Cerita bersambung
Keduanya saling bertatap mata, yang hanya berjarak beberapa senti. Untuk sesaat hati mereka saling berkecamuk, angin dingin tak menyurutkan wajah Rindi memerah dan terasa panas.
“Le-lepaskan gue, elo ga usah cari kesempatan dalam kesempitan gue” Desis Rindi.
Dirga terhenyak saat menyadari tangannya masih melingkar dipinggang Rindi akibat tarikkan spontannya tadi.
Rahang Dirga sedikit mengeras mendengar tuduhan Rindi yang diluar duganya, dengan cepat Dirga melepaskan pelukkannya dipinggang Rindi.
“Maaf..” Ucapnya singkat.
Tanpa menghiraukan lagi gadis itu, Dirga melangkah pergi menerobos hujan yang kini tinggal gerimis, menghampiri motornya dan meninggalkan Rindi yang terbengong sendiri, menatap barang-barang bekas perbaikkan yang masih berserakan.
“Heeii tunggu, elo mau kemana..?”
Teriak Rindi sambil menyambar tasnya dijok mobil, lalu setengah berlari menghampiri Dirga.
“Ban mobil elo udah gue perbaiki, mau apa lagi?”
Entah cuaca yang kelewat dingin, atau memang kesan suara Dirga seperti itu, dingin mengalahkan dinginnya cuaca.
“Gu-gue harus bayar berapa?”
Bodoh..kenapa gue segugup ini. Batin Rindi.
Tangannya merogoh tas mengeluarkan beberapa lembar uang.
Dirga menaikkan alisnya sebelah, mata tajamnya menatap Rindi, membuat gadis itu kembali salah tingkah, Dirga tersenyum kecut melihatnya.
Pemuda itu tahu siapa gadis cantik yang sedang dihadapinya? Sosok Ratu Eka Rindiyani seorang foto model papan atas bahkan diklaim sebagai model terbaik di Indonesia, wajah dan kemolekkan gadis itu sering menghiasi cover majalah remaja dan majalah kecantikan yang sering dibeli Riris adiknya. Dirga kadang tidak sengaja melihat Rindi tampil ditelivisi berlengggak lenggok diatas Catwalk memamerkan busana-busana hasil rancangan desaigner terkenal sekelas Kanaya Thabita.
“Tidak perlu..” Dirga menolak uang yang disodorkan Rindi dengan sikap cuek.
“Tapi..!”
“Gue ikhlas, dan gue ga butuh uang itu, elo bisa berikan uang itu pada orang yang lebih membutuhkannya, dan satu lagi, gue ga bermaksud mencuri kesempatan dalam kesempitan yang elo maksud”
Blushing, ucapan Dirga membuat wajah Rindi kembali panas, seakan ditampar rasa malu, perkataan Dirga tak ubahnya sebuah peringatan, bahwa dirinya salah menilai seseorang, dan satu hal lagi, setiap bentuk bantuan tak harus dibayar dengan uang, dengan satu kata IKHLAS saja sudah cukup.
☘☘☘
Rindi membanting pintu mobilnya cukup keras, sebagai bentuk pelampiasan rasa jengkel dan malunya.
Rindi masih membayangkan kejadian tadi bersama Dirga, laki-laki itu berkali-kali menohok hatinya dengan ucapan dan sikap dinginnya.
Rindi merasa baru kali ini ada cowok sedingin dan secuek itu kepadanya, mengingat ia seorang model terkenal siapapun selalu menyanjungnya dan menghormatinya, tapi laki-laki itu, sikap dingin dan cueknya membuat Rindi merasa tidak dihargai.
“Sialan, sombong banget sih tuh cowok” gerutu Rindi.
Aviie yang melihat kedatangan sahabatnya dengan wajah kecut segera menghampiri.
“Kenapa lo, wajahmu ga enak dipandang banget”
“Gue lagi kesel” jawab Rindi
“Kesel kenapa lagi sih lo? ribut lagi sama Devan?”
Tebak Aviie yang memang sudah tidak aneh lagi dengan sikap sahabatnya yang satu ini.
“Bukan sama Devan”
“Trus.?”
“Aahhkk pokoknya gue lagi kesel sama tuh makhluk cowok, gue ogah cerita”
Aviie hanya bisa mengedikkan bahu, tak ingin bertanya lagi, karena percuma takkan dijawab.
“Oh iya Rin, elo jadikan ngungsi ke tempat gue selama papah elo pergi?”
“Entahlah gue bingung viie, soalnya papah udah nyewa penjaga buat gue”
“What..? penjaga..! maksud elo?”
“Papah udah menyewa pengawal buat jagain gue sama rumah”
“Really, lo serius..?” tanya Aviie,
Rindi mengangguk malas.
“Gue udah nolak berapa kali, tapi bokap gue keukeuh, takut kejadian kaya dulu katanya”
Rindi berdecak kesal.
“Aaahhk bisa elo bayangin viie gue bakal stres kalau diawasi kemana gue pergi, apa lagi kalo pengawal yang papah sewa Body gendut sama muka seremnya bikin gue bergidik ngeri iihh ga level deeh, kalau pengawal gue kaya KEVIN COSTNER sih gue ga bakal nolak”
Sambung Rindi membuat Aviie tertawa mendengar penjelasan dan cerocosan Rindi.
“Hahaha, gue doain deeh yang jadi Bodyguard elo mirip Jet Lee yang di BODYGUARD FROM BEIJING”
Ujar Aviie sambil tertawa.
Rindi mendengus kesal dengan ulah Aviie yang menertawakan hidupnya yang bakal apes, iya apes karena hidupnya bakal diawasi.
==========
Ratu Eka Rindiyani memasukkan mobilnya kedalam garasi, begitu turun dari mobil, dahinya mengernyit mendapati mobil lamborgini yang biasa dipakai papahnya sudah terparkir didalamnya.
“Tumben jam segini Papah sudah pulang, biasanya juga malam”
Guman Rindi, rasa herannya bertambah saat melihat sebuah motor terparkir manis dihalaman depannya.
Yang membuat Rindi heran, ia merasa pernah melihat motor Ninja warna hijau itu, tapi lupa dimana?
“Pak Idang sini..” teriak Rindi tangannya melambai ke arah pak Idang.
Pak Idang pria paruh baya pengurus kebun itu menghampiri Rindi.
“Ada apa Non?”
Tanya Pak Idang setelah berada dihadapan putri majikkannya.
“Itu motor siapa?” Rindi menunjuk ke arah motor Ninja hijau.
“Oh itu milik tamunya Bapak Non” jawab pak Idang
“Sejak kapan Papah punya tamu yang pake motor?”
Pak Idang menggeleng tanda tidak tahu.
Rasa heran gadis itu semakin kentara, tamu papanya selalu menggunakan mobil, tidak pernah ada yang memakai motor, apa lagi dilihat dari jenis motornya jelas-jelas motor ciri khas anak muda.
Rindi menyuruh Pak Idang kembali meneruskan aktifitasnya, ia sendiri segera memasuki rumahnya untuk mencari jawaban atas ke kepenasarannya siapa pemilik motor tersebut.
Begitu masuk Rindi sama sekali tidak menemukan siapapun, diruang tamu juga kosong, tidak menandakan adanya makhluk hidup, tapi ia melihat diatas meja ada cangkir minuman yang biasa disajikan untuk tamu.
“Paahh..”
“Papaaah..”
Teriak Rindi, sambil naik ke lantai bagian atas. Karena tidak juga mendapat balasan dari panggilannya, Rindi memasuki kamarnya.
Begitu berada didalam kamar gadis berparas cantik itu kembali menautkan kedua alisnya, menandakan rasa herannya melihat pintu balkon kamarnya terbuka, mengingat jika ia sedang tidak ada dirumah pintu balkon kamarnya selalu ditutup.
Rindi melihat siluit bayangan seseorang, dengan posisi diatas sedang menaiki sesuatu.
“Siapa diluar? Apa itu Papah?” Gumamnya.
Dengan langkah pelan Rindi menghampiri sosok tinggi di balkon luar kamarnya.
Kepalanya mendongkak ke atas untuk melihat siapa pemilik siluit bayangan itu.
Rindi membelalakkan matanya melihat seorang laki-laki sedang melakukan kegiatan yang sedikit mengundang curiga.
“Heeii elo siapa..? Ngapain lo disitu?”
Rindi menggoyangkan tangga lipat yang sedang dipijak laki-laki itu, membuat orang diatasnya terlonjak kaget hampir terjatuh.
“Hentikan, nanti gue jatuh” Teriak orang itu sambil melangkah turun.
“Elo…!” Sahut keduanya dengan nada terkejut, setelah mereka saling berhadapan.
“A-apa yang elo lakukan dikamar gue?”
Rindi tercengang, rasa gugupnya mulai melanda saat tahu siapa laki-laki itu.
“Gue…”
“Rindi, rupanya kalian sudah saling bertemu, maaf sayang, Papah tadi sedang shalat ashar, jadi tidak bisa menjawab panggilan kamu”
Ridwansyah tiba-tiba datang dan langsung memberi penjelasan, namun Rindi tidak menghiraukannya.
“Dia siapa pah? kenapa cowok ini ada dikamar Rindi..?”
Tanya Rindi, jarinya menunjuk pemuda yang berdiri tidak jauh darinya, pemuda itu hanya diam dan melipatkan tangannya didepan dada, ia membiarkan Ridwansyah menjelaskan siapa dirinya.
“Rindi, dia sedang memasang CCTV, dan ini Dirgantara yang…”
“Dirgantara…” Potong Rindi dengan volume suara cukup nyarang.
Gadis itu tertegun, jadi Dirga yang dimaksud papahnya dengan laki-laki yang sudah membuat moodnya berantakan waktu ban mobilnya bocor itu ternyata MAKHLUK yang sama.
☘☘☘
“Papah, Rindi sudah berapa kali bilang, Rindi tidak perlu penjaga, tidak perlu pengawal”
Rindi mulai melancarkan aksi protesnya kembali.
“Papah tidak mau lagi mendengar aksi protes kamu, ini sudah keputusan bulat papah, besok pagi papah sudah mulai berangkat, dan untuk keselamatan kamu dan yang lainnya papah sudah percayakan sama Dirga”
“Ya ampun pah, yang benar saja, masa papah percaya begitu saja sama orang lain, apa lagi dia..!”
Rindi semakin emosi, matanya mendelik ke arah Dirga yang masih setia berdiri menunggu selesainya perdebatan antara Anak dan Ayah.
Wajah Dirga sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun.
“Kenapa tidak? Papah tidak meragukan kemampuannya”
“Paahh..”
“Sudahlah sayang cukup protesnya, papah mau telepon dulu colega papah”
Ridwansyah beranjak dari tempatnya, sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Rindi menghentakkan kakinya dengan kesal, matanya kembali melihat ke arah Dirga yang kebetulan sedang melihat ke arahnya dengan tatapan dingin. Dirga mengedigkan bahunya saat Rindi mendengus kesal dengan bibir menggerutu.
“Menyebalkan, kenapa BODYGUARD gue harus dia…?”
Dirga melangkah ke luar kamar dengan tangan menjinjing tas berisikan peralatan memasang CCTV, sebelumnya Dirga sempat berbisik ditelinga Rindi hingga membuat bulu kuduk Rindi berdiri.
“Gue yang menyebalkan akan menjadi bodyguard elo”
Bersambung #5
Izin Penerbitan
PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN
Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
POSTING POPULER
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Setangkai Mawar Buat Ibu #01 - Aryo turun dari mobilnya, menyeberang jalan dengan tergesa-...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari * Dalam Bening Matamu #1- Adhitama sedang meneliti penawaran kerja sama dari sebuah perusa...
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Kembang Titipan #1- Timan menyibakkan kerumunan tamu-tamu yang datang dari Sarangan. Ada s...
-
Cerita Bersambung Oleh : Tien Kumalasari Sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang tak sampai dipelaminan, karena tidak direstui oleh ayah...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersen...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel