Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Kamis, 10 September 2020

Suci #2

Cerita bersambung

Diremasnya baju Indra yang terdapat noda lisptik, ia memandang kaca yang berada disamping mesin cuci. Ia pun bercermin. Dipandangi wajahnya, wajah yang sangat mirip dengan Luna Maya.

"Mas, inikah balasan pengabdianku kepadamu, apa kurangnya aku mas, bertahun - tahun aku mencintaimu, berbakti kepadamu, tak pernah aku menuntut ini dan itu, tapi kenapa kau menghianatiku mas"

Suci berkata pada bayangan dirinya di cermin.
"Aku cantik" bisik hatinya.
 "Tapi aku bodoh, aku terlalu dibodohkan oleh cintaku padamu mas Indra"
Dipandangnya wajah Buya dan Haikal yang sedang bermain di ruang tengah.
"Kasihan anak - anak jika aku bertengkar hanya karena penghianatannya padaku"


Melangkah Suci menghampiri kedua jagoannya, dipeluknya Buya dan Haikal dengan erat.
"Tenanglah nak, mama akan selalu menjaga kedamaian di hidup kalian"
Beranjak Suci menuju mesin cuci, dimasukkannya kemeja Indra yang bernoda lipstik ke dalam mesin cuci. Suci menarik nafas.
"Aku belum cukup bukti, tunggu lah saatnya, jika kau benar - benar menghianatiku mas, aku akan mengetahuinya dengan jelas"
***

Menjelang sore Suci berkunjung kerumah bu Ida. Tetangga yang sudah Suci anggap sebagai orang tua sendiri.
Suci meminjam uang kepada bu Ida dan bergegas ke apotik. Bagaimana nanti suci bisa mengembalikan uang bu Ida, tidak terlalu dipikirkannya.
Ya, noda lipstik di kemeja Indra telah menyadarkannya, bahwa selama ini ia terlalu bodoh.

Suci Prameswari, wanita yang sangat pintar. Memiliki ilmu hacker atau penyadapan. Dan Indra tak mengetahui keahlian istrinya. Malam ini Suci akan kembali menunjukkan taringnya. Suci akan mulai bermain permainan yang dimulai terlebih dahulu oleh suaminya.
Suci sudah tak peduli dengan masa depan rumah tangganya, setidaknya kesalahannya bukan ia yang lakukan. Ia telah sepenuh hati berbakti kepada suami.
***

Indra tiba saat malam telah larut dan anak - anak telah tertidur pulas.
Suci menyuguhkan air minum kepada Indra. Air minum yang telah diberi obat tidur, obat yang Suci beli di apotek tadi.

Selang berapa lama Indra tertidur dengan lelap. Suci mengambil ponsel Indra. Terkunci. Suci hanya tersenyum. Dengan keahliannya mudah bagi Suci membuka password ponsel Indra.
Dibukanya aplikasi pesan juga foto di ponsel Indra.
Nafas Suci memburu, foto - foto tak layak Indra dengan seorang wanita. Juga isi pesan yang sangat fullgar dari seorang wanita. Hati Suci bagai dirajam tombak. Istri mana yang tak hancur melihat bukti nyata ditangannya. Tapi Suci bukan wanita cengeng, dipandangnya wajah Indra yang lelap tertidur. Suci melangkah kan kakinya ke ruang kerja Indra. Efek obat tidur yang di minum Indra membuat Suci leluasa berkreasi dengan senjatanya yaitu Komputer yang berada di ruang kerja Indra.

Hanya butuh waktu sebentar proses penyadapan ponsel Indra. Suci menyimpan kembali ponsel Indra pada tempat yang semula.
***

Esok pagi, saat sarapan, seperti biasa mata Indra tak pernah lepas dari layar ponsel, tanpa sepengetahuan Indra Suci pun menatap layar ponselnya, sambil bermain bersama dua jagoannya.

Kembali Indra turun lebih awal ke kantor, saat menyerahkan uang lima puluh ribu suci meminta lebih.
"Mas, aku minta tujuh puluh ribu boleh?"
"Ini seratus, jangan kamu habiskan, aku pergi dulu"
Indra pergi ke kantor diantar Suci sampai teras rumah.

Sekarang suci tau kenapa Indra turun lebih awal. Ternyata Indra lebih dulu menjemput wanita-nya sebelum turun ke kantor. Suci ketahui itu karena ponsel Suci telah menyadap semua pesan yang masuk dari ponsel Indra. Otomatis pesan serta foto dari ponsel Indra akan terlihat juga di ponsel Suci.
***

Siangnya kala jagoan Suci telah tidur siang, Suci mematung menatap layar ponselnya.
"Mas, aku gak mau tau,pokoknya secepatnya mas bicarakan dengan istri mas"
"Belum sayang aku butuh waktu"
"Mau berapa lama lagi mas, perutku akan semakin membesar!"
"Sabar sayang, aku juga sudah tidak sabar ingin hidup bersamamu"
"Aku gak mau tau, jangan hubungi aku kalau mas belum memberikan kabar yang aku mau!"
"Iya sayang, segera sayang ku, jangan begitulah. Mas gak semangat kerja kalau kamu merajuk seperti ini"
Termenung Suci membaca percakapan Indra dan wanita-nya.
Maksudnya perut semakin membesar??? Apakah mungkin wanita Indra telah hamil.

Berjalan Suci melihat kedua jagoannya, menangis Suci memandang kedua buah hatinya.
"Nak, apapun yang terjadi. Kelak kalian akan lebih bahagia dari pada saat ini"
Air mata Suci mengalir deras. Ia segera bangkit. Masuk ke ruang kerja Indra. Entah apa yang dilakukannya. Hanya terdengar suara printer berbunyi. Menandakan Suci tengah mengeprint kertas.
***

Saat malam, kembali Indra pulang larut. Suci pun menyuguhkan minuman, minuman yang mengandung obat tidur.
Saat Indra hampir terlelap, suci membangunkannya.
"Mas, bangun dulu mas, aku lupa ada selebaran dari pak Rt, minta di tanda tangani"
"Suci aku udah ngantuk"
"Ayolah mas, udah tiga hari. Kalau besok lupa aku gak enak kalau pak Rt datang ambil surat pernyataan ini"
"Pernyataan apa sih" Indra bangun dan segera menandatangani tanpa membaca isinya.
"Itu lho, penambahan tenaga keamanan jadi butuh uang keamanan tambahan, pak Rt minta persetujuan warga dulu" tersenyum Suci berkata, percuma juga Suci bicara toh efek obat tidur terlalu keras. Indra telah tertidur dengan lelap.
***

Saat pagi, Suci berdebar apakah pagi ini Indra akan menceraikannya. Suci menegarkan diri, sambil bermain bersama buah hatinya.

Indra berlalu begitu saja pergi kerja tanpa berkata apapun dan tak lupa meninggalkan uang belanja untuk Suci. Tumben uang belanja yang kemarin tidak ditagihnya. Suci hanya mengangkat kedua bahunya saat Indra telah berlalu turun kekantornya.
Suci segera membuka ponselnya, Suci tersenyum...
Ternyata Indra dan wanitanya sedang bertengkar, hanya karena permintaan wanita-nya tidak Indra turuti.
***

Hari minggu, Indra tidak pergi kemana - mana hanya tiduran di kamar. Buya dan Haikal sibuk menggoda papa nya, tapi tak dihiraukan oleh Indra. Suci faham apa yang dipikirkan Indra, ia hanya tersenyum kecil. Suci tersenyum bukan karena tak merasakan sakitnya di hianati. Tapi ia mencoba berfikir waras, ya Suci sadari selama ini ia telah gila. Gila akan cintanya kepada Indra.

Tak lama pintu rumah digedor, Suci segera membuka pintu. Berdiri seorang wanita muda cantik nan seksi di balik pintu.
"Mas Indra ada?"
Suci mengenali wajah itu, wajah yang sama di ponsel Indra saat berfoto bersama Indra. Foto yang sangat fullgar.
"Ada, mari masuk mbak"
Suci dengan ramah mempersilahkan wanita itu masuk.
Lalu ia memanggil Indra. Terlihat wajah kaget Indra melihat wanita-nya duduk di ruang tamu.
"Suci! masuk ke kamar. Bawa juga anak - anak. Jangan keluar kalau aku belum menyuruh mu keluar"
"Baik mas" Suci menggendong Haikal dan memimpin Buya untuk masuk ke dalam kamar.

Suci prameswari, wanita yang kokoh. Dan juga pintar, ya kepintarannya telah kembali. Selama ini ia diam saat dizolimi suaminya, Indra memang tak main tangan, tapi perlakuan Indra yang sangat tak menunjukan sikap seorang kepala rumah tangga. Dan Suci baru menyadarinya. Baru menyadari kebodohannya selama ini. Seorang istri sangat disarankan untuk berbakti dan patuh kepada suami. Tapi jika suami itu seperti Indra????

==========

Terdengar suara perdebatan diruang tamu, Suci mau tak mau menyalakan ponsel nya dan memberikan tontonan youtube kapada kedua buah hatinya, agar mereka tak mendengar suara pertengkaran Indra dan wanitanya. Lalu suci keluar kamar.

Entah bodoh atau pintar, Suci keruang tamu sambil membawa minuman serta cemilan untuk Indra dan Wanitanya.
"Silahkan mbak dicicipi"
"Siapa yang suruh kamu keluar!!" Indra membentak Suci.
"Aku cuma menghidangkan minuman buat tamu mas" tersenyum Suci kepada wanita itu.
Terlihat wajah kesal wanita itu memandang Suci.
"Mbak, ada yang mau aku bicarakan!!" Suara keras wanita itu memanggil Suci.
"Suci!!! Masuk sekarang!!!" Indra segera mengusir Suci.
"Maaf mbak, saya lebih menuruti suami saya, saya permisi dulu" kembali Suci tersenyum lalu berlalu meninggalkan mereka berdua.

Setelah Suci meninggalkan mereka, suara pertengkaran semakin keras terdengar. Tak berapa lama.
Pllaakkk!!!!

Terdengar suara tamparan, siapa yang menampar dan siapa yang ditampar, Suci penasaran dan menempelkan daun telinganya di pintu.
"Keterlaluan kamu mas!!! Kamu sudah janji sama aku!!"
"Iya aku janji, tapi aku butuh waktu!! Bisa kan kamu bersabar sedikit!! Jangan buat aku menjadi bingung!!"
"Kamu bingung kenapa??"
"Apa susahnya langsung kamu sampaikan saja, kalau kamu tidak cinta lagi sama dia!!"
"Tolonglah sayang, mengerti sedikit posisi ku saat ini" Indra berkata

Sayang???? Selama bertemu dengan Indra sampai saat ini menjadi Istri Indra tak pernah sekalipun Suci mendapat panggilan sayang. Suci mengelus daun pintu, merasakan nyeri dihatinya matanya berkaca - kaca, hatinya sangat sakit. Cinta nya kepada Indra yang terlalu besar, pecah berkeping - keping tanpa bentuk.

Tak lama terdengar suara tangisan wanita Indra.
"Sayang, aku mohon mengertilah. Saat ini aku mendapatkan promosi menjadi direktur pelaksana. Tunggu lah sebentar lagi. Toh kamu akan senang kan?? Kamu akan menjadi istri seorang direktur"
"Kamu faham kan sayang. Tunggulah dan besabarlah untuk sebulan kedepan. Aku harus menjaga image ku dikantor"
Direktur??? Mas Indra akan menjadi Direktur?? Suci tersenyum. Entah apa makna senyuman yang dilontarkan diwajahnya.
Ruang tamu menjadi sepi....

Terdengar suara langkah kaki menuju ke arah kamar. Bergegas Suci merebahkan badannya ditempat tidur bersama anak - anak. Indra masuk, berganti pakaian dan pergi begitu saja tanpa sepatah katapun diucapkan kepada Suci bahkan kepada buah hati mereka.
***

Suci melihat foto - foto Indra dan wanitanya di ponsel, dari situ Suci mengetahui Indra pergi berjalan - jalan ke sebuah restoran mewah.
Suci, sekalipun tak pernah di bawa indra kesebuah rumah makan, jika ingin makan diluar hanya di ajak ke warung lamongan atau makan makanan diemperan jalan.

"Mass.. aku istrimu. Seakan tiada arti dihidupmu, bahkan berdua ke afangmart saja tak pernah kau bawa aku" tersenyum kecut Suci melihat foto - foto itu.
"Suci, sadarlah. Ini bukan cinta. Sadarlah Suci. Buanglah rasa sedihmu" ia teriak kepada dirinya sendiri, lalu menarik nafas panjang berkali - kali, berusaha membuang sesak di dada.

Tak berapa lama, Suci menelfon seseorang, ntah apa yang dibicarakannya. Rumayan lama Suci berbincang dengan seseorang disebrang sana. Terlihat semangat berkobar di wajahnya. Segera dipeluk dan dicium kedua buah hatinya.
***

Waktu terus berlalu. Jika benar mas Indra nanti terpilih menjadi Direktur maka sebentar lagi ia akan segera menyandang status singel  parent.
Walaupun begitu, statusnya saat ini masih sebagai istri  seorang Indra. Ia tetap melayani Indra seperti biasanya. Tiada yang berubah.
Wanita itu, semakin sering datang kerumah. Tak peduli dengan Suci dan kedua buah hati mereka.

Suci mengebalkan hatinya. Sekebal mungkin, menyaksikan orang yang dicintainya terkadang dipeluk oleh wanita lain. Ntah apa yang ada dipikiran mereka berdua. Seolah Suci dan kedua jagoannya adalah patung, bermesraan didepan anak - anak. Tak tahan Suci, segera Suci membawa dua buah hatinya menuju kamar.
"Suci aku pergi dulu!" Indra berpamitan kepada Suci.

Bergegas Suci keluar kamar, dicium nya tangan Indra, dipeluk dan dicium mesra pipi Indra di depan wanita itu,
"Iya sayang, hati - hati ya di jalan"
Terlihat ekspresi tak suka dari wanita itu. Suci tersenyum kepada wanita itu, bergelendet manja disebelah kanan tangan Indra, sementara disebelah kiri wanita itu menggandeng tangan Indra.
Terlihat pemandangan yang aneh, seaneh Indra memandang Suci.
Indra melepaskan tangan Suci dengan berlahan.
"Aku pergi dulu"  Indra berkata kepada Suci. Suci mengangguk.
***

Esoknya seperti biasa Suci meminta uang belanja kepada Indra.
"Mas, semuanya dua ratus lima puluh enam ribu"
Alis Indra hampir menyatu mendengar total belanjaan Suci.
"Kenapa sebanyak itu?"
"Aku jaga - jaga aja, kali aja Riris datang lagi kemari, kan gak enak kalau ia tau aku masak ala kadarnya" ya, wanita idaman lain Indra itu bernama Riris.

Berbisik nakal Suci kepada Indra.
"Nanti Riris mundur lho liat mas, masak mas jadi suami koq perhitungan sama istrinya"
Dengan wajah kesal Indra menyerahkan uang kepada Suci.
"Simpan aja sendiri kembaliannya"
"Terima kasih mas" Suci berlalu, setelah mencium pipi Indra.
Ada guratan aneh diwajah Indra melihat tingkah Suci yang akhir - akhir ini berubah.

Tak lama Indra turun ke kantor.
Selang berapa lama, Suci bergegas ke apotek yang tak jauh dari rumahnya. Entah apa yang dibelinya.
***

Jam tujuh malam Indra pulang. Tumben awal, bisik hati Suci.
Indra datang bersama dengan Riris.
"Buya sama Haikal mana?" Indra berkata kepada Suci.
"Ada mas, sedang main diruang tengah"
"Lekas ganti baju mereka, aku sama Riris akan membawa mereka pergi jalan - jalan. Kamu dirumah aja"
"Iya mas" segera Suci mengganti pakaian anak - anaknya. Tanpa ekspresi kesedihan meratapi nasib seperti sinetron - sinetron yang ada di televisi kuda terbang, Mungkin kalian akan berfikir Suci bodoh tapi tunggulah Suci punya rencana lain.
"Hati - hati ya sayang, jangan nakal. Diciumnya satu persatu jagoan nya, lalu mengantar mereka memasuki mobil. Lalu mencium tangan Indra dan mencium pipi Indra.
"Udah dech aahhh!!! Jangan sok romantis didepan aku!!" Riris berkata judes.
"Lhooo,, kenapa??? Dia suami saya mbak. Saya bebas ngapain aja suami saya, iya kan mas???" Suci berkata selembut mungkin
Indra mengangguk dengan ragu.
"Cepetan jalan mas" perintah Riris
"Mbak, jagain anak saya sama mas Indra yaa,, jangan di marah - marahin, nanti bapaknya marah lho kalau liat anaknya disiksa" suci berkata sambil tersenyum meledek kepada Riris.
"Iya kan mas, jagain Buya dan Haikal anak kita ya Mas?" Suci berkata kepada Indra.
Indra hanya mengangguk ragu.
Suci melambaikan tangan mengantar kepergian mereka.

Segera Suci berkreasi di dapur, ntah apa yang dimasaknya.
***

Tak memakan waktu yang lama Indra membawa Buya dan Haikal jalan - jalan.
Saat masuk  terdengar celotehan Buya.
"Tante Riris gak asik, dari tadi ngomel mulu, papa dimarahin terus sama tante Riris"
"Masak sih tante Riris marahin papa, kan tante Riris sayang papa" nada bicara Suci yang mengejek kepada Indra dan Riris.
Tingkah Indra yang terlihat kikuk, sedangkan Riris menyilangkan tangannya di dada dengan wajah kesal.
"Buya, Haikal. Mama buat cake lho, cake coklat buat kalian" suci menenteng cake ditangannya untuk kedua buah hatinya.
"Kamu mau mbak?" Suci bertanya ramah kepada Riris
"Udah jangan ditanya, kalau kamu mau ngasi ya kasi aja" Indra berkata kepada Suci.

Suci balik ke dapur. Membawa dua piring kecil berisi cake berserta sendok di piring masing - masing. Diletakkan di meja di hadapan Riris dan Indra. Tak lupa air minum juga Suci suguhkan untuk calon Istri suaminya.
Riris menyuapi Indra kue yang Suci suguhkan, Suci hanya tersenyum semanis mungkin melihat mereka sambil sibuk mengurus buah hatinya.
"Anak - anak mama, udah malam masuk yuukk, waktunya bobo"
Suci mengalihkan kedua buah hatinya agar tak melihat pemandangan tak pantas dari Indra dan Riris.
Dituntunnya kedua buah hatinya, Suci me-ngelon kedua buah hatinya sampai mereka tertidur. Dibiarkannya Riris dan Indra berdua diruang tamu. Toh yang dosa juga mereka berdua. Begitu pikir Suci.

Tak lama terdengar deru mobil menjauh. Suci keluar kamar. Segera di ambil gelas bekas Riris minum. Dicuci gelasnya dan diisi kembali air dengan takaran yang sama. Tersenyum Suci meletakkan gelas ditempat semula.
Lalu Suci melangkah ke kamar.

Tak berapa lama terdengar deru mobil datang kembali. Terdengar suara terburu - buru masuk ke dalam rumah.
Suara langkah kaki memburu menuju toilet, tak berapa lama suara pintu terbuka, langkah kaki menjauh dari toilet.. kembali terdengar suara gaduh dan pintu toilet kembali ditutup. Begitu terus hampir lima kali.
Suara pintu kamar terbuka. Indra membangunkan Suci dengan berlahan.
"Kamu keluar dulu" Indra berkata kepada Suci

Suci bangun, mencari kaca matanya sebelum beranjak keluar kamar. Diruang tamu terlihat Riris berwajah masam serta meringis memegang perutnya.
"Kamu kasi apa makanan tadi, aku sampai melilit begini?"
"Maksud kamu?" Riris balik bertanya.
"Jangan pura - pura ya, aku sakit perut begini pasti gara - gara makanan yang kamu suguhkan!!"
"Jangan main tuduh ya mbak, yang lain juga pada makan mereka  baik - baik aja koq, cuma kamu sendiri yang protes, sebelum nya kamu ada makan makanan yang lain kali??" Suara Suci mengejek Riris.
"Ngaku gak kamu, aku ini lagi hamil ya? Awas kamu kalau kandungan ku sampai kenapa - kenapa!!"
Suci memasang ekspresi sesedih mungkin,
"Tega kamu mbak menuduh aku tanpa bukti. Mas, kamu sendiri makan kan kue dan minuman yang aku hidangkan. Bahkan kamu makan dari suapan dia di piring yang sama. Apa kamu merasa sakit perut mas??" Tanya Suci kepada Indra. Indra menggeleng ragu.
"Kalau kamu gak percaya mas, ini sisa makanan belum aku beresin. Kalian lihat sendiri ya, kalau aku meracuni Riris maka aku juga akan sakit perut"
Suci berakting selayaknya manusia yang penuh derita, memakan dan meminum sisa hidangan yang diberikannya kepada Riris.

Lima menit berlalu, Riris kembali ke toilet. hingga 10 menit berlalu Suci tak merasakan sakit perut yang dirasakan Riris.
"Mas, udah hampir lima belas menit, aku ngantuk" Suci berkata manja kepada Indra.
Wajah Riris menampakkan ketidak puasan.
"Tunggu sampai setengah jam!" Bentak Riris..
"Iya dech, aku tunggu. Tapi sambil baringan ya.. ngantuk banget nih" Suci berkata seolah - olah sedang ngantuk berat.

Tanpa sadar Suci tertidur benaran. Saat ia bangun kondisi ruang tamu telah sepi. Ia tersenyum.
Diambilnya gelas bekas Riris minum.
"Tenang Ris, ini baru permulaan. Walaupun bagaimana aku masih ingin memperjuangkan rumah tanggaku tapi jika tak bisa kupertahankan setidaknya aku sudah puas bermain" bisik hati Suci sambil memegang gelas.
Ya, Suci  menyimpan obat pencahar diminuman Riris, karena ia tau jika disimpan dikue maka Indra juga akan memakan obat yang diberikan nya. Karena Riris pasti sok romantis makan suap - suapan didepan Suci. Tapi tidak dengan minuman. Karena Indra tidak suka minum air sirup.

Selepas mereka pergi suci mencuci gelas bekas Riris, mengisi air yang bebas pencahar, antisipasi agar tak ketahuan bahwa Suci telah meracuni Riris dengan obat pencahar. Sekalian juga ia tidak dirapikan sisa makanan mereka diruang tamu. Biar aktingnya maksimal dan berhasil.

Rencana Suci malam ini berjalan dengan lancar. Senyum puas tersungging di bibir Suci.

Bersambung #3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER