pesta. Ketika Ata baru saja sampai.
Pesta para pria, yang dipenuhi wanita cantik, musik, dan minuman beralkohol.
"Loe sendirian aja mana istri lo..." tanya Robi, pemilik pesta sekaligus teman terdekat Ata.
"Di rumah...." jawab Ata datar
"Loe udah denger kabar Leni...." Robi duduk di meja Bar bersama Ata.
"Lihat ini....." Robi menunjukan beberapa Foto terbaru Leni di layar Hp nya.
Ata teringat foto yang di kirim Leni beberapa hari yang lalu, foto yang menandakan kemenangannya dalam kompetisi untuk majalah ternama di Paris. Yang membuat Leni meninggalkan Ata di pelaminan satu bulan yang lalu.
Mengingat ini membuat Ata benar - benar marah hingga melampiaskan amarahnya pada minuman.
***
Ting...tong..ting...tong bell apartement berbunyi berulang kali, membuat Leta terbangun berlari membuka pintu.
Leta terkejut melihat Ata pulang dalam keadaan mabuk berat.
Susah payah Leta memapah Ata ke dalam kamarnya.
"Kamu kenapa mas....?" Gumam Leta melepas sepatu Ata yang sudah terbaring di ranjang.
Leta melihat kemeja Ata yang kotor, ingin hati menggantikannya dengan yang bersih. Tapi ada rasa takut, dan pikiran tak pantas baginya mengganti pakaian Ata.
"Len...." Ata mengigau dalam mabuk.
Leta mendekat duduk di tepian ranjang, menatap lekat lelaki yang masih mencintai kakaknya.
"Betapa sempurnanya kamu mas" gumam Leta
Leta beranjak dari duduknya, namun terhenti ketika Ata menarik tangannya hingga Leta terjatuh di atas tubuh Ata.
Jantung Leta berdegup kencang di tambah Ata yang tiba-tiba membalik posisi tubuhnya.
Mendekatkan wajahnya mencium mesra Leta, membuat Leta tak mampu menolak kejadian selanjutnya.
Mereka melakukannya.... malam pertama setelah satu bulan menikah.
***
"Aku mencintai mu Len...." Ata mendekap erat Leta dengan senyum mengembang di wajahnya. Membuat miris Leta yang di sampingnya dalam dekapannya.
Air mata Leta pun mengalir mendengar nama sang kakak yang masih saja di sebut.
(Astaga kenapa harus menyebut Leni..)
Ata tak peduli dengan perasaan Leta yang teriris mendengar nama Leni yang disebut. Dia terus saja menciumi bibir Leta, lalu turun ke bawah.
Leta sendiri tak kuasa menolak perlakuan Ata yang semakin beringas. Satu persatu Ata menanggalkan pakaian Leta hingga tak bersisa sehelaipun. Kemudian dia juga membuka pakaiannya sendiri.
Bibirnya tidak bisa berhenti menelusuri seluruh bagian tubuh Ata yang mulai terasa hangat.
Lambat laun Leta merasakan kenikmatan hembusan nafas Ata yang memburu.. hingga pada titik yang tak bisa dihindari...
"Aaauww... "
Leta menjerit tertahan saat Ata menghentakkan tenaganya di atas tubuh Leta. Jeritan yang selalu dilakukan seorang wanita ketika pertama kali kehilangan mahkotanya. Tangan nya meremas bantal dan seprei. Tak tertahankan rasa perih yang menusuk-nusuk diantara pangkal kakinya yang putih bersih.
Namun rasa itu tidak lama.. beberapa menit kemudian perlahan berubah...
Tangan Leta berpindah ke punggung Ata. Ia mencengkeram dengan lembut.
"Oohh... Oowhh.." nafas nya tersengal menikmati perubahan itu. Perih bercampur nikmat.
Sementara Ata semakin bersemangat menambah irama goyangan nya.
Dan menit berikutnya..
"Aaahh.."
Terlepas seluruh beban emosi nya bersamaan dengan keluarnya cairan dari tubuh.
"Auww.." bibir Leta pun tidak dapat menahan ungkapan rasa yang membuncah.
Keduanya kehabisan tenaga hingga tubuh mereka menyatu tanpa ada penyekat apapun. Sejenak kedua nya lelah.
=====
*Leta pergi*
Bayangan kejadian semalam berputar di otaknya bak drama korea.
"Sith... "Dia memaki dirinya
"Apa yang udah aku lakuin?? " Dia mengacak kasar rambutnya mengingat kejadian semalam. Ata beranjak dari tempat tidur, mandi dan membersihkan sisa keringat semalam.
Leta sedang di dapur, menyiapkan sarapan seperti pagi-pagi sebelumnya semenjak ia menjadi istri Ata.
"Aduuuuh" Leta memasak sambil memikirkan kejadian semalam, hingga tak sengaja tangannya terkena wajan panas berisi nasi goreng.
Aroma wangi tubuh Ata mulai menusuk hidungnya di sela aroma nasi goreng. Membuatnya menyadari kedatangan Ata yang telah duduk di meja makan.
"Ta.... " Panggil Ata pada Leta, yang di panggil hanya sekilas menoleh.
Ata memikirkan dari mana dia akan mulai bicara tentang semalam pada Leta. Hingga nasi goreng dengan telur mata sapi ke sukaannya berada di atas meja makan bersama segelas kopi. Ata meminum kopi kemudian mulai menyantap nasi goreng dengan di temani si pembuat nasi goreng di hadapannya.
"Ta... Maaf in mas ya?"Ata mulai bicara
"Untuk apa....? " Balas Leta tanpa melihat Ata.
"Maaf mas gak berniat melakukannya dengan mu... "
Deg.... Jantung Leta seakan tertusuk oleh kata-kata itu, bukan maaf yang Leta harapkan.
"Sungguh mas minta maaf untuk perbuatan mas semalam pada mu... "Ata menyadari ekspresi wajah Leta yang buruk.
Leta meletakan sendok di atas piring mengakhiri sarapannya.
"Untuk apa mas minta maaf.. Itu juga kewajiban Leta sebagi istri kan? Walaupun status Leta sebagai istri hanya berada di atas buku nikah, bukan di hati mas" kali ini Ata yang seolah tertusuk oleh kata-kata itu.
Leta beranjak dari duduk melangkah meninggalkan Ata yang masih duduk terdiam.
Leta tak ingin air mata yang sudah berusaha di bendungnya sedari tadi meluap di hadapan lelaki yang tak pernah mengharapkannya.
Di dalam kamar akhirnya air mata itu terjatuh membasahi pipi. Sesak dada Leta mengingat kejadian semalam, bukan karena menyesal sudah melakukannya, tapi sakit saat tahu hanya Leni yang saat itu ada dalam bayangan Ata saat melakukannya.
"Ta.... Arleta, kita harus bicara" Ata memanggil dari luar kamar, menunggu hingga ada jawaban, namun tetap tak ada jawaban.
Pintu itu terbuka, terlihat Leta sudah bersiap kerja.
"Kamu mau kemana Ta? "Ata berusaha bicara
"Aku mau kerja, dan mungkin nanti aku pulang ke rumah mama... "Leta berbicara.
"Jangan pergi seperti ini.... "Kata Ata mencegah Leta pergi
Leta diam memasangkan sepatu kets ke kakinya, bersiap untuk pergi.
"Marah lah pada ku, jika kamu ingin marah, aku memang salah, tapi sungguh aku tak berniat melakukannya dengan sengaja" Leta yang tak ingin mendengar melangkah pergi. Kakinya tertahan ketika tanpa sadar Ata memeluknya dari belakang.
"Jangan seperti ini mas, ini akan membuat ku lebih sulit untuk melepas mu, ketika nanti tiba saatnya kamu lebih memilih bersama Leni" air mata itu kembali mengalir. Leta mulai menyadari dirinya telah jatuh cinta, dia menyukai Ata, menyukai saat dia harus membuatkan sarapan untuk Ata, saat dia harus mengurus Ata selayaknya istri sungguhan, saat dia menjadi sandaran Ata ketika hati Ata sakit mengingat Leni.
Ata melepas pelukannya berusaha menyerap kata-kata yang baru saja di dengarnya.
"Aku mulai menyukai mu" kata leta pergi meninggalkan Ata yang sibuk dengan pikirannya.
***
Sesampainya di kantor Leta hanya diam memikirkan semua kejadian pagi ini dan semalam membuatnya tak bersemangat bekerja.
Dion masuk membawa dua cangkir kopi, satu kopi kesukaan Leta.
"Ini..... "Dion menyodorkan kopi itu pada Leta.
"Makasih"kata Leta menerimanya.
"Kamu kenapa...? "Dion menyadari ada yang salah,dengan gadis yang masih di cintainya walaupun berstatus istri orang.
Leta menggeleng namun tak sanggup menyembunyikan air mata yang mulai menetes di pipinya.
"Ta, kamu kenapa,jangan menangis? "Tanya Dion semakin membuat Leta menangis sejadi-jadinya, ingin Leta membagi sakit di hatinya tapi bagaimana menceritakakannya.
Dion mendekati Leta, dan memeluknya berusaha menenangkan Leta yang masih menangis.
"Bilang sama aku, kamu di apa in sama dia? " Dion menyalahkan Ata.
"Biar aku hajar dia, karena berani menyakiti gadis yang aku suka" kalimat yang membuat Leta akhirnya tersenyum kecil.
Kenapa bukan Dion yang di cintai Leta, kenapa Leta harus menumbuhkan perasaannya pada Ata, sosok yang berstatus suaminya namun tak mengharapkan Leta.
***
"Leta, tumben kamu pulang ke sini? " tanya mama Leta heran sejak menikah satu bulan Lalu Leta tak pernah pulang ke rumah ke dua orang tuanya.
"Leta mau tinggal di sini ma" kata Leta pada mamanya kemudian berlalu menuju kamar, menghindari sang mama yang akan bertanya apa alasannya.
***
Satu bulan lebih Ata tak lagi tinggal bersama Leta, Ata mulai merindukannya, merindukan masakannya, merindukan omelan-omelan Leta. Leta benar mereka butuh waktu sendiri untuk menyadari perasaan mereka.
"Ternyata aku kangen sama kamu Ta" Ata bicara sendiri menyadari perasaannya mulai tumbuh pada Leta.
Dert....dert Hp Ata bergetar berharap Leta yang menelfonya "Lovely Leni" nama itu yang tertera di layar, nomor yang akhir2 ini terus menghubunginya.
"Tolong jawab vidio call aku please.. " sebuah pesan masuk setelah Ata tak menjawab telpon itu berulang kali.
"Sayang.... " terlihat Leni menahan tangis ketika Ata menjawab video call.
"Kamu apa kabar, kamu masih marah sama aku?? "Leni memelas, gadis yang nampak lebih cantik dari sebelum berangkat ke paris itu mulai menangis, merasa Ata akan iba dengan air matanya. Dan benar saja Ata mulai luluh dengan air mata itu.
"Jangan menangis, aku gak marah lagi sama kamu"Ata mulai bicara.
"Rasanya lega bisa dengar suara mu, bisa melihat mu sudah memaafkan aku"
"Len aku... "Ingin Ata memberi tahu Leni jika ia sudah menikahi adiknya. Tapi
"Aku harus pergi aku ada pemotretan, tunggu aku pulang lalu aku janji akan menjadi istri mu"
"Terima kasih sudah memaafkan ku, ini akan jadi semangat ku di sini"sebuah kecupan jarak jauh menutup telepon itu.
Ata dan Leta selama ini sepakat untuk tidak memberi tahu Leni jika mereka telah menikah. Hingga leni berpikir pernikahan yang di tinggal kan nya itu telah di batalkan.
***
"Kamu kenapa Taa?? "Tanya Sasa melihat Leta meringkuk di atas meja dengan wajah pucat.
"Gak tau Sa, beberapa hari ini aku mual terus, makan apapun gak enak di mulut" jelas Leta
"Kamu sakit...? "
"Gak tau mungkin masuk angin? "
"Atau, jangan-jangan kamu... "Sasa menutup mulut dengan kedua tangannya
"Jangan-jangan apa?? "Tanya Leta heran
"Kamu hamil... " jawab sasa membuat kening Leta berkerut.
"Jangan gila... "Leta tertawa, tapi kemudian teringat sesuatu.
"Sekarang tanggal berapa Sa? "Tanya Leta seraya mengambil tanggalan kecil di atas meja.
"18..."
"Apa...? "Leta terkejut menyadari dirinya sudah telat menstruasi.
"Apa iya?? "Katanya lagi membuat Sasa semakin heran.
Leta mengacak rambut indahnya
"Mana mungkin kami cuma melakukannya sekali" gumam Leta yang terdengar Sasa.
"Apaaaa ? kamu cuma melakukanya sekali bisa langsung Gooolll" teriak Sasa hampir membuat seisi kantor mendengar nya.
Bersambung #4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel