Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Rabu, 22 Juli 2020

Pengawal Membawa Cinta #3

Cerita bersambung

Setelah satu hari dari kedatangan Ridwansyah ke rumah Dirga, pemuda itu kini sedang berkumpul diruang tamu bersama Ibu dan Adiknya, untuk membicarakan keputusannya tentang pekerjaan yang ditawarkan Ridwansyah, sebagai penjaga rumah sekaligus menjaga putri dari si pemilik rumah itu sendiri.
Bahkan Anna Afrotunisza, gadis cantik berjilbab yang kemarin bersama Dirga pun ikut hadir.
Siang ini Anna sengaja datang untuk mewujudkan niatnya menengok Bu Andrea yang sudah beberapa hari diserang sakit.
Berhubung kemarin ada tamu yaitu Ridwansyah, jadi gadis itu memilih pulang.
“Kamu yakin mau ambil pekerjaan itu Nak?”
Tanya Andrea dengan suara parau, namun kondisi tubuhnya sudah mulai terlihat membaik.

“Iya Bu Insya Allah, lagi pula pekerjaannya tidak lama, hanya kurang lebih satu bulan”
jawab Dirga
“Lalu bagaimana dengan Ibu dan Riris jika Bang Dirga pergi?”
“Rumah tempat kerjaku tidak jauh, masih seputar Jakarta, aku bisa izin pulang sekali-kali untuk melihat keadaan mereka, dan aku titip mereka sama kamu Na”
Dirga menatap Anna, gadis itu menunduk malu karena Dirga menatapnya penuh arti.
“Ehheemm..”
Riris Sani Pamudina mengerling nakal ke arah Kakaknya, Dirga hanya tersenyum simpul menanggapi kerlingan Adiknya.
Anna memang gadis pemalu, gadis itu sudah sedemikian akrab dengan keluarga Dirga, saking akrabnya hampir semua orang menyangka mereka memiliki hubungan khusus.
Dirga sendiri tidak mempermasalahkan gosip kedekatannya dengan Anna, toh Anna sendiri merespon positif gosip itu.
Andai saja Dirga bisa membaca hati Anna, pemuda itu pasti bisa melihat sebuah perasaan khusus dihati Anna untuknya.
Entahlah bagaimana dengan perasaan Dirga terhadap Anna, yang jelas pemuda itu menyukai sosok Anna. Selain cantik Anna sangat pintar dan menyukai anak-anak, karena itu Dirga mempercayakan Anna untuk menjaga serta mengolah RUMAH BACA yang didirikan oleh Dirga untuk anak-anak yang putus sekolah yang rata-ratanya anak jalanan.
Sambil menjaga rumah baca Anna berperan juga sebagai Guru, mengajari membaca dan mengajar ngaji Quran untuk mereka.
Di rumah baca Anna dibantu oleh Pasha dan Riris.
“Jadi kapan kamu akan mulai pergi ke rumah itu?”
Andrea melanjutkan pembicaraan yang sempat terhenti.
“Insya Allah besok Bu”
“Jika keputusnmu sudah bulat, Ibu hanya bisa berDo’a semoga kamu bisa menjalankan pekerjaanmu dengan baik, dan bisa menjaga gadis itu sesuai dengan tanggung jawabmu”
“Aamiin, terima kasih Bu”.
☘☘☘
Anna sekali-kali melirikkan matanya ke arah pemuda yang berjalan disampingnya, Dirga kadang membalas lirikkan Anna sambil tersenyum kecil.
Dirga mengantarkan Anna ke tempat ke tempat biasa gadis itu beraktifitas sore, yakni mengajar ngaji anak-anak selepas sholat Ashar.
Perjalanan singkat tanpa suara dari kedua anak manusia itu, tak terasa tiba juga didepan rumah baca, sebuah bangunan sederhana tidak terlalu besar namun cukup untuk menampung beberapa orang anak dan dewasa.
Ruangan itu terbagi tiga. Ruangan khusus membaca dimana tempat itu dilengkapi lemari atau rak untuk menyimpan berbagai macam jenis buku, lengkap segala buku bacaan ada. Sedang ruangan satunya dijadikan mushola kecil, selain tempat untuk sholat digunakan juga untuk tempat mengajar ngaji, satu lagi ruangan dapur plus kamar mandi.
Tanah dan bangunan itu sudah diwakafkan oleh pemiliknya dan bangunannya dimanfaatkan oleh Dirga dijadikan rumah ladang ilmu untuk siapa saja. khususnya untuk anak-anak yang putus sekolah.
“Asyiikk, duaan aja nih..?”
Celetuk Pasha yang sudah berada di rumah baca, diikuti suara riuh anak-anak yang lain.
Anna tersenyum sambil menduduk malu, sedang Dirga tidak menggubris ocehan sahabatnya.
“Pantas datangnya lama, ternyata abis mojok dulu taahh..”
Kembali mulut Pasha mengoceh
“Berisik lo sha”
Hardik Dirga sambil menoyor jidat Pasha.
“Diihhkk Abang Dirga galak, eehh Na kalau Bang Dirga galak ma elo bilang ma gue ya, biar Bang Dirganya gue ruqiah”
“Sialan lo, emang gue kesurupan apa pake ruqiah segala”
Kembali Dirga menjitak kepala Pasha lebih keras, pemuda itu hanya meringis tanpa sempat menghindar, suara riuh anak-anak yang tertawa, seakan mereka sedang menonton hiburan gratis.
Anna hanya terkekeh sambil menggelengkan kepala melihat tingkah dua pemuda itu.
Tak berapa lama Dirga pamit, ada yang harus ia lakukan.
Anna menatap kepergian Dirga hingga hilang dari pandangan matanya.
Perasaan gadis itu seperti biasa, terselip rasa kecewa kenapa Dirga selama ini tidak peka dengan perasaannya, hati Dirga terlalu dingin dan sulit diterka.
☘☘☘
“Aduuhh kenapa ban mobil gue mesti bocor segala sih?”
Ratu Eka Rindiyani merutuki mobilnya yang tumben-tumbenan pake acara bocor ban mobilnya.
Dengan sikap kesal Rindi keluar dari mobilnya, lalu meneliti ban yang bocor dibagian belakang sebelah kanan.
Mata gadis itu memperhatikan tempat sekitar yang agak lenggang, hanya beberapa penjual makanan saja yang mangkalnya cukup jauh.
Rindi berdecak kesal tak ada orang yang bisa diminta bantuannya.
Dengan susah payah gadis cantik nan molek itu mencoba mengeluarkan ban cadangan dari bagasi mobilnya.
“Astaga susah banget sih, mana berat lagi nih ban”
“Ada yang bisa saya bantu..?”
“Aaahhhkk..”
Suara bariton milik seorang laki-laki membuat Rindi terpekik kecil karena terkejut, entah sejak kapan ada seseorang berdiri dibelakangnya.

==========

Dirgantara baru kembali dari pencarian alamat rumah Ridwansyah, agar besok waktunya datang ia sudah mengetahui dimana letak rumah yang akan didatanginya.
Diperjalanan pulangnya Dirga melihat seorang gadis cantik yang sedang kesulitan mengeluarkan ban mobil dari bagasinya.
Tanpa sepengetahuan gadis tersebut Dirga menghentikan laju motornya tepat beberapa meter dibelakang gadis itu, dan kedatangannya sempat membuat sang gadis terpekik karena terkejut.
“Ada yang bisa saya bantu?”
Kembali Dirga bertanya.
Gadis yang tak lain Rindi itu sesaat terpaku menatap pemuda yang membuatnya terkejut, karena tak juga ada jawaban dari mulut gadis yang diajak bicaranya, tangan Dirga meraih ban yang hendak dikeluarkan Rindi dari bagasi mobilnya.
“Hai itu milik gue..”
Rindi menarik kembali ban yang diambil Dirga.
“Elo pikir ini milik gue, tentu saja ini milik elo”
Ucap Dirga dengan nada dingin membuat muka Rindi masam.
“Elo mau apain ban mobil gue..?”
Dirga tidak menjawab pertanyaan Rindi
“Gadis ini bodoh atau lupa? tentu saja untuk mengganti ban mobilnya yang bocor”
Bisik hati Dirga.
Ratu Eka Rindiyani tidak banyak bertanya lagi, ia membiarkan pemuda yang tak dikenalnya itu meneliti ban mobilnya yang bocor.
“Elo punya dongkrak?”
Tanya Dirga tanpa mengalihkan matanya dari ban mobil sambil berjongkok.
“Dongkrak..? Gue tidak tahu seperti apa bentuknya”
Rindi menjawab dengan nada sedikit ketus, karena pemuda itu pun bertanya dengan nada datar.
Dirga melirik ke arah Rindi mata tajam milik Dirga seakan membuat jantung Rindi berhenti ritmenya.
Tanpa banyak bicara, Dirga bangit dari jongkoknya dan kembali menghampiri bagasi mobil untuk mencari dongkrak dan peralatan untuk membongkar ban.
“Awas lo ya kalau nyuri peralatan gue”
gumam Rindi. matanya mengawasi gerakkan Dirga.
Setelah menemukan barang yang dimaksud, Dirga kembali berjongkok, namun sebelumnya ia sempat berhenti dihadapan Rindi. “Lo tadi ngomong apa?”
“Apaaa..? Gu-gue ga ngomong apa-apa”
Kilah Rindi dengan gugup, sambil bergumam dalam hati.
“Gila, tajam banget tuh kuping”
Dirga mulai mendongkrak mobil Rindi, dan melupakan ucapan gadis itu yang menyangka dirinya hendak mencuri sesuatu, meski bergumam sangat pelan, namun tak urung terdengar juga di telinga Dirga.
Cuaca mendung yang menyelimuti tempat dimana Rindi dan Dirga berada, mulai menyebarkan tetes demi tetes air hujan.
Rindi bergerak cepat mengambil payung yang selalu tersedia
di jok belakang mobilnya, musim penghujan tak membuat gadis itu lupa membawa payung.
Hujan deras tak bisa dihindari, namun Dirga tidak bergeming masih fokus dengan pekerjaannya, seakan tak memperdulikan air hujan yang mulai membasahi sebagian baju dan celana yang dikenakannya.
Rindi berdiri dibelakang Dirga dengan tangan memegang kuat payung agar tidak terbawa angin, Rindi berusaha melindungi tubuhnya dan tubuh Dirga dari terpaan air hujan yang semakin deras.
“Alhamdulillah beres” gumam Dirga sambil berdiri.
Saat Dirga membalikkan tubuhnya menghadap Rindi, tiba-tiba tangannya menarik tangan gadis yang berdiri didepannya, dengan gerakkan cepat Dirga memutar tubuh Rindi menukar posisi tempat berdiri mereka, belum sempat Rindi mengajukan protesnya atas ulah Dirga dari arah tengah jalan, melaju sebuah mobil dengan kecepatan tinggi dan melindas genangan air hujan, sontak air hujan yang menggenang itu mengguyur tubuh Dirga.
Rindi membelalakan matanya, wajah mereka berdua sedemikian dekatnya, hingga nafas mereka saling menerpa wajah masing-masing.

Bersambung #4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER