Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Sabtu, 29 Februari 2020

Pengantin Pengganti #4

Cerita bersambung

*Hamil*


"Jangan....tolong jangan"Leta berharap pada benda yang sedang di genggamnya. Berharap hanya satu garis yang akan muncul pagi ini.
"Astaga....."katanya terduduk lemas mengetahui dua garis merah pada test pack itu.
"Bagaimana ini, apa yang harus ku lakukan???" Leta mulai menangis, bingung menghadapi kehamilan yang seharusnya tak terjadi.
***

"Kamu serius....??"tanya Dimas, pengacara muda kenalan Ata. Yang di minta Ata untuk mengurus surat cerai nya.
"Entahlah, aku bingung, Leni akan segera kembali aku tak ingin membuatnya berpikir buruk tentang Leta...." Ata mengacak kasar rambutnya.

"Tapi bagaimana dengan Leta, apa dia sudah tahu?"
Ata hanya menggeleng
"Aku akan segera memberi tahu nya...." kata Ata kemudian.
"Lebih baik pikirkan lagi sebelum kamu menyesalinya" Dimas berusaha membujuk.
"Urus saja dulu...."
Ata tak ingin membuat posisi sulit untuk Leta juga Leni. Dia harus membuat keputusan terbaik untuk mereka berdua. Walaupun dia menyadari hatinya mulai merindukan Leta.
***

Leta benar-benar di buat bingung dengan kehamilannya, tak ada satu pun orang yang mengetahuinya, hanya Sasa, tapi dia harus menutup rapat mulutnya.
"Sampai kapan kamu akan menutupinya??" Sasa mencoba bicara.
"Entahlah..."jawab Leta lemas.
"Setidaknya beritahu dia, kalian sudah hampir dua bulan tak saling mengabari"
Leta hanya diam membisu, merasakan tubuhnya yang tak lagi bisa di ajak kompromi sejak hamil.
"Ta...ayo, hari ini kita ada janji untuk cek lokasi minggu depan" Dion mengingatkan jadwal Leta siang ini. Leta beranjak dari duduknya berjalan dengan di ikuti Dion dan Sasa di sampingnya.
"Ta...kamu yakin baik-baik saja???" tanya Sasa melihat kondisi Leta yang tak baik.
"Kalian tunggu di sini aku akan ambil mobil...."Dion  berjalan menuju parkiran menyuruh Leta dan Sasa menunggu di pintu masuk kantor.
Leta merasa tubuhnya semakin lemah, keringat dingin mengalir di sekujur tubuh, tangannya mencekram lengan Sasa, berusaha menahan tubuh yang hampir terjatuh. Namun...
"Leta......" tiga suara berteriak bersama, ketika mendapati Leta jatuh pingsan.
Ata dan Dion berlari, berebut menangkap tubuh Leta yang mulai menyentuh lantai.
"Lepas kan???" Kata Dion pada Ata yang lebih dulu menggapainya.
Ata tak menggubrisnya berusaha menggendong Leta
"Ku bilang lepas kan, apa hak mu menyentuhnya ...setelah dua bulan kau tak bersamanya" Dion marah berusaha menahan Ata.
"Aku masih suaminya"Ata ikut marah
Sasa yang bingung berusaha melerai mereka. Namun tak ada satu pun yang mengalah.
"Kalian hentikan, dia sedang hamil" kata Sasa tak ingin Leta terjatuh dari gendongan Ata. Sontak kalimat itu membuat Ata dan Dion berhenti.
"Hamil???"Dion lemas mendengar kata itu, akhirnya membiarkan Ata membawa Leta pergi.
***

Ata membawa Leta ke rumah sakit terdekat. Wajahnya pucat, antara bingung dan tak mengerti.
"Bagaimana mungkin, kami hanya melakukannya sekali, tak mungkin Leta melakukannya dengan orang lain" Ata berusaha meyakinkan dirinya, dia kenal betul Leta gadis seperti apa.

"Suami ibu Leta..."suara suster membuyarkan lamunannya.
Ata memasuki ruang dokter kandungan yang di tempati Leta.
"Selamat pak, ibu Leta sedang mengandung, usia kandungannya sudah memasuki 7 minggu" dokter itu menjelaskan berbagai hal, yang tak dapat di cerna Ata.

Leta yang sudah sadar berusaha menahan tangisnya, Leta tak ingin memberi tahu Ata dengan cara seperti ini.

"Kenapa kamu menanggungnya sendiri??"tanya Ata pada Leta.
"Aku tak ingin semakin membebani mu mas...kamu sudah cukup kesulitan dengan status pernikahan kita..."Leta mulai menangis
"Biar bagaimanapun dia anak ku" Ata menunjuk perut yang masih belum membesar.
Leta semakin menangis,hingga membuat Ata memeluknya. Ata tak sadar jika selama ini dia hanya membuat Leta tersakiti, sampai-sampai berita seperti ini di tanggungnya sendiri.

"Untuk saat ini kamu harus nginap di rumah sakit, dokter bilang kondisi mu lemah"
Leta yang masih merindukan Ata tak ingin melepas pelukan yang tak pernah di dapatkannya.
***

Seluruh keluarga datang ke rumah sakit setelah mendengar kabar dari Ata, awalnya mereka tak percaya, setelah dokter meyakinkan barulah mereka percaya.
Mereka berpikir bagaimana pernikahan yang tak di harapkan bisa membuat Leta hamil.

Entah bagaimana Ata meyakinkan mereka hingga akhirnya ucapan selamat itu meluncur dari mulut ke dua orang tuanya juga orang tua Leta.
Mereka bergembira setelah berduka dengan kejadian tiga bulan yang lalu.

Kamar rawat yang di tempati Leta akhirnya sepi, meninggalkan Ata dan Leta  melewati malam bersama.

"Kamu lapar?"Ata berusaha memecah keheningan.
"Iya....boleh aku minta itu?"Leta menunjuk sebuah kotak berisi nasi bebek yang tadi di belikan mamanya.
Ata mengambil dan membukakannya untuk Leta.
"Mau aku suapin?"Ata menawarkan,melihat salah satu tangan Leta bertengger jarum infus.
"Gk usah, aku bisa makan sendiri?"
"Sudah, buka mulut mu??"Ata menyuapkan sendok ke dalam mulut Leta.
"Bisa pakai tangan saja...."Leta tersenyum memohon.
Ata yang dari tadi tak melihat senyum itu, beranjak mencuci kedua tangannya lalu lanjut menyuapi Leta.
Leta terus tersenyum hingga suapan terakhir, jujur hatinya senang sampai ingin menari-nari.
"Mas terima kasih..."
"Untuk apa?"
Leta tersenyum.
"Ngomong-ngomong aku hebat juga ya?" Ata tersenyum genit.
"Sekali tembak bisa langsung gol" kalimat yang membuat pipi Leta merah merona.

=====

*Bahagia*
Setelah tiga hari berada di rumah sakit pagi ini Leta di izinkan pulang dengan syarat harus istirahat total untuk beberapa hari ke depan. Dokter kandungan pun menyarankan beberapa hal untuk menjaga kandungannya. Termasuk tak boleh membuatnya stres.

"Kita pulang ke apartemen ya...."ajak Ata sambil merapikan barang-barang Leta. Selama tiga hari pula Ata yang merawat Leta.
Ata yang awalnya bingung dengan keadaan, berusaha menerima kenyataan, akan ada sosok bayi dalam pernikahan yang membuatnya harus bertahan, dan kembali memutuskan mana yang terbaik untuk mereka.
"Apa kamu yakin mas?" Leta masih tak yakin dengan perasaan Ata, yang mungkin belum sepenuhnya menerima Leta.

Ata duduk di tepian ranjang, menatap lekat Leta, wanita yang sedang mengandung anaknya.
"Aku akan berusaha, kamu mau menunggu kan??" Ata mengusap halus rambut Leta. Leta merasakan kehangatan yang tak pernah tepikir akan di dapatnya, hingga membuat bulir hangat itu membasahi pipi yang merona merah menahan bahagia. Ata menghapus air mata itu, memeluk hangat Leta.
***

"Selamat datang di rumah kita?" Ata menyambut Leta dengan senyum yang mengembang.
"Rumah kita"gumam Leta tersenyum
"Ups maaf..."kata Ata lalu berjalan ke ruang tengah berniat menurunkan foto Leni yang bertengger di sana.
"Kenapa mas?"tanya Leta heran
"Maaf aku lupa menggantinya dengan foto pernikahan kita"
Leta tersenyum bahagia, menyadari Ata mulai menerimanya menggantikan Leni di hatinya, menggantikan Leni sebagai istrinya.

Pagi berganti malam, matahari mulai menghilang di ujung barat. Leta yang seharian menghabislan waktu dengan menonton TV merasa kantuk mulai menyerang.
"Aku tidur dulu ya mas...."pamitnya pada Ata lalu berjalan menuju kamar.
"Mas mau kemana?"katanya menyadari Ata yang mengekor di belakangnya.
"Katanya mau tidur?" tanya Ata
"Ngapain mas ikut?"
"Aku gak boleh tidur dengan anak ku??"Ata memasang wajah melasnya, membuat Leta tertawa.
"Tuhan jangan ambil kebahagian ini, tanamkan cinta di hati mas Ata untuk ku" Batin Leta bahagia melihat tingkah konyol Ata.

Mereka diam terbaring di satu ranjang yang sama. Setelah lama dengan posisi yang sama membuat Leta merubah posisinya membelakangi Ata, menyembunyikan pipinya yang mulai merah merona, jantungnya berdegup kencang hingga Leta takut akan terdengar Ata.
Ata tersenyum menatap punggung istrinya, tapi Tak terlalu lama hingga Ata mendegar dengkur halus Leta.
"Mungkin dia lelah" pikir Ata.
Cukup lama Ata tetap menatap punggung itu, hingga ia terkejut ketika tiba-tiba Leta merubah posisi tidurnya. Mendekatkan wajah mereka.
Ata mulai mengagumi wajah cantik itu, hidung mancung dengan bibir mungil merah muda, yang mengoda.
"Kenapa aku tak lebih dulu bertemu dengan mu?" gumam Ata kemudian mencium bibir yang sedari tadi menggodanya.


Mereka tertidur dengan posisi saling memeluk, mengambarkan benih cinta mulai tumbuh di hati mereka.
***

Pagi menjelang, Leta terbangun, tersenyum melihat wajah sempurna di depannya. Sungguh maha karya terindah.

Leta mandi kemudian mulai sibuk di dapur. Ata yang terbangun karena aroma nasi goreng berlari keluar kamar.
"Ini salah satu yang akan buat aku jatuh cinta pada mu" katanya setelah menemukan sesuatu yang membangunkannya.
"Mas mandi dulu, nanti kita sarapan sama-sama" kata Leta tersenyum.
Entah kenapa pagi ini Leta begitu bersemangat, tak seperti pagi-pagi sebelumnya, semenjak ia hamil.
"Nggah ah aku mau makan dulu"Ata menolak perintah Leta
"Mas mandi dulu, apa mas Ata gak kerja..?"
"Aku cuti" katanya sibuk mencicipi nasi goreng di atas penggorengan.
"Kenapa?"
"Aku mau nemenin kamu di rumah" masih sibuk dengan nasi goreng di atas penggorengan.
"Emang udah izin..."
"Aku kan bosnya kenapa aku mesti izin" Ata mengingatkan Leta, tentang posisinya sebagai pemilik salah satu dealer mobil terbesar di jakarta.
"Mas hentikan, nanti bisa habis sebelum sampai di piring" kata Leta menghentikan Ata yang sibuk makan nasi goreng dalam penggorengan.
Ata tertawa menyadari tingkah anehnya.

Mereka makan bersama seperti pagi-pagi sebelum Leta meninggalkan apartemen.
"Huek..." belum sempat nasi goreng itu masuk mulut Leta sudah mulai mual. Ia mulai mengalami morning sickness seperti ibu-ibu hamil lainya.
Ata mengejar Leta yang berlari ke kamar mandi.
Memijat halus punggungnya.
"Aku gak papa mas, udah biasa seperti ini" Leta mencoba menenangkan Ata yang dari tadi terlihat tegang.
"Seharusnya sejak awal aku menemani mu, kenapa kamu harus melewatinya sendirian" nampak wajah itu begitu merasa bersalah.
"Aku gak papa mas" Leta tersenyum.
***

Menghabiskan waktu bersama selama beberapa hari, membuat hati Ata mulai yakin akan cintanya pada Leta.
"Aku panggil kamu apa ya..?" kata Ata membalik tubuh di atas ranjang menghadap Leta.
"Kenapa?" tanya Leta ikut membalik tubuhnya menghadap Ata.
"Rasanya aneh panggil kamu Ta, sedangkan nama ku Ata"
Leta tersenyum mendengar penjelasan Ata.
"Gimana kalau bunda?"
Kembali Leta tersenyum bahagia.
"Aku mencintai mu bun?"Ata membisik kan kalimat itu, membuat tubuh Leta seakan di aliri listrik. Degup jantung itu pun beradu ketika Ata mendekatkan tubuhnya pada Leta, mencium lembut kening, telinga, leher, kemudian bibir Leta.

Leta tak  sanggup menolak sentuhan-setuhan Ata pada sekujur tubuhnya, Leta pun menikmatinya.

"Boleh kah aku melakukannya...?" tanya Ata ragu.
Leta mengangguk, mempersilahkan Ata dengan keyakinan kali ini bukan orang lain yang ada dalam pikiran Ata.

Kemudian Ata melanjutkan ciumannya yang sempat tertunda. Lalu tanpa ragu lagi dilepaskan seluruh kain yang menutupi tubuh Leta dan juga tubuhnya.
Kali ini mereka melakukan nya dengan lebih lembut dan hati -hati karena sudah ada janin di perut Leta.

"Aaauww...."
Leta masih merasakan perih ketika Ata memulai menghentakkan tubuhnya diatas tubuh Leta. Namun tidak sesakit yang pertama dulu. Ini yang kedua kalinya mereka melakukan nya. Tapi kali ini dengan rasa cinta yang menggebu diantara keduanya.

Dengan perlahan Ata melakukan itu, sambil menciumi dada istri nya yang naik turun.
Takut kalau mengganggu calon anaknya.

"Ouwh..." Kembali Leta merasakan nikmatnya sensasi yang dilakukan Ata.

Hingga... 
"Aaahh..." Ata mengakhiri permainan cinta mereka dengan semangat membara.
Seperti sebelumnya, mereka kelelahan bersama.

Mereka menghabiskan malam bersama, melaksana kan ibadah wajib dalam pernikahan yang telah tertunda begitu lama.

Senyum itupun tersungging lebar di bibir keduanya, berpelukan erat sambil melepas lelah.
Dert...dert..dert... notif di Hp Ata berbunyi. Hingga beberapa kali namun tak di hiraukannya.
"Mas angkat dulu siapa tahu penting" Ata mencium bibir itu.
"Biarkan saja, sekarang kamu lebih penting dari apa pun" katanya kemudian.

Kemudian Ata meraih tubuh Leta lebih dekat. Lalu terjadilah apa yang seharusnya terjadi.

Malam itu Ata menunjukkan keperkasaannya. Untuk yang kedua kalinya dalam semalam membuat Leta makin mencintai Ata.
Kali ini Ata melakukan nya lebih lama dari yang tadi.
Masih dengan kelembutan Ata menggerakkan tubuh nya di atas Leta.
Dan kali ini Leta merasakan nikmat dua kali sekaligus dalam satu permainan.

"Ouwh... Ouwh..." Desahan nafasnya membuat Ata semakin bersemangat.
Dicoba nya pula posisi yang berbeda.

"Aaahh..."
Seperti sebelumnya Ata mengakhirinya dengan kepuasan yang tak dapat digambarkan.

Keduanya tertidur kelelahan.

***

Ata terbangun menyadari matahari mulai meninggi menerobos masuk melalui sela-sela Gorden kamarnya. Tak ingin Leta yang masih tertidur pulas tanpa sehelai benang terbangun, Ata beranjak menutup gorden itu kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi Ata masih melihat Leta tidur pulas,
"Terima kasih" katanya seraya mencium Lembut kening Leta.
Kemudian teringat Hp yang semalam berbunyi,
Dua panggilan tak terjawab dari Dimas, dan puluhan panggilan dari Leni. Ya...beberapa hari ini Ata telah melupakan Leni, hingga mengabaikan panggilan telfon darinya.

"Iya dim..."Ata keluar kamar setelah Dimas menerima telfonnya.
"........"Ata nampak mendengarkan.
"Ok nanti kita ketemu di kantor" Ata menutup telpon.

Bagaimana urusan Ata dengan Dimas, juga Leni.

Bersambung #5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER