Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Jumat, 24 Juli 2020

Pengawal Membawa Cinta #5

Cerita bersambung

Dirga menghempaskan pantatnya diatas sofa, kopi indocafemix yang dibuatnya begitu harum menyeruak didalam ruangan.
Sedikit demi sedikit di seruputnya kopi itu, menyesap rasa nikmatnya.
Dirga mengklik tombol ON Laptop yang tergonggok dimeja dan memulai tugasnya memantau area sekitar rumah Ridwansyah yang terpasang kamera cctv lewat layar laptopnya, Dirga kembali mengklik tombol dimana layar laptopnya menunjukkkan area kamar milik Rindi.
Dirga mengernyitkan dahi melihat kamar itu kosong.
“Mungkin sedang dikamar mandi?” batinnya.
Dirga mengklik ke area balkon luar, “Tidak ada..”

Saat Dirga menggeser tombol dimana anak panah dalam layar menunjukkan ruang tamu tempat dirinya berada, hatinya terhenyak dalam layar nampak Rindi sedang berjalan melintas tidak jauh didepannya. Spontan Dirga langsung berdiri. “Mau kemana..?”
Rindi sejenak menghentikan langkahnya.
“Bukan urusan elo” jawab Rindi ketus.
Dirga mencekal tangan Rindi saat tangan gadis itu hendak meraih knob pintu.
“Gue tanya sekali lagi, elo mau kemana?”
“Daaan, gue jawab sekali lagi, bukan urusan elo, lepasin tangan gue” Suara Rindi penuh penekanan.
“Tentu saja ini urusan gue, serahkan kunci mobilnya”
Dirga melepaskan cekalan tangannya dari lengan Rindi.
“Enak saja, ini kunci mobil gue”
Rindi menjauhkan tangannya yang memegang kunci dari jangkauan Dirga.
“Tidak baik seorang wanita keluar malam, sebaiknya elo masuk ke kamar”
“Gue sudah terbiasa keluar malam”
“Mulai malam ini gue tidak akan mengizinkan elo pergi”
“Oh yaa..apa hak elo ngelarang gue aahh..?”
“Elo tanggung jawab gue dan semua yang ada disini”
“Elo boleh pegang semua tangung jawab, tidak termasuk ngelarang gue pergi dong” Suara Rindi dengan sengit
“Elo pergi kemana? Dengan siapa? Gue harus harus tau dan ikut elo, termasuk ke tempat kerja elo” Papar Dirga dengan ekspresi datar.
“Whaatt..? Heloow My Bodyguard, gue bukan anak balita yang harus elo kawal kemana-mana, papah aja ga pernah ngawal gue”
“Mulai sekarang biasakan”
“Bodo, minggir gue mau keluar”
Dirga bergeming dari tempatnya berdiri menghalangi pintu. Dengan gerakkan cepat Dirga meraih kunci mobil dari tangan Rindi, membuat Rindi geram, karena kelengahannya kunci mobil itu sudah berpindah tangan.
“Heeii..kembalikkan”
Teriak Rindi, namun Dirga tidak menggubrisnya dan kembali duduk ditempat semula sambil memasukkan kunci mobil yang ia rampas ke dalam saku celana jeansnya.
“Elo emang keterlaluan…dasar manusia batu, makhluk aneh dan… aahhhkk..”
Rindi menghentakkan kaki dengan keras saking dongkolnya.
Setelah puas mengeluarkan sumpah serapah, Rindi berlari ke kamar atasnya “Brraaakkk” suara pintu kamar dibanting dengan keras membuat kepala Dirga menggeleng.
“Aahhhkk..sialan dari mana papah menemukan makhluk menyebalkan itu?”
Drrrttt… Suara iPhon menghentikan gerutuan Rindi, dengan malas Rindi mengeluarkan iPhonnya dari tas, nama Aviie Owsam tertera dilayar utama.
“Halloo Rin, elo jadi kaga ke rumah gue? dari tadi gue nungguin, elo kaga nongol-nongol sih..”
Suara Aviie disebrang telpon dengan nada sedikit sewot.
“Sorry Beb, gue batal ngelayap malam ini”
“Kenapa? elo baik-baik aja kan?”
“Awalnya gue baik-baik aja sih, tapi Bodyguard rhese gue yang bikin gue jadi darting”
Jawab Rindi matanya menatap jengah ke arah kamera cctv yang bertengger disalah satu sudut atas kamarnya, tepat menghadap kearahnya yang sedang berbicara ditelpon.
“Jadi sekarang elo sudah ada Bodyguard?” tanya Aviie.
“Hu’uh, mana orangnya sangat menyebalkan lagi”
Kembali Rindi melirik ke arah kamera CCTV  lidahnya dipeledkan, ia yakin Dirga sedang mengawasi dirinya dilayar laptop.
Dirga tersenyum tipis, matanya tak lepas dari benda persegi empat itu, dimana layarnya mengeksfose setiap gerakan dan ucapan gadis model cantik itu, bahkan saat memeledkan lidahnya pun tak luput dari penglihatan Dirga.
***

Rindi berusaha memejamkan matanya, entah kenapa hatinya begitu gelisah. Rindi mulai kesal dengan perasaan yang melandanya.
Dirga iya… Wajah Dirga yang menyebalkan itu seakan bermain dipelupuk matanya, senyum dinginnya seakan mengejek kegelisahannya.
Rindi merasa frustasi, ia sama sekali tidak mengerti dengan perasaannya sendiri, kenapa setiap dekat dengan Dirga hatinya tidak bisa diajak berdamai, jika menatap mata Dirga selalu membuatnya salting.
“Tidak mungkin.. tidak mungkin gue menyukai cowok menyebalkan itu, dia cuma Bodyguard gue dan gue punya Devan, ohh god gue benci perasaan ini”
Rindi berusaha menyangkal kuat perasaan itu.

==========

Ratu Eka Rindiyani sedang melakukan sesi pemotretan bertemakan steampunk armi.
Rindi mengenakan baju tanktop loreng dipadukan dengan kemeja PDL loreng lengan panjang yang dilipat sampai siku, serta celana panjang PDL warna loreng senada.
Sepatu hitam PDL serta topi baret hijau begitu kontras dengan rambut wig bob asimetris.
Paras cantiknya lebih dipertegas dengan mata tajam yang mampu menghipnotis para penikmat mode.
Rindi mampu membuat penggemarnya menjerit histeris penuh kekaguman dengan kemampuan modelingnya.
Rindi berfose diantara jaring-jaring yang biasa dipakai latihan para TNI, kali ini Rindi mencoba berfose sambil melompat dari benteng pemantau begitu terlihat enerjik, hasil foto itu mengundang decak kagum sang fotografer.
“Cukup, kita istirahat dulu, kita sudah mendapatkan foto yang tepat”
Ucap sang fotografer.
“Lo hebat Rin, gue paling seneng kalo sudah moto elo, top banget and brilian”
Semua kru bertepuk tangan gembira, Rindi sendiri merasa puas dengan hasil kerja kerasnya.
“Good..I like you Rindi, that’s a wrap everbody, untuk kerja kerasmu honey”
Devan memberikan selamat dan pelukkan serta kecupan dipipi.
“Thank’s Devan.. tanpa dukungan kamu, aku belum tentu seperti ini”
Balas Rindi, matanya tidak sengaja melirik ke arah Dirga yang sedari tadi memperhatikannya.
Dirga melempar pandangan ke arah lain, ada perasaan sesak dalam dadanya saat Rindi menerima pelukkan dan kecupan dari Devan yang notabenenya adalah kekasihnya.

Dirga mengikuti Rindi dari kejauhan saat gadis itu diapit Devan menuju sebuah kafe yang ada didekat lokasi pemotretan.
“Sayang apa harus kamu di ikuti terus laki-laki itu?”
Tanya Devan, Rindi mengikuti arah mata Devan, Dirga nampak duduk tidak jauh disalah satu kursi kafe.
“Dia menjaga gue atas suruhan papah, aku sih no problame saja”
Jawab Rindi, meski dalam hati ada rasa dongkol karena Dirga benar-benar mengawasinya.
Kembali mata Rindi mencuri pandang ke arah Dirga.
Dibalik kaca mata hitamnya Dirga membalas pandangan Rindi.

Penampilan Dirga yang cool mengundang mata para wanita pengunjung kafe terpesona.
T’strit warna hitam polo yang dipakainya melekat membentuk tubuhnya yang atletis,  menonjolkan otot dikedua tangannya.
Kaca mata hitam yang bertengger dihidungnya menambah penampilannya semakin gagah.
Rindi tahu selain dirinya Dirga menjadi salah satu pusat perhatian di kafe ini.
Dan sikap genit para wanita pengunjung kafe membuat Rindi jengah
“Honey, kamu tahu aku semakin sayang sama kamu, apa lagi kamu selalu membuat aku puas dengan hasil kerja keras kamu”
Rindi hanya tersenyum miring, dia tahu Devan butuh dirinya sebagai mesin penghasil rupiah, Sebenarnya Rindi mulai jenuh dengan profesinya, keinginannya putus dari Devan belum terpenuhi.
Rindi tidak bisa egois mengikuti kata hatinya meninggalkan Devan begitu saja, selain tidak ada alasan kuat menjauh dari pria yang sudah melambungkan namanya, kontrak kerjanya sebagai model dimajalah milik Devan belum berakhir.

Setelah cukup beristirahat, Rindi kembali melanjutkan sisa waktu pemotretannya hingga berakhir sampai malam.
“Makasih Dev sudah mengantarku pulang, seharusnya kau tak perlu repot-repot mengantarku, aku bisa pulang bersama Dirga”
“Tidak apa-apa sayang, sudah seharusnya aku mengantar pulang calon istriku hingga selamat sampai rumah”
Rindi terkekeh seakan ucapan Devan menggelitik gendang telinganya
“Kau terlalu berlebihan Dev”
“Eheemm..”
Rindi menolehkan kepalanya ke arah Dirga, Dirga membalas tatapan Rindi seakan memberi kode waktunya bersama Devan telah habis.
Devan menatap tajam Dirga, merasa tidak suka momen berduanya dengan Rindi terganggu.
“Sebaiknya aku masuk dulu Dev, malam sudah sangat larut”
Ujar Rindi, Devan yang merasa terusir akhirnya pamit pulang.
Dirga mulai menyalakan laptopnya seperti biasa, pemuda itu melihat Rindi baru keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidurnya, Rindi mulai merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.
Dirga sempat melihat Rindi menatap ke arah kamera cctv seakan tahu bahwa ia sedang diperhatikan Dirga.

Bersambung #6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER