Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Jumat, 11 September 2020

Suci #3

Cerita bersambung

Setelah malam itu, setiap datang kerumah tak pernah lagi Suci menyuguhkan hidangan kepada Riris. Setiap mereka datang, Suci ikutan ngobrol. Nyambung - nyambungin aja walaupun tidak nyambung ngobrol bersama suami dan selingkuhannya.

Jangan sangka hati Suci setegar karang, bisa saja ia meluapkan sakit hatinya tapi ia hanya tidak ingin teriak - teriak ataupun berkelahi adu fisik dengan pelakor.
Ia memikirkan buah hatinya. Bagaimana psikis mereka melihat mama nya nangis - nangis bombay, jambak - jambakan dengan pelakor. Sedangkan disini Suci tak punya sanak saudara untuk menitipkan jagoannya.
Suci punya cara lain untuk melampiaskan sakit hatinya.

Saat mengobrol Riris berkata : "Buatkan aku minuman kek, ngapain juga ikutan ngobrol disini"
"Lhooo, kalau aku buatin nanti aku di tuduh - tuduh lagi ngeracunin kamu. Kamu buat sendiri aja. Sekalian kamu masak gih, belum pernah masakin mas Indra masakan kan?"
"Mas, mau cobain masakan calon istri mas kan" Suci bicara menantang kepada Riris sambil senderan dilengan kanan Indra. Sedangkan Riris menyandar di lengan kiri Indra. Aneh memang.
Sedangkan Indra lebih banyak diamnya. Indra bingung dengan sikap Suci yang sangat aneh. Kenapa sekalipun Suci tak pernah marah atau menangis sejak awal ia ketahuan selingkuh? Kenapa sikap Suci sangat aneh begini?.

"Urusan masak mah kecil, kamu tenang saja. Setelah menikah aku akan membahagiakan mas Indra lebih dari kamu?" Riris berkata dengan penuh keyakinan.
"Syukurlah jika kamu bisa menjamin itu. Semoga saja anak yang kamu kandung benaran anak mas Indra ya, uupppssss maaf" Suci berkata sambil mengerlingkan matanya.
"Suci!!! Apa yang kamu katakan!!" Tiba - tiba Indra membentak Suci.
"Mas, jangan teriak - teriak, kesian anak - anak kita nanti keget lho.." Suci berkata dengan nada santai dan masih menyandar pada lengan Indra.
Indra mengubah posisi Suci. Menjauhkan Suci dari lengannya.
"Keterlaluan kamu ci!!" Melotot mata indra memandang Suci.
"Maaf mas, aku cuma berfikir aja. Aku kasihan sama mas Indra jika nanti anak itu ternyata bukan anak mas Indra sedangkan mas Indra sudah menikah dengan Riris, apakah mas Indra bisa hidup bersama orang yang telah menipu mas" nada bicara Suci sok - sok-an sedih.
"Ini anak Indra!! Kamu jangan sembarangan menuduh ya!!" Riris berteriak kepada Suci.
"Mbak, santai mbak, kalau benar anak mas Indra mbak tenang aja dong, jangan ketakutan gitu"
"Aku gak ketakutan. Aku gak suka kamu berkata sembarangan!!"
"Ya maaf, aku kan cuma curiga. Aku juga memikirkan nasib mas Indra kedepannya, aku tetap berdoa semoga mas Indra diberi kebahagian walaupun nantinya bukan dengan aku" Suci menundukan kepada, bicara selemah mungkin, berusaha menyentuh hati Indra.
"Kamu tenang aja, kami saling mencintai tidak akan ada yang tersakiti" Riris berkata sambil menyilangkan tangannya di dada.
"Iya aku percaya, mas aku ke kamar dulu. Menemani anak - anak kita bermain" Suci mencium Indra dan berjalan lemah menuju kamar.

Sesampai dikamar ia menempelkan kupingnya di daun pintu.
"Koq diam mas, aku kok dicuekin?" Terdengar Riris protes kepada Indra.
"Enggak, aku cuma memikirkan kata - kata Suci"
"Maksud mas??!!" Mas juga ragu kalau anak ini anak mas??!" Terdengar nada bicara Riris meninggi
"Eehhh bukan, bukan itu maksud mas" suara Indra terbata - bata menenangkan Riris..

Kelai lagi dech, Suci tersenyum dan berjalan menuju ranjang, merebahkan tubuhnya. Dipeluknya kedua buah hatinya.
***

Esoknya saat Suci menidurkan anak nya disiang hari, Suci termenung. selama menikah Suci tak pernah sekalipun bertengkar dengan Indra, Suci sangat patuh kepada suaminya, laah ini baru mau nikah udah bertengkar terus, gimana nantinya yaa,, siang itu suci tersenyum membayangkan kehidupan mereka kedepannya.

Tet tot...
Ponsel Suci berbunyi. Terlihat pesan yang Indra kirim kepada Riris.

**"Sayang, makan dimana kita?"
**"Terserah"
**"Sayang kamu masih marah?"
**" Mikir aja sendiri"
**" Sayang, kan udah aku jelasin, aku tu cuma mikir kenapa Suci bisa berpikir seperti itu, kenapa dia bisa yakin kalau aku gak bahagia bersama kamu. Jelas - jelas kamu lebih baik dari pada dia"

Perih batin Suci membaca isi pesan Indra.
**"Terserah"
**"Aku jemput sekarang yaa? Habis itu kita belanja. Kamu mau kan??*
**"Terserah"
**"Oke sayang aku otw sekarang ya?"
**"Terserah"
Tersenyum kecut Suci membaca pesan itu.

Tak lama ia menelpon Indra.
"Mas, udah istirahat siang?"
"Iya ini baru istirahat"
"Mas, boleh gak, aku pengen sebelum kita berpisah kita makan romantis diluar" Suci berkata kepada Indra
"Iya nanti aku atur waktunya, kalau sekarang lagi gak bisa" seketika telpon terputus. Suci menghela nafas kesal. Gagal menjalankan rencana selanjutnya.
***

Esok paginya Indra turun awal kekantor, apalagi kalau bukan untuk menjemput selingkuhannya.
Ia memberikan uang belanja kepada Suci
*Mas, aku minta lebih boleh?"

Tanpa bicara Indra memberi dua lembar uang kertas seratus ribuan.
"Terima kasih mas" Suci mencium Indra dan merangkul manja pada pinggang Indra. Anak - anak mereka tertawa melihat tingkah Suci.

Seketika Indra menatap kedua buah hatinya. Dihampiri Buya dan Haikal, kedua jagoan Suci memeluk papanya. Indra membalas pelukan mereka, pemandangan yang hampir membuat Suci menangis. Tapi segera Suci memalingkan wajah jangan sampai Indra melihatnya menangis.
Suci dan anak - anak mengantar Indra sampai teras rumah.

Tak lama mang kokom lewat.
Suci berbelanja santai, membiarkan kedua anak - anaknya bermain bersama anak tetangga.
Ibu - ibu yang lain satu persatu menghampiri mang kokom untuk berbelanja kebutuhan memasak.
"Apa kabar Ci? Udah lama gak keliatan?" Bu jubai menegur
"Baik bu, ada dirumah aja, kerjaan dirumah gak habis - habis mau keluar ikutan ngerumpi udah gak ada waktu" Suci menjawab sambil bercanda.
"Aduh, si Lala main ama Nisa pula" bu Ida berlari meninggalkan gerobak mamang mengambil anaknya.
"Lho kok gak boleh main sama Nisa bu?" Suci bertanya ke bu Ida.
"Bukan gak boleh Ci, kalau si Lala main sama Nisa malamnya Lala garuk - garuk kepala, kutu Nisa loncat ke rambut Lala" sahut bu Ida
"Iya, kemaren Yaya juga kena kutu loncatnya Nisa, kasihan sih lihat Nisa, gak diurus sama orang tuanya. Kita juga gak tega sih sebenarnya, tapi dari pada anak kita kutuan, iya gak mbak?" Bu Surya ikutan nimbrung.

Begitulah emak - emak belanja pagi sekalian ngerumpi sana - sini. Jarang - jarang Suci bisa menikmati belanja seperti ini setiap pagi. Bercanda bersama ibu - ibu lainnya.
"Mang cabai setengah kilo ya" request Suci
"Banyak amat neng?"
"Buat persediaan mang. Bu, saya duluan ya, Buya sama Haikal belum dimandiin nih" Suci berpamitan dan langsung masuk ke dalam rumah.

Selesai memandikan anak - anaknya Suci menyuapi Buya dan Haikal makanan dihalaman rumah. Terlihat Nisa anak tetangga sedang main sendiri disebrang jalan.
Suci memanggil Nisa,
"Sini sayang, main sama Buya dan Haikal"
Nisa pun menghampiri Suci. Suci segera masuk kedalam rumah tak lama keluar lagi sambil membawa botol kecil.
"Nisa, boleh tante bersihkan rambut kamu sayang?"
Nisa mengangguk dan duduk di depan Suci.
Terbelalak mata Suci melihat binatang - binatang kecil merayap di rambut hitam Nisa.
"Banyak amat" batin Suci bergumam. Bibirnya tersungging seulas senyum.
Diambilnya kutu dari rambut Nisa dimasukkan kedalam botol kecil yang ia bawa tadi.

Setengah jam Suci berburu binatang kecil nan menggemaskan dikepala Nisa. Dapat setengah botol. Dipandangnya botol yang berisi kutu sambil tersenyum jahat.
"Kok dimasukin ke botol tante?" Nisa bertanya bingung.
"Biar gak terbang ke kepala kawan - kawan yang lain" Suci mengelus pipi Nisa.

Disimpannya botol berisi kutu dibalik perabotan dapur. Botolnya sudah dibolongin, dijamin kutu bisa tetap hidup dengan sejahtera.
Bergidik tubuh Suci memandang botol tersebut, lalu tersenyum cekikikan sendiri. Buya memandang aneh melihat tingkah mama nya. Suci menghampiri Buya, menggendongnya dan kembali membawa Buya bermain bersama Nisa dan Haikal.
***

Tak sabar Suci menunggu Indra Pulang. Sudah menjadi rutinitas Riris setiap malam selalu datang kerumah Suci tanpa sungkan. Entah jenis mahluk apa si Riris itu, seperti tak punya hati seenaknya merebut suami orang tanpa rasa berdosa dan datang kerumah istri dan anak - anak Indra dengan santainya.

Indra sebagai suami juga tidak bisa menjaga hati istrinya, apa karena sudah tak cinta dengan Suci atau sedang dimabuk cintanya Riris atau malahan pengaruh pelet oleh si Riris. Entahlah. Yang pasti Suci sudah tak bodoh lagi. Tinggal menunggu azab apa yang cocok tuhan berikan buat Riris dan Indra.

Jam tujuh malam deru suara mobil datang. Suci fokus bermain bersama jagoannya diruang tengah.
"Haloooo sayaanngg,, ayo coba lihat tante bawaain apa ini?" Riris nyelonong aja masuk kerumah. Suci cuma bisa mendengus kesal.
"Waaahhh mainannya banyak banget" teriak Buya dan Haikal
Namanya juga anak - anak, gak ngerti kalau sedang berhadapan dengan wewek gombel.
Indra pun datang dan bergabung bersama Riris dan kedua buah hati Suci bermain bersama seolah - olah keluarga bahagia   Suci mendengus kesal. Ia melangkah menuju dapur.
Dinyalakan nya kompor, ia mulai menumis cabai setengah kilo di atas wajan.
Serempak seisi rumah bersin - bersin juga batuk - batuk efek cabai yang di tumis, apalagi cabai sebanyak itu, bisa dibayangkan mereka semua sampai mengeluarkan air mata.
"Suci kamu masak apaan sih!!" Indra teriak sambil berlari membuka pintu,, sedangkan Riris dan anak - anak masih terbatuk - batuk.
"Aku mau buat sambal mas" teriak Suci dari dapur.
"Ambilkan air minum" Riris teriak memerintah Suci.
"Iya tunggu sebenar" segera Suci mengambil gelas berukuran besar dan mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya.
"Uuppssss kebanyakan!" Suci berkata dengan suara kecil. Setelah menuangkan bubuk kedalam gelas, segera diisi gelas dengan air, dan diserahkan kepada Riris lalu Suci langsung kembali ke dapur.
"Minta minumnya sayang" Indra mengambil gelas dari tangan Riris,

Suci datang lagi dengan membawa air untuk dua jagoannya. Diciumnya Buya dan Haikal.
"Maafkan mama nak, kalian kena imbasnya juga" berkata hati kecil Suci melihat kedua anak nya batuk - batuk serta mata mereka yang berair.
"Gila kamu ya buat sambal jam segini" Indra memarahi Suci.
"Lho, memang ada aturannya mas masak sambal mesti jam berapa gitu, aku tiba - tiba pengen makan makanan pedesss" Suci berkata kepada Indra.
"Kalian lanjut aja, aku mau lanjut makan" Suci ngeloyor kedapur meninggalkan mereka diruang tengah.
***

Kembali Suci keruang tengah setelah makan, keringat bercucuran serta tarikan ingus yang dilakukan Suci, menandakan ia telah memakan makanan yang pedas.
Suci tersenyum melihat Riris dan Indra tertidur, sedangkan anak - anak Suci masih asik bermain mainan baru mereka.
Bubuk obat tidur yang kebanyakan saat dimasukan ke minuman Riris tadi sangat cepat bekerja.
Berbalik Suci ke dapur, diambilnya botol yang berisi kutu dari rambut Nisa, Suci memegang botol dengan ekspresi geli.
"Hai kutu, kalian pasti kelaparan kan, sudah berjam - jam tidak makan" Suci berbicara sambil memandang botol ditangannya.
Ia berjalan menuju ke arah Riris. Dibukanya tutup  botol dan menaburkan semua kutu ke rambut Riris. Setelah memastikan setengah botol kutu berpindah ke rambut Riris ia melangkah ke pintu belakang. Melempar botol ke luar halaman.
Segera di ambil Buya dan Haikal, dibawa ke kamar. Suci takut Buya dan Haikal terjangkit kutu loncat. Cengingisan Suci didalam kamar. Suci harus pintar - pintar menghibur hatinya yang lara.
***

Subuh pun tiba, saat Suci selesai sholat terdengar Suara gaduh di ruang tengah. Tersenyum Suci membayangkan kutu yang kelaparan telah menyerbu isi kepala Riris,, eehh salah maksudnya kulit kepala Riris. Kalau bisa sih sekalian isi kepala Riris yang di serang, bagitu kata hati Suci.

Suci keluar kamar masih mengenakan mukena.
"Subuh - subuh udah berisik, gak kenal waktu banget sih kalian ini. Kasihan anak - anak masih pada tidur" setengah berteriak Suci berkata kepada Indra dan Riris.
"Berisik kamu!! Ini kepalaku gatal banget tau!" Terlihat Riris menggaruk - garuk kepalanya, rambut Riris menjadi super berantakan. Indra bertingkah kebingungan melihat tingkah Riris.
"Sayang coba dibawa keramas yuk!" Indra mengajak Riris kekamar mandi.
"Ci ambilkan handuk cepat!!" Perintah Indra
"Iya mas,," Suci menuruti perintah Indra. Di dalam kamar Suci terduduk memegang perutnya, ia tertawa ditahan. Puas hatinya melihat wajah Riris meringis menahan gatal yang luar biasa diserang oleh kutu - kutu lapar.

==========

"Ci capat ambilin handuk!" Perintah Indra kepada Suci.
"Iya mas" Suci berjalan menuju kamar untuk mengambil handuk. Saat dikamar Suci terduduk memegang perutnya, susah payah ia menahan tawa. Air mata Suci sampai bercucuran melihat tingkah saingannya yang penuh penderitaan.
"Ci..!" Teriak Indra memanggil Suci.
Segera Suci mengendalikan diri, disapunya sisa air mata akibat tertawa.

Saat keluar kamar terdengar teriakan Riris.
"Mas, itu apa!!"
"Kok dirambut kamu banyak semut sayang"
"Mas itu bukan semut!" Teriak Riris
"Mbak, itu kutu" Suci tiba - tiba menjulurkan kepalanya masuk ke kamar mandi.
"Ya ampun!! cantik - cantik kok jorok banget sih. Aduuuhhh aku makin gak yakin kamu bisa ngurusin mas Indra kalau udah nikah nanti. Rambut dia sendiri aja gak diurus sampai kutuan begitu" Suci nyerocos terus sambil menyerahkan handuk kepada Indra, lalu berjalan menuju dapur.

Tiba - tiba terdengar suara gayung dibanting dari kamar mandi.
"Ini pasti ulah kamu kan!!" Riris berteriak kepada Suci.
"Mulai dech aahh aku difitnah lagi, kalau ngomong masuk akal dikit ngapa sih mbak, gak ada bukti jangan main tuduh, atau memang sifat mbaknya ya suka fitnah orang" Suci berkata sambil sibuk membuat sarapan.
"Aduh mas, coba kalau cari bini lagi itu jangan yang lebih parah tingkahnya dari pada bini sebelumnya, bisa mati berdiri kamu mas ngadapin tingkah Riris yang tempramen kayak gini"
"Aaaaaaaa!!!!" Tiba - tiba Riris berteriak.
"Gak mungkin tiba - tiba rambutku penuh kutu begini. Kemarin aku tuh habis creambath" Riris berkata dengan nada kasar.
"Ya mana aku taauuuuuu, tanya aja tu sama kutunya, kok ada dikepala kamu" tersenyum Suci berkata kepada Riris.
"Udah Ris, yuk aku antar ke salon atau kita kedokter cari obat kutu" Indra berkata penuh kebingungan.

Riris berlalu sambil menghentak kakinya berjalan menuju mobil.
Mas Indra menghampiri Suci, menaruh uang beberapa lembar berwarna merah di meja makan tanpa bicara sepatah katapun.
Indra lalu menyusul Riris menuju mobil. Terdengar deru mobil makin menjauh.

Suci termenung melihat tumpukan uang di meja makan.
"Mas,, bukan ini yang aku butuhkan" lirih Suci berkata.
***

Selepas mahgrib Indra pulang kerumah. tumben awal dan nenek gerondong gak dibawanya kemari. Suci berkata dalam hati.
"Mas, kok wajah mas lesu. Mas sakit?" Suci menghampiri Indra mencium tangan Indra. Indra hanya menggeleng lemah.
"Mas makan dulu yu"
"Aku gak lapar ci"
"Ya udah minum teh hangat aja ya, sambil aku pijitin. Mas pasti capek seharian kerja" Suci menggandeng tangan Indra menuju meja makan.
Dibuatkannya minuman untuk Indra, setelah itu ia memijit lembut bahu Indra.
"Yakin gak mau makan mas?"
"Enggak, aku mau langsung istirahat aja" lesu Indra berjalan menuju kamar.
***

Malam makin larut, anak - anak telah lelap tertidur. Begitu juga dengan Indra. Suci memandangi mereka bertiga dengan tatapan sedih.
Akhirnya pertahanan Suci runtuh, ia pun menangis menumpahkan segala rasa yang beberapa hari ini begitu menyakitkan. Bisa kalian bayangkan sakitnya Suci. Jangankan melihat suami dipeluk wanita lain. Suami ngobrol akrab dengan wanita lain saja hati sebagai seorang istri sudah terasa perih teriris sembilu.
Tersedu - sedu Suci menangis, tanpa Suci sadari Indra terbangun melihat Suci manangis di tepi ranjang.
Indra bangkit mendekati Suci.
"Ci..." Pelan Indra memanggil.

Suci seketika langsung memeluk Indra, dan menangis semakin jadi.
"Mas, aku gak bisa lihat kamu bersama Riris, aku gak tega liat kamu dibentak - bentak sama Riris. Aku rela mas nikah lagi, asalkan ia perempuan yang lebih baik. Mas, aku cinta sama kamu mas, aku gak mau liat kamu tersiksa" tersedu - sedu Suci.berkata kepada Indra.
"Mas" Suci melepaskan pelukannya, lalu menyela air matanya.
"Kamu yakin yang Riris kandung itu anak kamu? Kamu yakin kamu cinta sama Riris??"
Suci berkata sambil menatap tajam mata Indra. Indra mengelus bahu Suci tanpa ekspresi.
"Udah malam, kamu tidur ya" hanya itu yang keluar dari mulut Indra. Ia lalu kembali berbaring.

Suci menatap nanar tubuh Indra. Tak lama ia pun ikut berbaring dan akhirnya terlelap dengan luka dihati.
***

Saat pagi dering suara ponsel Indra berbunyi. Suci yang sedang menyiapkan sarapan mengambil ponsel Indra.
"Masss, Riris nelpon nih" teriak Suci memberitahu Indra yang sedang ada di dalam kamar mandi.
Tak ada jawaban. Hanya terdengar suara air, menandakan sedang ada aktifitas didalamnya.
Suci meletakan ponsel Indra lalu kembali ke dapur.

Tak berapa lama Indra keluar kamar dengan keadaan telah rapi, berbeda jauh dengan Suci yang hanya sempat mencuci wajahnya.
Indra melangkah menuju Suci, menaruh uang belanja dimeja makan tanpa berkata lalu berlalu menuju pintu depan.
"Mas.." Suci memanggil Indra.
Dipeluknya Indra dari belakang.
"Maafkan kata - kataku tadi malam mas. Aku terima apapun keputusan mas kedepannya"
Suci mengambil tangan Indra dan menciumnya. Indra memandang Suci dengan tatapan penuh arti. Suci tersenyum melihat wajah Indra.

Indra pun berlalu tanpa sepatah katapun ia lontarkan kepada Suci.
***

Begitu berat Suci menjalani hari - harinya. Berusaha tegar setegar karang. Melawan sakit hatinya. Cinta yang begitu besar kepada Indra telah pecah berkeping - keping. Sayang kepingannya masih tertinggal di hati Suci hingga menorehkan luka yang begitu parah.

Tak ada lagi niatnya mengusili Riris, saat ini ia fokus menarik perhatian Indra. Merebut hati Indra, ia yakin kepingan cintanya yang pecah bisa ia satukan lagi. Sakit memang, tapi inilah perjuangannya mempertahankan rumah tangganya.
***

Malamnya nenek lampir kembali datang kerumah. Ia memamerkan baju baru, tas baru, sepatu baru kepada Suci.
Indra terlihat tak acuh dengan tingkah Riris dan rekasi Suci. Indra menghampiri anak - anak dan bermain bersama mereka.
"Maass,, aku juga mau dong, Suci berkata manja kepada Indra"
"Iya nanti aku belikan" singkat Indra berkata.
"Iisss ikut - ikutan"
"Aku gak ikut - ikutan kok, aku mintanya sama suamiku. Ya jelas berbedalah kalau kamu kan minta sama suami orang" Suci berkata sambil memeluk lengan Indra dengan manja.
"Indra juga akan menjadi suamiku" dengan PD Riris berkata.
"Belum resmi aja udah sombong, iya gak mas" Suci memandang wajah Indra.
Indra hanya diam,,
Suci tersenyum melihat reaksi Indra. Apa mungkin Indra mulai terbuka pikirannya. Semoga sajalah.
***

Waktu hampir sebulan berlalu, Indra kembali dimabuk Cintanya  Riris, sekarang lebih sering Indra tidak pulang kerumah. Jengkel hati Suci melihat keadaan ini.
Suci hanya bisa pasrah untuk saat ini, setidaknya ia sudah berusaha yang terbaik untuk rumah tangganya.
Saat asik menemani Buya dan Haikal main bersama anak tetangga ia menghampiri bu Ida yang sedang menyiram tanaman.
"Enak ya bu, santai -santai sore sambil ngurusin tanaman" basa basi Suci menegur bu Ida.
"Iya Ci, udah tua gini banyak waktu senggang, ibu isi aja buat ngurusin tanaman"

Tiba - tiba mata suci tertuju pada pohon kaktus berduri halus sehalus rambut bayi.
"Bu, boleh minta kaktusnya sedikit gak? Aku jadi pengen belajar menanam. Kaktus gak susah kan bu perawatannya?"
"Kaktus mah paling mudah nanamnya, lemparin aja ke tanah, bakalan hidup dengan sendirinya, asal gak dimedia yang banyak kandungan airnya ya Ci"
Bu Ida menjelaskan sambil memotong bebrapa batangan kaktus dan menyerahkannya kepada Suci. Suci menerima kaktus dengan senyum sumringah.

Tak lama Suci pun kembali masuk kedalam rumah sambil membawa kaktus.
Tenang saja Suci sudah berjanji tidak akan menjahili Riris lagi, tapi tergantung juga sih hehehehe

Suci menuju ke arah kamar, dibukanya lemari pakaian, diambilnya sebuah pakaian dalam alias cd alias kolor kepunyaan Indra.
Kesal Suci kepada Indra, sekali - kali si Indra juga harus mendapatkan pelajaran setelah beberapa malam ini jarang pulang kerumah.
Digosokannya sedikit hanya sedikit lho ya kaktus yang berduri halus di pakaian dalam Indra. Lalu kembali melipat dengan rapi dan menaruhnya dibagian yang mudah di jangkau saat nanti indra mau mengambil pakaian dalam. Lalu kembali Suci membuang kaktus keluar halaman.
***

Esok sore baru lah Indra pulang kerumah dengan membawa wewe gombel.
Suci tetap melayani Indra suaminya dengan penuh perhatian.
Indra menyerahkan tas kertas besar kepada Suci. Suci melihat isinya. Ada baju dan sendal.
"Riris yang memilihkannya untukmu" Indra berkata sebelum Suci bertanya.
"Iya aku yang memilih, tadi mas Indra sih niatnya cuma mau beliin aku aja, tapi aku kasihan lihat kamu. Aku teringat waktu kamu merengek minta dibeliin baju sama mas Indra waktu itu, aku paksa aja mas Indra buat beliin kamu juga" Sinis Riris berkata kepada Suci
"Aduh makasih banyak ya Ris, kamu perhatian banget sama aku, sering - sering aja ya kamu begini" Suci tersenyum mengejek kepada Riris.
"Sayang aku mandi dulu ya" Indra berlalu meninggalkan Suci dan Riris yang saling mengejek.
Suci pun berlalu kedapur menyiapkan makan malam buat ia dan kedua jagoannya. Dibiarkannya Riris seorang diri di ruang tamu.

Selesai Suci masak selesai juga Indra mandi.
Indra lalu menghampiri Buya dan Haikal bermain bersama mereka.
"Sayang sini gabung sama kita" Indra memanggil Riris.
Sedangkan Suci didapur meremas - remas tangannya sendiri, menahan kesal serta amarah melihat kelakuan Indra yang sama sekali tak menganggap dirinya.

Tak lama terlihat tingkah aneh Indra. Ia menghosok gosok bagian @$__+#+ nya dengan gelisah.
"Mas kamu ngapain?" Riris bertanya dengan wajah heran
"Gak papa, cuma ada rasa aneh disini" Indra menujuk bagian itutu.

Hampir meledak tawa Suci di dapur melihat Indra. Susah payah ia menahan tawanya. Ternyata Indra sudah memakai pakaian dalam yang ada ranjaunya.

Bersambung #4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER