Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Senin, 20 Juli 2020

Pengawal Membawa Cinta #1

Cerita bersambung
Judul asli : *Bodyguard_With_Love*
Oleh : Neng Henny Yulianti

Dirgantara segera melajukan motornya kembali, meninggalkan dua preman yang terkapar setelah perkelahian yang tidak seimbang tadi.
Tas hitam yang dia ambil dari si brewok ia simpan dibagasi depan motornya.
Tak lama Dirga tiba ditempat yang cukup ramai, tepatnya di depan Ruko, dimana si pemilik tas disuruh menunggu oleh Dirga selama dia mengejar dua perampok tas miliknya yang dibawa kabur oleh si brewok dan temannya.
Dirga turun dari motor dan membuka helmnya, nampaklah wajah tampanya dengan bentuk rahang yang tegas, matanya yang tajam menatap ke arah mobil lamborgini yang terpakir didepan BI, Dirga mengambil tas hitam yang ia simpan di bagasi.
Sambil berjalan santai Dirga menghampiri pria paruh baya yang sedari tadi menunggu di dalam mobilnya dengan perasaan gelisah.
Begitu melihat sosok Dirga pria itu keluar dari mobilnya dan keduanya saling menghampiri.
“Ini tasmu tuan..”
Dirga menyerahkan tas hitam itu. Disambut oleh si pemilik tas dengan wajah gembira.
“Alhamdulillah, terimakasih banyak anak muda”
Ucap pria itu tangannya terulur mengambil tas yang disodorkan Dirga.
“Silahkan tuan periksa isinya”
“Aahkk tidak perlu saya percaya isi tas ini utuh, saya tidak tahu bagaimana nanti jadinya jika dokumen dan chek kuwitansi serta uang tunai puluhan juta ini jika hilang”
Sahut si pria menjelaskan tas yang sangat berharga.
“Baiklah tuan, karena tas anda sudah kembali saya permisi”
Dirga hendak melangkah, namun bahunya ditahan, Dirga kembali menatap ke arah pria paruh baya yang masih terlihat gagah itu, dengan stelan baju mahal lengkap dengan jas kantornya.
“Tunggu..! boleh saya tahu namamu, setidaknya saya tahu nama orang yang sudah menyelamatkan saya”
“Nama saya Dirgantara tuan” jawabnya.
“Dirgantara, nama yang hebat, saya Ridwansyah Susanto, panggil saja om Ridwan tidak usah pake embel-embel tuan, oh iya ini kartu nama saya, jika kamu butuh sesuatu hubungi saya, jangan segan-segan”
Dirga mengangkat alisnya sebelah, tangannya mengulur untuk mengambil kartu nama yang disodorkan pria yang bernama Ridwan itu.
“Dan ini terimalah jangan di lihat besar kecilnya, sebagai tanda ucapan terimakasih saya”
Ridwansya menyodorkan sejumlah uang.
“Tidak tuan maksud saya om Ridwan, saya tidak butuh pamrih, ini sudah hak saya menolong anda dan memberi pelajaran untuk bajingan seperti mereka” tolak Dirga halus.
“Dirga, saya tahu perbuatanmu ikhlas tanpa pamrih meski taruhannya nyawa kamu, tapi tolong jangan tolak rezeki dari Alloh”
Sejenak dirga terdiam, matanya menatap ke arah lembaran uang yang jumlahnya tidak sedikit.
“Ayolah terima saja, jika kau sudah menerimanya terserah kau mau apakan uang ini, bisa kau bagikan uang ini kepada mereka yang membutuhkan”
Ridwan menunjuk ke arah beberapa anak pengamen dan pengemis.
Dengan ragu Dirga mengambil uang yang disodorkan Ridwan, dia sempat berfikir memang banyak yang membutuhkan uang ini selain dirinya.
Mereka iya mereka anak-anak jalanan dan para tunawisma.
Dan pemuda itu memang sudah terbiasa berbagi apapun, walau sedikit dengan mereka-mereka yang membutuhkan bantuannya baik berupa uang maupun makanan.
“Baiklah saya menerimanya”
“Alhamdulillah terimakasih Dirgantara”
“Panggil saja Dirga” kata Dirga meralat panggilan Ridwan yang terlalu ke panjangan.
“Naahh gitu doong, rezeki jangan ditolak”
celetuk Pasha sahabat Dirga diangguki anak-anak yang lain yang rata-rata pedagang asongan dan pengamen.
“Kalian ngintip transaksi gue rupanya?”
“Laahh elo Ga, bukan ngintip elonya aja yang transaksi di depan mata kita iya ngga?”
“Betuull..”
Serempak Anak-anak jalanan menyahuti sambil tertawa, Dirga hanya menggelengkan kepala.
“Niihh bagi rata buat kalian, gue ngga mau kalian rebutan, pokonya bagi rata”
Dirga memberikan beberapa lembar uang lima puluhan kepada Pasha untuk kembali dibagikan dengan yang lain.
“Laah itu sisanya buat siapa bang?” celetuk Edod si pedagang koran.
“Elo kaga usah tahu, yang jelas ini duit mau gue sumbangin faham elo”
“Iyee bang faham”
Dirga beranjak dari tempatnya lalu pergi meninggalkan kerumunan.
“Ga mau kemana elo..?” Teriak Pasha.
Dibalas lambaian tangan Dirga sambil berteriak juga, “Masjiidd..”
Ridwan tersenyum penuh kagum menatap sosok Dirga yang melenggang menghampiri Rumah Allah yakni Masjid alun-alun kota.
Rupanya pria paruh baya itu belum meninggalkan tempatnya sejak Dirga pergi, dia masih penasaran dengan pemuda yang menurutnya bersifat sangat langka dizaman yang penuh dengan sifat jahiliah era modern.
Setelah Dirga lenyap dipelataran masjid, Ridwan segera melajukan mobilnya meninggalkan tempat dimana tadi bertemu Dirga.

==========

Kafe Galaxi Garden adalah kafe yang paling digandrungi muda mudi necis di Jakarta, cocok untuk para golongan hipster yang menginginkan suasana yang berbeda lain dari yang lain.
Galaxi Garden tempat paling memuaskan bagi manusia-manusia yang haus akan hiburan dan dapat menghilangkan dahaga mereka.
Sesuai namanya Kafe Galaxi Garden mengusung tema luar angkasa dengan gaya Galaxi antariksa sungguh unik dan menantang.
Dibagian Taman terlihat sangat cantik dengan pohon-pohon yang dipangkas berbentuk bola layaknya bentuk-bentuk planet ataupun satelit, sungguh interior yang luar biasa.
Di taman itu Ada banyak meja berpayung pelangi, di bawah salah satunya ada seorang gadis cantik dengan tubuh super langsing namun padat, rambut indah sedikit bergelombang dibiarkan tergerai begitu saja dipunggungnya.
Ratu Eka Rindiyani nama sang gadis yang sedang menikmati secangkir teh matcha beraroma lemon.
***

Rindi panggilan gadis super cantik itu, selalu meluangkan waktu santainya mengunjungi kafe yang ternyata milik sahabat dekatnya dari zaman SMA dulu.
Sambil menunggu, Rindi membolak-balikkan buku menu yang tersedia di meja tanpa niat memesan apapun.
“Hallo cantik, sorry lama nunggu”
Aviie Owsam sahabat yang ditunggu Rindi akhirnya datang juga.
Aviie menghempaskan bokongnya di kursi depan Rindi.
“Lama amat sih lo, gue sampai bulukkan nungguin elo”
“Hahaha, sorry Bebz biasalah gue ada halangan sedikit, trus elo ngapain juga ngajak ketemu disini, biasanya juga elo ke rumah.”
Kata Aviie sembari menyeruput minuman yang dia bawa.
“Gue pengennya disini sekalian menikmati secangkir teh matcha buatan kafe elo yang ga ada ditempat lain”
Aviie gadis cantik berparas sedikit bule itu mangut-mangut, “Trus, papah elo jadi nanti berangkat ke Jerman untuk bisnis sama kliennya”
“Sepertinya jadi, gue bakal Bete kaya dulu lagi, gue masih trauma dengan kejadian dulu ada maling masuk rumah gue waktu papah ke jepang”
“Elo sering-sering aja nginep di rumah gue biar ga bete, ngomong-ngomong elo ga ada kegiatan pemotretan hari ini?”
“Hari ini jadwal gue lagi kosong sampai tiga hari ke depan” jawab Rindi menjelaskan.
“Hubungan elo sama Devan gimana Rin?” Tanya Aviie dengan nada menyelidik.
“Itulah yang pengen gue omongin sama elo, gimana caranya gue putus sama dia”
“What elo pengen putus sama devan? why..?”
Avii sedikit terkejut dengan niat sahabatnya yang ingin putus dari Devan, cowok yang sudah memperkenalkan Rindi di dunia modeling hingga namanya melejit sampai sekarang.
Rindi model papan atas yang namanya sudah wara wiri di dunia fashion dan model di berbagai produk iklan kecantikkan.
Aviie tahu akan sulit bagi Rindi untuk putus hubungan dengan Devan yang berarti harus putus juga dengan kontrak kerjanya dimajalah Beautiful Girl, dimana Devan sendiri adalah pemilik bisnis majalah terkenal itu.
“Gue sebenarnya sudah jenuh viie, gue ngga merasa bahagia dengan profesi gue ini, gue ngikutin keinginan Devan jadi model karena dulu cinta sama dia, tapi semakin hari gue sadar Devan cuma manfaatin gue untuk bisnisnya saja karena Dev tahu bahwa gue bisa dan cocok seperti yang dia inginkan” keluh Rindi.
“Gue mengerti perasaan elo, tapi gue sangsi Dev bakal ngabulin permintaan putus elo, kayanya sulit”
“Gue tahu Viie” lirih suara Rindi.
“Elo fikir aja dulu jangan gegabah ambil keputusan, resikonya cukup fatal buat masa depan elo.”
***

Setelah mandi dan memanjakan tubuh, Rindi bersiap keluar dari kamar mewahnya dan turun ke lantai bawah menuju meja makan dimana sang papah sudah menunggunya untuk makan malam.
Ridwansyah tersenyum menyambut putri semata wayangnya yang kini sudah duduk berhadapan dimeja makan.
“Papah gitu amat sih liatin Rindi..?”
protes Rindi yang merasa risih diperhatikan papahnya sedemikian rupa.
Ridwan terkekeh menanggapinya
“Ayo makanlah dulu sayang”
Rindi mengedikkan bahunya, tumben papahnya ngajak makan malam bersama, biasanya satu sama lain saling sibuk jarang sekali bertemu di meja makan untuk makan bersama seperti ini.
“Bagaimana kerjaanmu lancar-lancar saja?”
tanya Ridwan kepada putrinya setelah mereka selesai dengan acara makannya dan duduk santai di sofa.
“Lancar aja sih pah, ga ada masalah” jawab Rindi tanpa mengalihkan matanya dari acara yang disajikan di televisi.
“Hhmmm, apa kamu belum ada niat untuk berhenti?”
Rindi melirik ke arah papahnya dengan dahi mengernyit, “maksud papah..?”
“Papah hanya khawatir sama kamu, dan pekerjaanmu itu membuat papah merasa tidak tenang”.
Rindi melihat kecemasan di wajah papahnya, gadis itu beringsut dari duduknya mendekati Ridwan, dengan manja kepalanya dia sandarkan di bahu pria yang teramat disayangainya.
“Papah tidak usah khawatir Rindi akan baik-baik saja, dan Rindi selalu menjaga kehormatan Rindi”
Ridwansyah menarik nafas berat.
Rindi putri satu-satunya berprofesi sebagai model, yang dimana profesi seperti itu sangat rawan bagi gadis secantik dan semolek Rindi, kecemasan dan ketakutan selalu menyelimuti hati pria baruh baya itu.
Sebagai orang tua tunggal ia harus extra menjaga permatanya, selain menjalankan amanat dari Rianda Almarhum istrinya yakni ibu dari Rindi, ia juga sangat bertanggung jawab dalam perkembangan kehidupan luar dalam putrinya.
Ridwansyah takut jika putrinya terjerumus kedalam jurang kemaksiatan yang lebih berbahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER