Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Rabu, 09 September 2020

Suci #1

Cerita bersambung
By : Maha Rani

"kita cerai..."
Akhirnya, kata itu terucap dari mulut Indra, setelah sepersekian detik Suci menunggu.

Menangis????
Sediiihhh????
Tidak. Suci tak merasakan sedih dan tak ada sedikitpun air mata yang keluar.
Justru perasaan yang terasa lega dihati. Terasa semua beban dibahunya seketika runtuh saat Indra berkata cerai.
Bertahun-tahun Suci menunggu akhir dari kesabaran serta  pengorbanannya, apakah berbuah kebersamaan yang indah atau perpisahan.
***

Suci merantau ke kota, dengan modal ilmu komputernya, ia diterima kerja sebuah kantor dibagian IT.
Memantau pergerakan kerja anak cabang perusahaan tempat ia bekerja.

Dua tahun bekerja Suci bertemu Indra, saat ia memutuskan pindah kost, memilih kost yang lebih dekat dari kantornya.
Di minggu sore saat Suci santai di teras kost Indra menyapanya, mengobrol santai.
Saat malam Indra mengajak Suci makan malam di nasi goreng tek - tek depan kost-an.

Singkat cerita Suci dan Indra pun resmi berpacaran, Suci sangat menyukai Indra yang sangat menerima Suci apa adanya, tidak pernah protes masalah penampilan. Sebenarnya Suci gadis yang cantik, sangat mirip dengan artis Luna Maya. Namun karena sifatnya yang cuek, kurang bisa memperhatikan penampilan.
Suci memakai kaca mata yang rumayan tebal, efek matanya yang sehari-hari terpapar layar komputer. Rambutnya yang selalu asal diikatnya, tak pernah sedikitpun make up menempel diwajahnya.
Berbeda jauh dengan Indra, sangat menjaga penampilan, mulai dari baju hingga sepatu tak lupa jam tangan bermerk yang selalu berganti-ganti dipakainya setiap hari.
Indra bekerja sebagai menejer, wajar jika ia begitu memperhatikan penampilan. Sedikitpun indra tak pernah bertanya tentang kerjaan Suci, juga berapa penghasilan Suci selama bekerja.

Hanya 6 bulan masa pacaran, Indra melamar Suci.
Indra meminta Suci setelah menikah untuk fokus dirumah, menjadi istri juga ibu rumah tangga seutuhnya. Suci tak keberatan, karena gaji Indra sebagai menejer sangat mencukupi kebutuhan sehari - hari.

Setelah menikah mereka menyicil rumah yang hanya memiliki 2 kamar. Rumah berkonsep minimalis membuat Suci betah ada dirumah, juga tetangga yang ramah - ramah.
***

2 tahun menikah, mereka pun dikaruniai seorang anak lelaki.
Selama 2 tahun menikah, Indra hanya memberi Suci uang belanja harian yang dijatah. Bahkan bisa dibilang selama 2 tahun Indra tak pernah mengajak atau membelikan Suci pakaian, sepatu atau tas.
Suci terkesan cuek, tak mempermasalahkan hal-hal yang bersifat penampilan, baju-baju lama Suci masih bagus dan layak pakai, walaupun tidak kekinian.
Cukup bagi Suci kubutuhan anak nya terpenuhi.
Hingga suatu hari, sangat tumben Indra mengajak Suci ke mall, dengan alasan mengajak Buya anak lelakinya yang mulai berjalan untuk bermain di area permainan yang ada di mall.

Tiba di mall, entah kenapa Suci merasa minder dengan penampilannya, matanya melirik Indra yang berpenampilan full gaya, baju, ikat pinggang, celana serta sepatu yang bermerk.

Saat menaiki lantai dua, sekonyong-konyongnya sandal yang Suci pakai pun terputus, seketika langkah Suci terhenti. Melihat sandal yang setahun ini selalu menemaninya melangkah kemanapun ia pergi. Iya,, Suci seorang istri menejer hanya memiliki sepasang sandal.

"Mas.." suci memanggil Indra yang menjauh dari dirinya.
"Ada apa?"
"Mas, sandalku putus"
"Kamu ini ya, malu-maluin banget, sendal udah buluk masih aja di pakai"
"Aku kan memang gak ada sendal lagi mas" perih Suci berkata.
Indra mengeluarkan selembar uang berwarna merah.
"Nih cari dulu sendal, aku tunggu di tempat bermain anak-anak"

Segera Indra berlalu. Suci memandang selembar uang berwarna merah dengan mata berkaca - kaca. Dengan uang segitu bisakah ia membeli sendal di mall sebesar ini.
Suci celingukan di tempat, tak berani melangkah, memastikan toko mana yang sekiranya ada menjual sendal. Matanya tertuju kesebuah toko sepatu. Ia menperhatikan sekitar, bergegas ia berjalan terseok-seok dengan sendal yang terputus talinya.

Saat memasuki toko sepatu, malu terasa menjalar ditubuhnya saat spg toko menghampirinya.
"Cari apa mbak?"
Wajah Suci menunduk.
"Maaf mbak, saya cari sendal yang seratusan ribu ada gak mbak"
"Ada mbak, mari sini saya tunjukan"
Suci melihat sendal jepit tergantung dengan motif warna-warni, Suci melihat harganya. Seratus lima puluh ribu, Suci menghembuskan nafas, sendal jepit begini aja seratus lima puluh ribu. Kalau beli di warung yu darmi mah 20an ribu doang. Getir Suci tersenyum.

"Maaf mbak, ada yang seratus pas gak ya?"
Spg tersenyum sambil menggelengkan kepala,
"Maaf mbak gak ada"

Aaaahhh andaikan ia bekerja, uang segitu sangat mudah ia dapatkan.tanpa sadar hatinya mengeluh, membayangkan andai dirinya masih bekerja dengan penghasilan yang besar di waktu itu.

Suci berlalu meninggalkan toko pertama dengan jalan yang terseok - seok. Matanya tertuju pada toko satunya lagi.
"Maaf mbak, ada jual sendal yang harganya seratus ribu pas gak?"
To the poin Suci berkata
"Ada mbak, itu dikeranjang sudut toko, sedang ada obral"
Alhamdulillah bathin suci bersyukur.
Suci memilih sendal yang sekiranya bagus dan gak malu - maluin untuk berjalan di mall.

Setelah dapat bergegas Suci menyusul suami dan anaknya. Sesampainya disana mas Indra memarahinya.
"Kemana aja sih kamu, beli sendal aja lama banget!!"
"Tadi aku cari yang seratusan mas, disini sendalnya mahal-mahal" suci tersenyum berbisik kepada Indra. Ada perih yang Suci rasakan, tapi tak dihiraukannya, ia lalu menikmati waktu bermain bersama Buya.

Waktunya pulang, mereka singgah makan di lamongan.
"Aku makan di mobil aja, minta abangnya bawain pesanku ke mobil" perintah Indra kepada Suci.
Suci mengangguk dan bergegas menuju warung lamongan setelah indra menyerahkan uang kepada Suci.

Suci balik kemobil.
"Aku makan disini juga ya mas?"
"Terserah kamu, mana kembalian tadi?"
"Ini mas ada dua belas ribu" Suci menyerahkan kembalian kepada Indra.

Begitulah Suci, setelah menikah tak pernah ia memiliki uang pegangan, apa yang dia inginkan harus meminta dulu kepada Indra. Jika Indra tak setuju maka ia tak bisa memiliki apa yang ia inginkan.

Suci tak keberatan, toh kebutuhan utamanya, makan dan tempat tinggal sudah Indra siapkan untuknya, Suci tak merasa berkekurangan. Apalagi suci tak begitu memikirkan hal-hal yang mengenai penampilannya, maka tak butuh uang extra yang harus ia minta kepada Indra.
***

4 tahun pernikahan sucipun hamil anak ke dua.
Beruntung indra menyiapakan seorang asisten buat membantu suci setelah lahiran.
Hanya 3 bulan Indra bersedia menyiapakan asisten rumah tangga untuk membantu Suci dirumah. Setelah itu semuanya Suci kerjakan sendiri.

Semakin hari suci semakin tak menghiraukan penampilannya, sudahlah cuek semasa gadis, setelah menikah dan punya anak makin jadi penampilan suci yang acak kadut.

Hingga diminggu sore, suci melihat indra tengah bersiap- siap.
"Mau kemana mas?"
"Pergi undangan, ada rekan kerja yang menikah hari ini"
Ya, Indra tak pernah sekalipun mengajak suci ke acara pernikahan, alasannya malu membawa Suci ke acara besar karena penampilan Suci yang gak bisa menjaga gengsi Indra sebagai seorang menejer.
Kembali Suci tersenyum, Suci sama sekali tak keberatan jika Indra tak pernah mengajaknya ke acara apapun diluar sana.
Sebenarnya hati Suci nelangsa dengan kondisi hidupnya sebagai seorang istri, ia juga ingin diperlakukan layak sebagai istri, jalan-jalan, belanja baju dan lainnya, dibawa bertemu teman kantor saat ada acara kantor.
Suci, seorang istri manejer, yang memiliki hidup serba terbatas dikala gaji suami yang terbilang besar.

==========

Suci mengantar Indra pergi sampai diambang pintu. Ia pun melanjutkan bermain bersama kedua anaknya. Dua jagoan kecil yang menjadi pelipur lara. Disinilah keistimewaan seorang Suci Prameswari, wanita yang tak mudah bersedih dan tak mudah terpuruk  walaupun mendapatkan perlakuan buruk dari suaminya. Ia tetap fokus menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, hingga ia lupa memikirkan dirinya sendiri.
Suci teringat kejadian di mall kemarin, saat ia melihat penampilan suaminya. Seketika ia tersenyum.

Tak lama Indra pun pulang, segera ia menghampiri suaminya.
"Mas" panggil suci dengan ragu.
"Heeemm" sahut Indra sambil sibuk menatap layar ponselnya.
"Aku boleh minta uang lebih gak?"
Ia memandang Suci, ada ekspresi tidak suka yang tergambar di wajah Indra.
"Buat apa?"
"Aku mau beli beberapa helai pakaian mas, juga alat-alat make up" ragu suci berkata.
"Mubazir banget sih, itu semua gak penting, kamu juga gak kerja kan? Gak ada juga urusan diluar rumah, pakai yang apa ada ajalah" Indra mengomeli Suci dan beranjak dari duduknya menuju keruang kerjanya. Suci menghela nafas panjang.
***

Saat pagi, Suci berbelanja sayur dengan mang kokom penjual sayur keliling.
"Berapa semuanya bang?"
"Semuanya tujuh puluh tiga ribu neng"
"Sebentar ya bang"
Setengah berlari suci masuk kedalam rumah.
"Mas, belanjaan hari ini totalnya semua tujuh puluh tiga ribu" lapor Suci
Indra mengeluarkan uang seratus ribu kepada Suci.
"Nih, kembaliannya jangan lupa balikin"
"Iya mas"
Suci kembali ke mamang sayur, menyerahkan uang yang diberikan Indra.
"Mas, ini kembalian nya" suci menyerahkan kembalian uang belanja kepada Indra begitu ia masuk kedalam rumah.
Indra mengambil kembalian yang diberikan Suci.
"Mas, nanti pulang kerja tolong singgah ke mini market buat beli beras dan minyak goreng ya mas"
"Ada lagi?"
"Itu aja mas"
"Ya udah aku berangkat dulu"
Indra pun berlalu dari hadapan Suci setelah Suci mencium tangan suaminya.

Begitulah kehidupan seorang Suci, semuanya terbatas. Besarnya rasa syukur kepada Rabb-nya, hingga ia pun tak mengeluhkan kelakuan suaminya.
Pernah suatu hari, Suci kedatangan satpam komplek untuk menagih biaya keamanan, terpaksa Suci berkata besok baru bisa membayar karena ia tak ada memegang uang sama sekali. Termasuk saat anak - anaknya bermain di luar rumah bersama anak - anak yang lain, seketika mamang jajanan lewat, anak - anak yang lain berebut membeli jajanan, Suci hanya bisa mengajak anak - anaknya segera masuk ke dalam rumah. Apalagi alasannya kalau bukan karena Suci tak mempunyai uang pegangan.
Suci merasa sedih saat anak yang sulung sudah mengerti dan menangis saat Suci ajak pulang. Buya begitu ingin merasakan jajan seperti anak - anak yang lain. Suci hanya bisa memeluk Buya sambil memberi sedikit pengertian, Buya anak yang pintar, mudah ngerti apa yang Suci jelaskan.

Saat malam tiba, Indra pulang sambil membawa pesanan Suci. Beruntung Indra masih mengingat kedua anaknya, Buya dan Haikal, walaupun hanya sebuah ice cream batangan tak lebih dari lima ribu harga nya.
Indra, seorang menejer, berpenghasilan belasan juta perbulan, begitu perhitungan dengan anak dan istrinya.
......

Esoknya Indra turun kekantor lebih awal sebelum mamang sayur lewat.
"Dek, aku ada urusan penting. Ini uang belanja untuk hari ini, kalau ada lebih nanti pas pulang aku ambil. Belanja yang penting - penting aja"
"Iya mas" suci menerima uang lima puluh ribu dari Indra.
"Mas pulang jam berapa hari ini?"
"Ada orang pusat datang, mungkin aku pulang agak malam"
"Iya mas, hati - hati dijalan mas" Suci mencium tangan suaminya.

Selepas kepergian Indra ia melihat selembar uang ditangannya.
Saat mang kokom tiba, Suci hanya membeli seikat sayur bayam dan setengah kilo ayam. Masih ada sisa tiga puluh satu ribu uang ditangannya. Ia pun tersenyum. Segera ia membawa Buya dan Haikal ke warung depan. Membelikan jajanan untuk Buya dan Haikal. Ekspresi kegembira seorang anak kecil yang mendapatkan apa yang mereka inginkan membuat Suci tersenyum kecil melihat kedua anaknya.

Selesai Buya dan Haikal makan makanan ringan, segera Suci membuang bungkus nya ke luar rumah. Tak ingin meninggalkan jejak yang akan menjadi urusan panjang hanya karena membelikan anaknya jajanan.
Sisa uang ditangan Suci enam ribu. Masih ada kembalian, setidaknya ada yang diserahkan nanti malam kepada Indra. Begitu pikirnya.

Saat malam begitu Indra datang, Suci pun menyerahkan kembalian hasil belanja hari ini.
Setelah hari itu ia pun berinisiatif mengakali uang belanjanya, misal total belanja enam puluh ribu, Suci meminta tujuh puluh ribu kepada Indra. Bersyukur selama ini Indra selalu percaya dengan total belanjaan Suci.
Uang itu Suci simpan sebaik mungkin, mana tau suatu hari ada keperluan atau keinginan anaknya yang mendadak meminta dibelikan sesuatu.
***

Esoknya, saat hendak mencuci pakaian Indra, terbelalak mata Suci melihat bekas lipstik dibaju Indra, tidak full berbentuk bibir, tapi bisa dipastikan itu lipstik yang berarti Indra telah melakukan kontak fisik dengan seorang wanita.
Diremasnya baju Indra, apakah suci menangis. Tidak. Suci bukan wanita cengeng, ia hanya merasakan sakit tapi tak bisa ia utarakan juga ia uangkapkan.
Termenung Suci di depan cermin. Memperhatikan wajahnya. Wajah yang sangat mirip seperti Luna Maya, hanya saja tak ter-urus dengan baik.
Dipandangnya kedua anaknya, apakah ia akan meluapkan emosinya dihadapan mas Indra dengan melemparkan bukti pakaian yang bernoda lisptik???

Bersambung #2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER