Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Sabtu, 25 Juli 2020

Pengawal Membawa Cinta #6

Cerita bersambung

Sudah dua hari ini Ratu Eka Rindiani berdiam diri dirumah setelah kegiatan Fashion Week yang menguras tenaga.
Tak ada kegiatan lain selain tidur dan tidur.
Dirumah sekali-kali Rindi berpapasan dengan Dirga, hanya mata mereka yang saling menatap lalu membuang muka, tanpa ada kata dari mulut keduanya, hanya hati mereka yang saling meracau tanpa memahami makna dari perasaan masing-masing.
Dengan malas Rindi beranjak dari tempat tidurnya, berniat ke dapur mencari minuman dilemari pendingin, untuk menyiram rasa kering ditenggorokkannya.
Rindi mengedarkan pandangannya mencari sesuatu, tepatnya seseorang.
Rindi melangkahkan kakinya menuju halaman belakang, sambil menyesap rasa manis dari pepsi cola yang diminumnya.

Sayup-sayup telinganya mendengar suara yang berbicara diteras belakang yang ditujunya.
Rindi mendengar Dirga menyebut nama seorang wanita lewat telpon, Rindi hanya bisa mendengar suara Dirga.
“Anna bagaimana kabar anak-anak?”
“……..”
“Syukurlah jika kalian baik-baik saja, maaf aku belum bisa melihat rumah kita”
“………”
“Baiklah aku tutup dulu telponnya, jagalah anak-anak bersama Riris dan Pasha”
“………”
“Assalamualaikum”
Rindi meninggalkan tempat dimana ia mendengarkan pembicaraan via telpon antara Dirga dengan wanita yang bernama Anna.
Wajahnya masam, jantungnya berdetak lebih cepat, dengan jemari terkepal Rindi memasuki kamarnya dan menutup pintu dengan kesal.
“Rupanya dia sudah punya anak istri” bathinnya.
“Aahhh, kenapa juga gue harus mikirin dia, punya anak istri atau engga bukan urusan gue, kenapa gue jealous.. oh god gue jealous”
Rindi kembali menyeruput minuman pepsi colanya, dengan harapan rasa dinginnya bisa menghalau rasa panas dihatinya.
“Ingat Rin, dia sudah punya istri dan elo udah punya Devan”
Kembali Rindi berdebat dengan perasaannya.
***

Rindi membuka pintu sepelan mungkin, agar tidak menimbulkan suara, dengan langkah mengendap-endap Rindi keluar dari kamarnya dengan stelan siap pergi.
Rindi tadi sempat melihat Dirga masuk ke kamarnya tanpa laptop, itu pertanda Rindi dalam zona aman, tanpa pengawasan Bodyguardnya.
Dengan setengah berlari Rindi keluar dari rumah mewahnya dan segera masuk ke mobil Taxi yang dipesannya. Rindi tidak bisa membawa mobilnya sendiri karena kuncinya diamankan Dirga.
“Uuhhh selamat’
Rindi mengelus dada merasa lega, seakan baru terbebas dari sarang macan.
Setelah beberapa saat Dirga mulai menyadari Rindi tidak ada di kamarnya, tidak juga diruangan lain, pemuda itu berinisiatif bahwa Rindi pergi tanpa sepengetahuannya.
Dirga mulai geram, ia mengeluarkan ponselnya lalu melacak sinyal GPS, alat lacak yang Dirga pasang di iPhon Rindi secara diam-diam.
Dirga melihat titik merah berkedip mengikuti jalur garis yang merupakan jalan raya. Tanpa menunggu lama, Dirga mengeluarkan mobil untuk menyusul Rindi, mengikuti alat lacak dimana Rindi berada.
***

Musik hingar bingar memekakkan telinga, meliukkan tubuh pria dan wanita tanpa pembatas, lampu temaram mengikuti irama zigzag menambah suasana Dugem kentara dengan kemaksiatan.
Disudut ruangan Diskotik, duduk sekumpulan pria dan wanita pengejar nikmat dunia, mereka begitu terlena dengan keindahan dunia fana, dan telah dibutakan akan akhirat.
Rindi berada diantara mereka, wajahnya merah padam menahan amarah.
“Brengsek elo Dev, jadi ini maksud elo telpon gue untuk melihat elo selingkuh dengan dia aahh”
“Honey tenanglah, Raisya bukan selingkuhan aku, dia hanya teman” bela Devan berusaha menenangkan gadisnya yang tersulut emosi.
“Teman.. teman rasa pacar maksud elo?”
Suara Rindi penuh penekanan.
“Oh ayo lah sayang, aku hanya cinta sama kamu, percayalah sama aku” ucap Devan dengan nada memohon agar Rindi percaya dengan ucapannya.
“Gue muak dengan kebohongan elo Dev, elo fikir gue ga tahu apa? gue udah berapa kali lihat elo jalan sama cewek pengkhianat ini”
Rindi menunjuk Raisya yang adalah sahabatnya, juga selingkuhan dari kekasihnya. Sedang Raisya duduk santai, bibirnya menyunggingkan senyum sinis dan membiarkan Devan berdebat dengan Rindi.
“Eehh cewek munafik, dasar elo tidak tahu malu main embat kekasih sahabat elo sendiri”
Geram Rindi, tangannya menyambar gelas minuman dimeja, lalu menyiram Raisya, membuat gadis itu terpekik.
“Baju gue… sialan lo Rin, sudah cukup dari tadi gue diem cuma dengerin ocehan elo, elo fikir devan cinta sama elo? heloow, denger ya Rindi yang sok cantik, Devan cuma cinta sama gue, Dev cuma butuh elo untuk menghasilkan duit…denger ga lo du-it”
“Raisya, jaga mulut elo” bentak Devan.
Raisya menatap jengah ke arah Devan “Elo kenapa sih Dev? ini waktu yang tepat untuk memberitahukan hubungan kita”
“Diam Raisya, jangan teruskan omongan elo” Devan semakin geram, sedang Raisya hatinya terasa sakit dan dadanya sesak, Devan berkali-kali membentaknya, tidak seperti disaat berdua selalu berkata manis dan mesra.
“Oohh, rupanya kalian hubungan?” Rindi semakin dibakar emosi.
“Iya, gue sama Devan hubungan, bahkan lebih dari hubungan, gue sama Devan sudah seperti suami istri, jelas lo..!”
Raisya tanpa rasa malu menguar aib hubungannya dengan Devan. Ucapan Raisya mengundang rasa jijik dan muak dihati Rindi.
“Diam Raisya, gue bilang diam. Rindi sayang please jangan percaya omongan wanita itu, aku hanya cinta sama kamu, ku mohon percayalah padaku”
Devan meraih tangan Rindi, namun kembali ditempiskan.
“Gue jijik sama elo Dev, gue minta putus sekarang juga”
“Tidak sayang, aku tidak akan pernah memutuskan kamu, aku hanya cinta sama kamu”
Devan keukeuh dengan cintanya.
Rindi merasa eneg mendengarnya, dengan langkah cepat gadis itu pergi meninggalkan Devan.
“Elo keterlaluan Dev, elo anggap gue apa haah?”
Hardik Raisya, tangannya mencengkram baju Devan yang hendak pergi menyusul Rindi.
Namun Devan tidak menggubris omongan Raisya, pemuda itu melepaskan cengkraman tangan Raisya dari bajunya, lalu mengejar Rindi yang keluar dari diskotik.
Rindi terkejut saat keluar dari tempat hingar bingar ini, mendapati Dirga sedang berjalan ke arahnya.

==========

“Dirga…!” wajah Rindi seketika menegang. Dirga menghampirinya dengan tatapan dingin.
“Ba-bagaimana dia tahu gue ada ditempat ini?” gumam Rindi.
“Sayang, maafkan aku. Ayo kita masuk lagi kita akan bicara baik-baik.” Devan menarik tangan Rindi agar ikut bersamanya kembali masuk ke dalam diskotik.
“Lepaskan tangan gue! tidak ada yang perlu dibicarakan lagi semuanya sudah jelas.” Rindi berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Devan.
“Ayolah sayang!”
“Lepaskan tangannya!” Ucap Dirga memotong kalimat laki-laki yang menarik paksa tangan Rindi.
Wajah Devan seketika berubah berang saat tahu Bodyguard Rindi ada didekatnya.
“Elo ga usah ikut campur, ini urusan gue dengan kekasih gue,” sergah Devan.
“Gue bilang lepaskan tangan elo darinya!” Dirga tak mau kalah.

Dengan satu sentakkan Dirga menarik Rindi dari genggaman Devan hingga terlepas, sontak tubuh Rindi terhuyung dan jatuh kedalam dekapan Dirga dengan pekikan tertahan.
“Sialan.” Devan merasa geram, tanpa fikir panjang lagi langsung melayangkan bogem mentahnya ke arah wajah Dirga, namun Dirga dengan cepat mengelak sehingga bogem Devan mengenai tempat kosong.
Devan semakin geram wajahnya merah padam dan kembali menghampiri Dirga dengan tangan terkepal hingga buku-buku jarinya memutih.
“Masuk ke mobil!” Suruh Dirga, namun Rindi tidak menghiraukan perintah Dirga, gadis itu hanya mundur beberapa langkah. Hati Rindi dilanda cemas melihat Dirga dan Devan saling adu jotos. Devan dan Dirga sama-sama memiliki ilmu bela diri.

Suasana diluar diskotik menjadi riuh, bahkan Raisya dan teman-temannya yang berada didalam berhamburan keluar ikut menonton keributan.
Buuggh … sebuah tonjokkan mengenai wajah Dirga hingga terjengkang dan mengalirkan darah kental disudut bibirnya.
“Rasakan brengsek…!” seru Devan dengan suara parau menahan marah.
Devan kembali hendak menerjang Dirga kemarahannya semakin memuncak saat Dirga kembali berdiri seakan tonjokkannya tidak berarti.
Saat jarak Devan tinggal beberapa langkah lagi didepan Dirga dengan tangan siap meninju, tiba-tiba Dirga melayangkan tendangan ke arah perut Devan hingga terpental tepat dibawah kaki Raisya.
Jeritan tertahan terlontar dari mulut Raisya dan Rindi.
Dirga hendak menghampiri Devan yang terkapar namun tubuhnya ditahan Rindi.
“Cukup Dirga, hentikkan!” Desis Rindi tanpa sadar memeluk Dirga agar pemuda itu tidak menyerang lagi Devan yang sudah tidak berdaya.

Dengan gerakkan cepat Dirga menarik tangan Rindi menghampiri mobilnya, dengan kasar Dirga membuka pintu mobil dan menyuruh Rindi untuk segera masuk.
Gadis itu tidak berani menolak, dan langsung masuk ke mobilnya.
Raisya dengan susah payah membangunkan tubuh lemas Devan, bibirnya mendesis menahan sakit.
***

Dirga membanting pintu mobil dengan keras, Rindi yang masih didalam mobil terlonjak kaget.
Dirga menghempaskan tubuhnya diatas sofa, sambil menahan rasa kesal, geram dan sakit di wajahnya, namun kalimat terakhir lebih mendominasi.
Sesaat Dirga memejamkan mata sambil menyandarkan kepalanya disandaran sofa, mencoba meredakan sisa emosinya.
Dirga tersentak kaget saat sebuah benda basah dan dingin menyentuh wajahnya. Rindi mengompres wajah Dirga dengan gumpalan es yang dibalut kain handuk.
Sesaat mata mereka saling beradu, menimbulkan getaran hebat dihati keduanya.
“Maaf, gara-gara gue wajah elo seperti ini,” sesal Rindi sambil menunduk menghindari tatapan tajam Dirga.
Dirga tidak membalas ucapan Rindi, tangannya mengambil alih kompresan dari tangan Rindi.
“Elo berhasil kabur dari pengawasan gue,” ujarnya dengan suara datar.
Rindi semakin menunduk menatap permainan jarinya. “Devan telpon dan ingin ketemu gue, gue fikir jika harus ngomong sama elo, ga bakal ngizinin gue keluar.”
“Apa elo mendapat kebahagiaan setelah keluar?” tanya Dirga dengan nada suara semakin menghakimi, Rindi menggeleng.
“Apa yang elo dapatkan setelah keluar?” kembali Dirga bertanya dengan nada suara yang sama.
“Tidak ada.” jawab Rindi singkat, mulai menyadari kebodohannya.
“Istirahatlah!” suruh Dirga, namun Rindi enggan untuk beranjak.
“Tapi wajah elo.”
“Gue baik-baik saja, istirahatlah!” Perintah Dirga.

Bersambung #7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER