Cerita bersambung
Ridwansyah sudah beberapa hari ini berusaha berfikir keras, bagaimana caranya selama ia pergi ke Jerman dalam menjalankan bisnisnya bisa meninggalkan Rindi dalam keadaan aman.
Mengingat kepegiannya keluar negri cukup lama, agar hatinya tidak terlalu cemas memikirkan putri semata wayangnya seorang diri dirumah.
Meskipun dirumahnya terdapat pembantu rumah tangga yang kerap menamani Rindi, bahkan pembantunya itu sudah mengenal Rindi luar dalam, karena Mbok Surtiani nama pembantu itu sekaligus pengasuh Rindi sejak masih Bayi merah.
Ada pengurus kebun dan supir pribadi juga yang sudah Ridwan anggap keluarga bisa menemani putrinya.
Tapi rasanya itu belum cukup untuk menjaga keselamatan putri satu-satunya, karena peristiwa perampokkan dirumahnya dulu saat dirinya berada dijepang, hampir saja mencelakai putrinya dan masih membekas dalam ingatannya.
Andai saja waktu aksi perampokan rumahnya dulu tidak mengundang kecurigaan polisi yang sedang berpatroli didaerah itu, mungkin sampai saat ini ia akan menyesali kepergiannya meninggalkan Rindi ke jepang waktu itu.
Pria itu dilanda kebingungan antara menggagalkan bisnis kerja samanya dengan klien yang bisa membawa kesuksesan dalam bisnisnya, atau pergi meninggalkan Rindi dengan perasaan tidak tenang, tiba-tiba terlintas dalam fikirannya sosok seorang pemuda yang pernah menolongnya beberapa hari yang lalu, Dirgantara entah kenapa Ridwan teringat pemuda itu dan ingin menemuinya.
“Dirgantara.. kenapa aku ingat anak itu?” gumam Ridwan, tiba-tiba bibirnya menyunggingkan senyum penuh arti.
Pria gagah yang terlihat masih muda ini beranjak dari kursi kebesarannya dan segera keluar dari ruang kerjanya menuju Basement untuk mengambil mobilnya.
“Dek kemari..!”
Ridwansyah melambai ke arah seorang anak laki-laki pedagang koran.
“Iya Om..” sahut anak itu sambil sambil menghampiri Ridwan.
Ridwan keluar dari mobilnya
“Kamu sudah lama jualan koran disini?”
Tanya Ridwan sambil mengajak si penjual koran untuk duduk disebuah bangku dekat tempat parkiran.
“Lumayan lama Om, memang kenapa?” si anak balik bertanya.
“Oh tidak apa-apa, om cuma mau nanya berarti kamu kenal sama yang namanya Dirga?”
“Bang Dirga..?” ucapnya, Ridwan mengangguk.
“Tentu saja saya kenal Bang Dirga, ngapain om nanyain bang Dirga?”
“Bisa kamu panggilkan bang Dirga itu om ada perlu sama dia”
“Bang Dirga baru saja pulang”
Ridwansyah mangut-mangut rupanya dia terlambat, orang yang ingin ditemuinya sudah pulang.
“Om ini yang dulu ditolong sama Bang Dirga ya?”
Tanya si anak seakan baru ingat setelah ia melirik bergantian ke arah wajah Ridwan dan mobilnya.
Ridwan mengangguk. mengiyakan pertanyaan anak itu
“Kamu tahu dimana rumah Dirga?”
“Tahu om, kalau mau kesana ayo saya antar” tawar si anak.
“Kamu bersedia antar saya kesana?”
“Tentu saja,asaaal…”
“Hahaha..tenang saja saya mengerti”
Si anak tersenyum simpul
“Ayo om kita kesana” kata anak itu dengan antusias.
Ridwan berjalan meninggalkan mobilnya diparkiran, langkahnya mengikuti Joni nama si anak penjual koran itu, saat ia menanyakan namanya.
“Itu rumahnya om”
Joni menunjuk sebuah rumah sederhana, mereka sampai ditempat Dirga setelah melewati beberapa gang, dan melewati komplek yang padat penduduk.
Rumah Dirga agak terpisah dari rumah yang lain sedikit lenggang dari daerah padat sebelumnya.
Mereka tiba didepan pintu rumah Dirga yang tertutup.
“Assalamualaikum”
Suara Joni sambil mengetuk pintu, terdengar suara wanita menyahut dari dalam dan langsung membuka pintu.
“Wa’alaikumssalam, eehh Joni..! ada apa Jon?”
“Ka Riris ada yang mau ketemu bang Dirga”
“Siapa Jon?”
Rupanya gadis remaja yang bernama Riris Sani Pamudina tidak menyadari kehadiran Ridwan, dan ia baru sadar saat Joni melirik ke arah pria itu
Riris menganggukan kepalanya dengan hormat.
“Ini Om Ridwan kak, ingin ketemu sama Bang Dirga.’
“Tapi Bang Dirga belum… eeh itu dia”
Riris menunjuk ke arah Dirga yang berjalan ke arah rumahnya dengan seorang wanita cantik berjilbab.
“Assalamualaikum”
Dirga sedikit terkejut mendapati pria yang pernah ditolongnya berada didepan rumahnya.
“Om Ridwan..”
Dirga menyalami Ridwan, sedang Ridwan terkekeh kecil menanggapi keterkejutan Dirga atas kehadirannya dirumahnya.
“Bang Dirga Anna pulang dulu ya” gadis cantik yang tadi berjalan bersama Dirga berpamitan.
“Kak Anna tidak masuk dulu?”
Tanya Riris sambil menggenggam tangan yang hendak pergi.
“Tidak Ris, kakak pulang saja, hari sudah sore”
Jawab Anna sambil melirik ke arah Dirga,
Pemuda itu hanya mengangguk sambil melempar senyum, ia mengerti kenapa Anna berubah fikiran yang sebelumnya ingin mampir ke rumahnya untuk menengok Ibu Dirga yang sedang sakit.
==========
Dirgantara mempersilahkan Ridwansyah masuk ke dalam rumahnya setelah kepergian Anna dan Joni.
“Silahkan masuk Om”
“Iya terimakasih, tapi kita bicara disini saja”
Ujar Ridwan sambil menunjuk ke arah kursi yang terdapat di teras luar.
“Baiklah kalau begitu, silahkan duduk” sahut Dirga
Ridwan mengangguk lalu menghempaskan pantatnya diatas kursi kayu, begitu juga Dirga.
“Ris tolong ambilkan minum untuk Om Ridwan”
Perintah Dirga kepada Adiknya yang masih berdiri diambang pintu memperhatikan tamu dan kakaknya.
“Aah tidak usah, saya tidak lama” Tolak Ridwansyah dengan halud.
Riris melirik ke arah kakaknya dibalas anggukkan oleh Dirga.
“Ada apa Om Ridwan mencari saya?”
Tanya Dirga tanpa basa basi langsung menanyakan tujuan pria yang pernah ditolongnya ini.
Ridwan menarik nafas sejenak
“Begini Nak Dirga…?”
Ridwan menceritakan rencananya yang hendak pergi ke luar negri dan tidak ingin kepergiannya tidak tenang karena meninggalkan putrinya serta penghuni rumah yang lain yang rata-rata sudah tidak muda lagi.
Dirga dengan seksama mendengar setiap kalimat yang diucapkan Ridwan.
“Jadi intinya saya minta tolong sama kamu, kiranya kamu mau menjaga rumah terutama menjaga keselamatan putri saya, selama saya berada dijerman”
“Kenapa harus saya Om?”
“Entahlah saya juga tidak tahu kenapa saya minta tolong sama kamu, saya hanya mengikuti kata hati saya bahwa kamu bisa membantu saya” jelas Ridwansyah
“Bagaimana Om bisa yakin bahwa saya bisa menolong Om Ridwan, kita baru bertemu satu kali dan itupun hanya kebetulan”
“Saya hanya merasa yakin saja bahwa kamu bisa menolong saya, saya bisa saja menyewa orang lain tapi saya sulit untuk percaya orang lain”
Papar Ridwan mencoba menjelaskan keyakinannya pada Dirga.
“Percayalah saya akan memperhitungkan sesuai dengan aturan, saya sangat butuh bantuanmu untuk menjaga keselamatan putriku”
Dirga nampak berfikir keras, bukan hasil yang akan diterimanya nanti yang pasti tidak sedikit, tapi tangung jawabnya yang dirasa cukup berat menjaga anak gadis orang.
Dirga memang tidak meragukkan kemampuannya sendiri dibidang ilmu bela diri, pemuda itu beberapa kali mendapatkan gelar sabuk hitam dan juara yudo tingkat nasional, untuk kemampuan olah fisik Dirga memang tak diragukan lagi.
Terlihat dari perawakannya yang tinggi tegap, dada bidang dengan kedua lengan berotot.
Yang membuat Ridwan salut akan sosok Dirga dibalik kekerasan dan gejolak darah mudanya ada perasaan lembut, terbukti saat memperlakukkan adiknya dengan suara halus, serta berbicara ramah dan sopan pada gadis yang bernama Anna tadi.
“Bagaimana Nak?” Tanya Ridwan harap-harap cemas.
“Boleh saya minta waktu beberapa hari, soalnya saya harus membicarakannya dengan ibu dan adik saya”
“Tentu saja, bicarakanlah dulu dengan keluargamu, tidak usah terburu-buru karena saya berangkat lima hari lagi jadi masih ada waktu”
Ucap Ridwan menyetujui permintaan Dirga.
“Baiklah, saya minta waktu tiga hari dari sekarang, apapun keputusannya, saya nanti datang ke rumah Om Ridwan langsung”
“Itu bagus, saya tunggu keputusanmu, oh iya kartu alamat saya masih ada kan?”
“Masih Om, saya menyimpannya”
“Kalau begitu saya permisi dulu, saya sangat berharap kamu menerima tawaran saya”
“Kita lihat saja nanti Om”
☘☘☘
“Apaaa..pengawal..? tidak pah Rindi tidak mau papah menyewa pengawal untuk Rindi”
Tolak Rindi berapi-api setelah mendengar rencana papahnya menyewa pengawal untuknya.
“Dengar Rindi, ini untuk menjaga keselamatanmu, papah tidak mau kejadian dulu terulang lagi”
“Tapi kenapa harus menyewa pengawal untuk Rindi, kalau papah mau pergi ya pergi saja tidak usah khawatirkan Rindi, Rindi bisa ke tempat Aviie atau bisa minta bantuan Devan untuk menjagaku”
“Papah tidak percaya sama laki-laki yang bernama Devan itu”
Kata Ridwan dengan nada tegas
“Kenapa pah, Devan baik ko selama ini ga macam-macam sama Rindi” Bela Rindi
“Bukan tidak tapi belum Nak, papah tahu Devan bukan pria yang baik”
“Pah Devan itu pacarku, harusnya papah percaya dong sama dia”
“Pokoknya keputusan papah tidak bisa dibatalkan, papah sudah menyewa Dirga untuk menjaga kamu bukan si Devan”
“Dirga.. siapa itu Dirga pah?”
Tanya Rindi dengan nada sengit karena merasa dongkol dengan niat papahnya.
“Dirgantara, dia yang akan menjadi pengawal kamu titik”
“Paahh…”
Ridwansyah menutup kedua telinganya sambil keluar dari kamar Rindi menandakan dia tidak mau lagi mendengar protesan keras putrinya.
“Dirgantara, Dirga, Dirga..lihat saja nanti Gue bakal bikin elo ga betah dengan pekerjaan elo jadi pengawal gue”
Gumam Rindi dengan tangan terkepal.
Bersambung #3
Izin Penerbitan
PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN
Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
POSTING POPULER
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Setangkai Mawar Buat Ibu #01 - Aryo turun dari mobilnya, menyeberang jalan dengan tergesa-...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari * Dalam Bening Matamu #1- Adhitama sedang meneliti penawaran kerja sama dari sebuah perusa...
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Kembang Titipan #1- Timan menyibakkan kerumunan tamu-tamu yang datang dari Sarangan. Ada s...
-
Cerita Bersambung Oleh : Tien Kumalasari Sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang tak sampai dipelaminan, karena tidak direstui oleh ayah...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersen...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel