Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Selasa, 11 Agustus 2020

Yang Terlupakan #4

Cerita bersambung

"Risa panggil Rino sebentar, Abang tolong ambilin piring yah!" Risa berlalu menuju kamar Rino.
"Okee, Ratuku!" sahutku kemudian berjalan menuju rak piring dan setelah itu menyiapkan 3 piring di atas meja makan.
***
[Risa]

Malam ini bang Arman tidak menginap di rumah ini. Kok rasanya aku kangen yah? Padahal baru sehari semalam aku bersamanya. Ah, semenjak malam kemarin dengan perlakuan lembut dan cumbu rayu serta banyolan jenakanya seketika membuat hatiku meleleh.

"Abaaaang, Risa kangeeeeen ... " Kututup wajahku dengan guling agar suaraku tertahan. Nanti Rino dengar lagi, malu. Ah, rasa apa ini? huhuhu ....
Tidak cukup semalaman bang Arman memintaku melayani hasratnya, pagi tadi sehabis sarapan pun dia minta lagi, ga nyangka kukira bosku yang pendiam ini lelaki yang dingin. Ternyata ....

Tapi kenapa hatiku seolah makin terbuka? Dan perlakuan romantisnya menjadikan candu buatku yang memang tidak pernah berhubungan khusus dengan seorang lelakipun sebelumnya. Walau beberapa orang pernah mencoba mendekati, aku selalu menghindari sebab bagiku ketika itu, aku belum mau terikat dengan lelaki manapun, pikiranku bercabang dengan berbagai macam permasalahan hidup, di mana aku harus mencari nafkah juga merawat ayah dan berikutnya Rino.

Di masa itu bersusulan problema yang aku hadapi, setelah wafatnya ayah yang meninggalkan hutang lebih dari 100 juta karena untuk biayanya bolak balik berobat ke rumah sakit, terpaksa aku dan Rino memutuskan untuk menjual rumah peninggalan ayah, harta satu-satunya yang kami punya di Bandung. Harga jualnya lumayan 520juta, tadinya sisa dari membayar hutang hendak kami belikan rumah baru, biarlah sederhana dan lokasinya tidak strategis, yang penting bagiku dan Rino bisa untuk tempat kami berteduh dari panas dan hujan tanpa dipusingkan dengan membayar jika kami mengontrak terus-terusan.

Tapi apalah daya, itu hanyalah planing. Rupanya Alloh punya rencana lain bagi hidup kami. 3 bulanan yang lalu Rino seketika ngedrop, dan ini tidak seperti biasanya. Sebelumnya dia mampu menahan sakit di perutnya, tapi kali itu dia benar-benar anfal, sampe ia pingsan di sekolah. Betapa terkejutnya ketika dokter memvonis Rino terkena gagal ginjal.

Cobaan bertubi-tubi menimpa kami. Aku pun melakukan berbagai observasi dan tes untuk mencocokkan ginjalku ke tubuh adik kesayangan. Alhamdulillaah cocok, tapi sekali lagi belum juga aku cukup mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk operasi, Rino anfal kembali. Dan dokter memutuskan harus segera dilakukan operasi.
Beruntung bang Arman memberikan pinjaman yang memang tidak sedikit. Awalnya agak ragu aku bisa mendapat pinjaman darinya sebab aku baru 5 bulanan bekerja di perusahaannya. Ah, rupanya ia punya hati kepadaku, pantas saja. Sebab uang ratusan juta itu jumlah yang sangat besar bagiku yang biasa hidup sederhana. Kenapa aku baru nyadar ya?
Tapi, bagaimana  hubungannya dengan mba Dewi ya. Bukankah mereka masih berstatus tunangan? Apa Bang Arman akan berpoligami? Huuuft, terkadang aku capek dengan problem yang kompleks di dalam hidup. Biarlah aku nikmati dulu kebahagiaan kebersamaan dengan Babang tampan.
Baru kusadari dia memang tampan. Apalagi tadi pagi dia terlelap di sampingku, dan kupandangi wajahnya yang rupawan, kulitnya yang putih bersih, janggut dan kumisnya yang tipis kayak Zorro. Hahaha ....
Haih, kenapa bibirku terus-terusan tersenyum sih. Kenapa dia tertarik padaku ya? Apa yang menarik dari wanita seperti aku? Yah orang sih sering bilang aku mirip penyanyi dan pemain sinetron lawas Novia Kolopaking waktu jaman baheula. Tapi masak sih lelaki seperti Bang Arman tertarik sama aku?

Ting!
Suara pesan WA masuk di hp. Menarikku dari lamunan.
[Sayangku, sudah tidur?] Deg! Jantungku mulai lagi bertabuh. Pesan dari Babang cayang!
Dengan hati yang terasa meletup-letup ku coba menggerakkan jemariku di atas layar benda segi empat itu.
[Belum, Bang.]
Jiaaaah cuma jawab begitu aja sampe nunggu setengah menit. Ada apa sih dengan hatiku ini?
[Abang kangen, kamu kangen ga sama abang?" Huwaaa kangen berat bang.
[Biasa aja (emoticon melet)] Duh, Abang, adek boong.
[Ah massaa? Besok abang ke sana ya..] abaaang, sekarang aja deh.
[Abang kangen dengan senyummu yang semanis madu yang selalu bikin abang mabuk kepayang ....]
[Apaan sih, Abang gombaaaaal.] huwaaaa bang, adek butuh CPR deh, tiba-tiba jadi sesak nafas nih. Hahahaa ....
Yaa Alloh aku kenapa ini? Huhuhuuu ...

Setelah selesai kena rayuan pulau kelapa via chatingan Babang cayang, waktu menunjukkan pukul 11 malam. Mataku sudah ngantuk, akhirnya aku tertidur.
***

Bang Arman bilang jam 10 pagi dia akan datang. Aku dan Bi Atik sibuk memasak makanan istimewa untuk suami tercinta.
"Neng Risa pinter masak juga ya." Bi Atik memujiku setelah beberapa menu diselesaikan.
"Ah ga juga, Bi. Cuma kalo bikin kayak gini sih aku biasa." Sebenarnya aku ga terlalu pinter masak, tapi bisalah kalo hanya bikin ikan gurami pindang dan cumi saos asam manis. Ayah dulu sering minta bikinin kalo aku lagi libur kerja. Sebelum kerja dengan bang Arman dulu aku kerja di perusahaan lain semenjak tamat kuliah.

"Waaah, makan enak kita hari ini!" seru Rino yang barusan keluar dari kamarnya. Dari pagi tadi dia sibuk belajar, karena besok dia mulai UAS.
"Kamu udah selesai belajar, No?" tanyaku seraya memindahkan sambal terasi yang baru selesai diulek ke dalam piring kecil.
"Sudah dong, Kak. In syaa Alloh Rino siap bertempur ... Hehehe," jawab Rino seraya tangannya mengambil tempe goreng tepung yang baru disajikan Bi Atik dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Moga sukses ya. Kakak selalu mendoakan yang terbaik untuk masa depan kamu"
"Aamiin, in syaa Alloh kakakku yang ca'em."

Aku tersenyum dengan gombalan adik kesayanganku ini, ku acak rambutnya. Hemm, adikku sudah besar, sudah mau kuliah. Ada haru terselip di hatiku. Rino anak yang cerdas, sejak balita sudah ditinggalkan ibu wafat, insyaa Alloh kamu tidak kehilangan kasih sayang kakak, No. Dalam hatiku berkata.

Selesai makan siang kami sholat dzuhur, bang Arman dan Rino ke masjid, aku di rumah di kamarku.
Kurebahkan badanku ke ranjang besar kami, tak berapa lama pun bang Arman pulang dari masjid.
"Assalamualaikum sayangku." Bang Arman masuk kamar dan mengucapkan salam.
"Wa 'alaikumussallam warahmatullah ..., " sahutku tersenyum melihat Babang tampan yang baru 3 hari ini berstatus sebagai suamiku dan kusadari menyebabkan hatiku seolah selalu berbunga.
"Abang belum mau pulang ke rumah mama?" tanyaku ketika ia ikut berbaring di sebelahku.
"Rasanya ga kepengen pergi dari sini." Bang Arman memiringkan badannya agar kami saling berhadapan, dan tangannya pun menggamit jemariku membuat darahku serasa berdesir. Uh! Aku kangen sentuhan-sentuhan cumbuannya.

"Hemm, kapan abang mau membicarakan tentang pernikahan kita ke mama?" Sebenarnya aku ingin bang Arman segera berterus terang kepada mamanya.
"Sabar ya, Sayang. Abang nunggu waktu yang tepat. Kamu tau kan abang dari kecil sudah dijodohin sama Dewi oleh mama dan mamanya Dewi tante Vina. Mama masih berharap abang menikah sama Dewi." Ia menarik pinggangku dengan lembut agar tubuhku lebih dekat ke dadanya menyebabkan jantungku berdebar kencang. Kuletakkan kepalaku di dada bidangnya terdengar detak jantungnya yang juga ikut bertalu. Ia membelai rambut panjangku dan mengecup keningku. Duh abaaang, ada banyak kupu-kupu di hati aku.

Aku hanya diam menikmati irama dada kami yang bersahut-sahutan.
Seketika tangan kanannya menangkup pipi kiriku dan menghadapkan ke wajahnya. Mataku terpejam menanti perlakuan lebihnya. Abaaaang aku kangeeeen ....
"Sayaaang, abang pengeeen ...."
Kamipun terbang ke langit asmara untuk kesekian kalinya di siang hari yang indah ini.
"Bismillaahi Allahumma jannibnasy syaithana wa janibisy syaithana maa rozaqtanaa."
Bang Arman memulainya dengan do'a. Sedetik kemudian ...

"Ouw..." aku merasakan kehangatan dari bang Arman merasuk ke dalam tubuhku. Tidak seperti pertama kali, kali ini tidak terasa sesakit dulu. Meski begitu aku sedikit kaget. Sementara itu bang Arman semakin menambah tenaganya. Sejenak kemudian terasa desiran yang membuatku melayang ke angkasa tak terbatas. "ooohhh... .... aaahh...." mana tahaaaaa...n.
Bang Arman semakin bertambah semangatnya. entah kenapa kali ini aku merasakan desiran itu dua kali sekaligus.
"Bang.... aahh... babang..." untuk yang kedua kalinya aku tak tahan.
Bang Arman membisikkan "gimana rasanya...?"
"Ohh.. aku tak tahu bang..."
Akhirnya bang Arman mengakhiri permainan dengan satu hentakan "Aargh.."
Alhamdulillah.. kami berdua sangat puas.

==========

Tanpa terasa sudah dua bulanan kami menikah. Rino sudah mulai kuliah dan pindah ke Jogja. Dia ngekost di sana. Aku dipercaya Bang Arman memegang salah satu ATM-nya dan membolehkan aku memakai berapa dan kapanpun juga. Ia juga tidak berkeberatan aku membantu apa saja kebutuhan Rino di Jogja. Walau Rino kuliah mendapat beasiswa, tentu masih ada saja keperluannya yang harus dipenuhi di luar itu.
Aku bersyukur Rino bukan anak yang bergajulan dan suka hura-hura, ia pun mempunyai teman yang baik-baik selama ini. Alhamdulillah dia termasuk anak yang shaleh.

Dari kecil kami dididik dengan akhlaq yang baik, walau pengetahuan agama kami tidak seberapa, kami paham mana haq, mana bathil. Aku hijrah memakai pakaian lebih syar'i pun sejak tamat kuliah. Itupun hasil belajar dari sana sini, tidak ada kajian khusus yang aku ikuti, palingan ikut dauroh yang diisi sebagian ustadz sesekali. Aku hanya berusaha melakukan yang kuanggap terbaik dan paling sesuai qur'an dan sunnah saja. Aku juga tidak pernah di  sekolah yang berbasic agama. Cuma pernah belajar memperbaiki bacaan qur'anku saja di suatu lembaga tahsin di Bandung ketika masih kuliah.

Setelah bisa membaca alqur'an dengan tajwid yang benar, baru deh aku ajarin Rino setiap habis shalat magrib. Sekarang dia juga sudah bisa baca qur'an dengan tajwid dan makhrajul yang lebih baik. Yah maklum kata guru tahsinku dulu, alqur'an jika beda bacaannya maka bisa berbeda artinya. Wallahu a'lam.

Selama 2 bulanan pernikahan kami ini, seringkali Bang Arman pulang ke rumah kami pada hari sabtu atau ahad. Itupun jarang sekali sampe menginap di malam harinya. Walau demikian, aku sangat bahagia dengan pernikahan ini, Bang Arman bagiku merupakan sosok suami yang sempurna, walau tetap tidak ada manusia yang sempurna. Hehehee.. Dia lelaki yang shaleh, perangainya lembut kepadaku, juga sangat perhatian. Teringat sabda Rasulullah shalallaahu alaihi wa sallam, sebaik-baik lelaki ialah yang paling lembut kepada istrinya (Alhadits).

Menjadi istrinya aku sungguh merasa bahagia. Sayangnya belum lengkap rasanya karena mamanya masih belum mengetahui tentang pernikahan kami.
Kadang aku berpikir apa mungkin Bang Arman tidak berniat membatalkan pertunangannya dengan mba Dewi? Secara fisik mba Dewi itu wanita yang cantik dan seksi. Cuma Bang Arman pernah bilang bahwa ia suka perempuan yang typenya seperti aku, hitam manis dan berjilbab syar'i. Memang selama di kantor dulu, walau mba Dewi sesekali datang mengunjungi Bang Arman, tidak pernah aku lihat Bang Arman memperlakukannya dengan mesra. Mba Dewi-nya aja yang sering terlihat menye-menye kepadanya. Seingatku laaah ....

Tapi, aku juga tidak merasakan kalau Bang Arman memperhatikan aku ketika itu. Apa aku yang ga peka ya? Hahaha.

Tiga hari yang lalu aku ke dokter kandungan, karena sejak menikah aku hanya sekali datang bulan yaitu diusia pernikahanku yang sepekan. Akhir-akhir ini pun aku sering pusing dan mual, kurang selera makan, ternyata feelingku benar, kalau aku sedang hamil. Bang Arman senang sekali ketika aku memberi kabar bahagia ini.
Semoga kandunganku sehat dan berkembang sempurna, dan semoga kelak buah hati kami menjadi hamba Alloh yang bertaqwa. Itu doaku  dan Bang Arman.

Hari ini hari sabtu, aku berniat mengajak Bang Arman jalan-jalan ke mall sekalian mau belanja kebutuhan bulanan.
"Assalamualaikum, abang sayang .... " Aku menelpon suamiku tercinta si babang cayang.
"Wa 'alaikumussallam warahmatullahi wabarakatuh. Ada apa sayang? Maaf yah, hari ini abang ga bisa ke sana mama minta temenin belanja."
"Yaaah .... " Aku melengos.
"Kenapa memangnya? In syaa Alloh besok abang pulang."
"Aku mau jalan-jalan sekalian belanja bulanan bang, barang-barang di rumah kayak sabun, detergen, dan lain-lain udah pada kehabisan." keluhku dengan suara manja.
"Emangnya ga bisa ditunda besok aja? Abang udah janji sama mama dari kemarin soalnya."
"Ga bisaaa, soalnya pakaian udah numpuk dari kemarin belum dicuci. Aku bilang ke Bi Atik hari ini aku belanja."
"Kan bisa beli deterjen di warung deket situ, ada kan?"
"Aku mau sekalian jalan-jalan abaaang ... Lagi kepengeeen."
"Besok deeh, yah yah?" rayu Bang Arman.
"Ih ... Udahlah kalo gitu aku pergi sendiri aja!" Entah kenapa kok aku akhir-akhir ini jadi melow banget deh. Ini aja rasanya udah pengen nangis. Kata orang kalau orang lagi hamil perasaannya jadi super sensitif gituu. Ah, entahlah.
"Oke gapapa kalo kamu mau pergi sendiri, tapi hati-hati yaaa," kata Bang Arman.
Alhamdulillaah dibolehin. Ga tahu kenapa kalau sudah pengen sesuatu kayaknya harus gitu. Kayak anak kecil ga sih? Huhuhuuu ....
"Siip. Aku pake taksi online aja yah?"
"Iyaa. Hati-hati ya, Istriku sayang .... "
"In syaa Alloh, suamiku tercintah... Muaaach!"
"Abang mandi dulu, itu mama udah nunggu. Assalamualaikum."
"Okee, wa 'alaikumussallam." kututup telponku.

Sampe di mall, akupun berkeliling. Berbagai barang branded dan yang merk biasa terpajang. Kumasuk ke beberapa toko pakaian dan melihat-lihat tanpa bermaksud membeli, hanya memperhatikan model dan sesekali ku meraba bahan pakaian tersebut. Aku hanya ingin membandingkan dengan daganganku sendiri di butik pakaian syar'i di depan rumah yang kini aku rintis.

Aku mempekerjakan seorang wanita berusia 32 tahun bernama Lani untuk membantuku. Hampir tiga bulan ini hasil bisnis pakaian syar'iku lumayan juga untuk pemula, selain jual secara ofline, aku juga menjual secara online. Alhamdulillaah zaman ini pakaian syar'i sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia.
Yah, kadang kupikir-pikir katanya Islam di akhir zaman akan asing (HR Muslim), berarti asingnya itu bukan pada penampilan kan? Bahkan aku mempunyai beberapa teman medsos yang mana mereka bekerja sebagai TKW di beberapa negara yang penduduknya mayoritas kafir, jilbab dan bahkan cadarpun dibebaskan seperti Hongkong, Taiwan dan lain sebagainya. Walau tetap saja masih ada sebagian negara yang melarang itu. Tetapi anehnya saat ini negara yang berpenduduk mayoritas muslim malah sedikit demi sedikit mencekal syi'ar Islam. Cek aja deeeh di berita internasional. Dunia di zaman ini memang semakin aneh. Hehehee...

Tiba saatnya aku berada di depan sebuah supermarket yang ada di dalam mall. Aku harus membeli beberapa barang yang kehabisan di rumah seperti perlengkapan mandi, nyuci, akupun mulai menyusuri satu demi satu lorong.
Karena sibuk memperhatikan barang-barang yang terpajang di lorong tersebut, tak sadar  trollyku menabrak belanjaan orang lain. Sontak aku mendongakkan kepala hendak meminta maaf.
Namun betapa terkejutnya ketika melihat siapa yang ada di hadapanku.

"Kalau jalan liat-liat ya, Mba." Dengan nada agak ketus, ternyata Mba Dewi bersama mama Irma, mamanya Bang Arman. Dan tebak, siapa yang ada di belakang mengiringi mereka? Bang Arman!
"Eh, oh ... iyyaa, maaf mba Dewi."

Bersambung #5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER