Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Minggu, 13 September 2020

Suci #5

Cerita bersambung

"Gak mungkin!!!" Riris berteriak
"Riss,, jangan teriak - teriak. Gak sakit apa tenggorokan kamu?" Suci mengejek Riris.
"Mas Indra, coba dech kamu ngomong sama Riris, masak dari tadi diam aja mandangin aku terus. Aku kan jadi malu mas" tersenyum centil Suci memandang Indra.
"Ee maaf Ci, aku mengganggu waktu kamu.
Mungkin kamu butuh istirahat karena lelah bekerja. Aku pamit dulu" Indra tiba - tiba pamit pulang.
"Mas!!! Gimana sih kamu! Kenapa jadi gak tegas gini. Kita juga butuh biaya mas. Masa depan kita bagaimana?? Mana janji kamu mas!" Riris berkata dengan penuh emosi dan hampir menangis.
"Nanti aja kita bahas lagi. Sekarang kita pulang dulu"


Indra dan Riris pun segera pulang. Saat berjalan keluar halaman Riris memandang Suci dengan tatapan penuh kebencian.
Suci membalas tatapan Riris dengan senyuman mengejek penuh kemenangan.
***

Saat malam, Suci seperti biasa sebelum tidur waktunya dihabiskan dengan bermain bersama Buya dan Haikal.
Saat asik bermain, ponsel Suci berbunyi. Menandakan ada pesan yang masuk.
Segera Suci lihat. Pesan dari Indra.
**Lagi apa Ci?"
Suci tersenyum membaca pesan dari Indra, segera di balasnya.
**Lagi main aja sama Buya dan Haikal"
**Bagaimana kabar anak - anak?"
Wow, setelah sekian lama sejak Indra meninggalkan rumah baru ini ia menanyakan kabar anak - anaknya.
"Masih ingat kamu mas punya anak " berkata Suci di dalam hati
Dibalasnya pesan Indra
**Anak - anak baik mas?"
**Aku rindu sama mereka Ci?"
Mata Suci membesar, lalu tertawa kecil.
"Sejak kapan kamu punya rasa rindu buat kami mas" kembali Suci berkata didalam hati.
**Mas, aku mau tidur dulu. Anak - anak udah ngantuk"
**Iya Ci, salam cium buat Buya dan Haikal"
Tak dibalasnya pesan Indra.
"Kemarin - kemarin kemana ndra. Punya kesempatan cium anak malah diabaikan, sekarang sok - sok pakai salam cium" Kembali Suci mengomel di dalam hati.
***

Waktu pagi, waktunya Suci sibuk mengurus kedua buah hatinya, walaupun sudah ada Uwi yang membantu. Tapi untuk urusan anak di pagi dan malam hari Suci yang melakukan. Ia pun memasak untuk anak - anak sebelum ditinggal kerja oleh Suci.

Setelah memandikan dan menyuapkan anak - anaknya makan barulah Suci mengurus dirinya.
Mandi, make up-an, mix n match pakaian kantor. Tak lupa sedikit parfum yang disemprotkan di tubuhnya. Suci merasakan kebebasan ber-ekspresi dengan hasil kerjanya.
Ia sangat menikmati kehidupan nya yang baru, tanpa keterbatasan. Toh kemarin  punya suami juga tidak ada fungsi. Hanya status. Apalah arti sebuah status tanpa fungsi dan tanpa kebahagiaan didalamnya. Padahal Suci sudah sepenuhnya mengabdikan diri sebagai seorang istri untuk suami yang sangat ia cintai. Tapi dasar Indra suami gak tau diuntung.

Kala suci menikmati hari - harinya Indra kembali hadir. Dan pagi ini  sebuah pesan masuk. Suci membukanya.
**Selamat pagi? Lagi apa Ci??"
Suci mengerutkan alisnya. Ada degub tak biasa di jantungnya.Suci memegang dadanya.
"Mass, aku rindu kamu" wajah Suci berubah sedih.
"Rasa cintaku tak berkurang sedikitpun padamu mas" suci berkata dalam hati seraya menatap layar ponselnya.
Dibalasnya pesan dari Indra.
**"Aku lagi mau turun kantor mas"
** "Aku antar ya?"
**" Gak usah mas, aku udah pesan taxi"
Suci menarik nafas panjang.
"Oke Ci!! Bangkit! Jangan mau diperbudak oleh rasa Cinta yang tak sehat" Suci pun bergegas pergi ke kantor.
***

Saat siang kembali Indra mengirim pesan ke Suci.
**" Siang Ci? Udah istirhat siang belum?"
Nanar Suci menatap ponselnya.
"Mas, kenapa kau datang kembali saat aku sudah menikmati hari - hari baruku mas?"

Hampir saja Suci nangis bombay, tiba - tiba ada yang menepuk pelan bahu Suci.
"Bu, makan siang  yuk di kantin bareng anak - anak yang lain?" Wulan sekretaris Suci mengajak Suci makan siang. Suci memang tak menjaga jarak dengan karyawan lainnya walaupun jabatannya kepala divisi. Sifat ramah dan baik Suci hampir disenangi oleh seluruh karyawan kantor. Sudah cantik baik hati pula itulah sosok seorang bernama  Suci.
"Ayuk laahh,, saya juga udah lapar banget" Suci pun berlalu ke kantin tanpa membalas pesan dari Indra.

Saat menuju kantin pikiran Suci terganggu dengan kehadiran Indra. Tanpa sengaja dia menabrak seorang saat memasuki lift kantor.
"Ci, kalau jalan jangan ngelamun" tegur bu Dewi orang yang Suci tabrak.
"Maaf bu, efek perut udah terlalu lapar" bergurau Suci menjawab bu Dewi.
"Waahh bahaya banget ini, berarti kamu gak boleh kelaparan, kalau kamu lapar takut ada korban tabrakan lagi" suara seseorang disamping bu Dewi ikut bekomentar.
"Oh iya Ci, kenalkan ini pak Alex dari kantor cabang sedang kunjungan kemari" bu Dewi mengenalkan seseorang yang berkomentar tadi kepada Suci.
Mereka berjabat tangan.
"Boleh saya ikut makan siang bersama" pria yang bernama Alex menawarkan diri untuk ikut makan siang bersama Suci.
"Gimana bu? Bu Dewi setuju gak sama ide saya" Alex minta persetujuan dari bu Dewi.
"Yaa kalau Suci gak keberatan kita ikut gabung" Kata bu Dewi
"Hahahaha ya enggak lah bu. Yuk mari kita ke kantin sama - sama. Yang lain udah pada menunggu"
Mereka pun melangkah bersama menuju kantin.

Suasana makan siang yang mengasikan, penuh canda dan tawa. Tapi Suci merasa canggung. Bagaimana  ia tidak salah tingkah jika pria yang bernama Alex beberapa kali kepergok Suci tengah menatap dirinya.

Setelah selesai makan masing - masing kembali kepada rutinitas mereka di kantor.
Tak terasa waktu pulang pun tiba. Suci bergegas pulang, rasa Rindu ingin segera bertemu kedua jagoannya dirumah. Apalagi  besok weekend Suci punya rencana malam ini ingin membawa kedua buah hatinya ke mall. Bermain dipusat permainan anak - anak.

Saat memesan taxi, ponsel Suci berdering.
"Mas Indra..." Bisik hati Suci melihat nama si penelpon di layar ponselnya.
Degub kencang terasa di hati Suci.
"Aaahhh kenapa deg - degan gini sih di telepon mantan" tanpa sadar Suci tersenyum sendiri.
"Angkat gak ya?" Gejolak dihati Suci, ada rasa rindu yang luar biasa Suci rasakan.
Akhirnya telpon berhenti berdering.
"Aaahhh kamu kelamaan sih Ci, coba cepat kamu angkat" Suci mengomeli dirinya sendiri
"Iiss apaan sih, orang kaya gitu masih diharap" sebagian hatinya menentang perasaan Suci.
"Aaarrggghhhtt" tanpa sadar Suci bersuara terbawa gejolak hatinya.
"Kamu ngapain?" Terdengar suara menegur Suci.
Suci mencari arah suara dan tersenyum malu.
"Gak papa pak" Suci salah tingkah efek malu atas kelakuannya diluar kendali.
"Belum pulang?" Tanya pria tersebut.
"Ini lagi nungguin taxi pak?" Jawab Suci.
"Mau aku antar"
"Gak usah pak Alex, saya udah order taxi online. Kasihan kalau dibatalin"
"Ya gak usah dibatalin, nanti saya yang bayar tapi kamunya saya yang antar. Biarin aja taxinya tetap jalan sendiri"  pria yang bernama Alex tertawa saat berkata kepada Suci.
"Terima kasih banyak pak, gak enak saya nanti jadi  ngerepotin"
"Gak ngerepotin koq"
"Gak usah pak, ini taxi nya udah di depan, saya pergi dulu ya pak" buru - buru Suci pamit dan bergegas menuju taxi. Ia tak sabar ingin bertemu kedua buah hatinya. Selama ini ia selalu 24 jam bersama kedua buah hati. Wajar jika hari - hari terasa berat kala Suci harus meninggalkan mereka untuk bekerja.
***

Setelah sampai rumah bergegas Suci mengurus kedua buah hatinya.
"Wi, kamu siap - siap sana, biar Buya sama Haikal saya yang urus. Kita makan malam diluar aja ya Wi?"
"Hoorreeeeee!!!" Buya dan Haikal bersorak bahagia.
Tok..tok..tok.. suara pintu berbunyi.
Suci melangkah membuka pintu.
"Mas Indra... Ada apa mas?"
Rupanya si Indra ttd (tak tahu diri) datang, mau ngapain dia ke rumah Suci.
"Ci, aku mau ketemu anak - anak boleh?"
"Tapi maaf mas gak bisa lama ya, aku sama anak- anak mau keluar jalan - jalan"
"Ya udah jalan bareng aja yuk?"
Ada guratan bahagia diwajah Suci mendengar tawaran Indra.
"Tapi apa aku gak ngerepotin dan gak ganggu waktu kamu sama Riris mas?"
"Enggak, Riris lagi dirumah orang tuanya. Ya udah kamu siap - siap sana. Aku tunggu sambil main sama Buya dan Haikal.

Sucipun menuju kamar. Saat dikamar ia menutup wajahnya memakai bantal dan berteriak bahagia.
"Aaahhh kenapa aku sebahagia ini? Akhirnya kita sekeluarga jalan - jalan bersama mas tapiiii
Kita bukan keluarga yang utuh lagi"  berkata Suci dalam hati dan seketika merasa kesedihan yang mendalam.
Aaaahhhh, dibantingnya bantal di tempat tidur. Segera ia berganti pakaian dan entah sudah berapa helai baju yang dipilih tapi ia merasa kurang cocok.

Setelah merasa pas dengan pilihan pakaiannya ia berdiri di depan cermin. Menatap wajahnya yang telah memakai make up sempurna. Tersenyum penuh arti memandang pantulan dirinya di cermin.
Lalu keluar kamar. Terlihat Indra bengong memandang Suci menggunakan setelan semi gaun denga potongan diatas lutut  yang anggun.
"Mas, yuk. Aku udah siap"
"Oo oke, ayuk anak - anak kita jalan - jalaaaann" Indra berkata terbata seraya mengajak anaknya berjalan menuju mobil.
"Wi, kamu udah siap belum?" Suci memanggil Uwi.
"Udah mbak, yuk" Suci melangkah keluar rumah menggandeng tangan Uwi.

Suasana didalam mobil yang tak canggun efek Buya dan Haikal yang tak henti mengoceh, terlihat kebahagian kedua bocah diajak jalan - jalan oleh papanya. Perih hati Suci melihat keadaan ini. Kenapa mesti terjadi kala ia dan Indra telah berpisah.

Ponsel Indra berbunyi. Segera Indra matikan. Berbunyi lagi. Indra matikan lagi.
"Mas, kok dimatiin ponselnya?"
"Telepon gak penting Ci" Indra berkata.
Suci tersenyum jahil, aahhh palingan dari Riris, pikir Suci.

==========

Ponsel Indra berbunyi, dimatikannya, berbunyi lagi, dimatikan lagi.
"Koq dimatiin mas?"
"Gak papa, bukan hal penting Ci"
Suci tersenyum melihat kelakuan Indra.

Tak terasa mereka pun sampai ditempat tujuan.
Indra menggendong Haikal, sedangkan Buya di pimpin Suci dan Uwi. Mereka menuju resto cepat saji di lantai dasar mall.
"Mas, kenapa baru sekarang kita makan bersama ditempat seperti ini" bathin Suci berkata perih.

Indra makan sambil menyuapi anak - anak. Suci berusaha menikmati suasana ini. Walaupun terjadi perang bathin. Ya, masih ada cinta yang kuat untuk Indra, tapi ada juga luka yang parah dihati Suci.
Suci menatap Indra, memandang raut wajah Indra yang tertawa bercanda bersama anak - anak.
"Ci, kamu gak makan?" Lembut Indra menegur Suci.
"Iya mas, ini aku lagi makan"
Sepertinya Indra menyadari tatapan Suci.

Selesai makan mereka menuju pusat bermain anak. Mereka melewati toko sepatu yang sama kala insiden sendal Suci putus, Suci berhenti dan menunduk, memandang sandal hight heel yang sekarang digunakannya. Tersenyum getir ia mengingat kejadian dulu. Sekarang ia berjalan menggunakan sandal yang harganya jutaan. Berpuluh kali lipat harganya dari yang ia beli  saat masih berstatus istri manajer.

Suci bergegas melangkah menyusul rombongan anak - anak yang berlari kecil tak sabar sampai di tempat permainan.
Mereka menghabiskan waktu bermain bersama. Waktu cepat berlalu saat nya pulang karena malam semakin larut.

Saat sampai dirumah Haikal tertidur dipangkuan Suci. Uwi menggandeng Buya memasuki rumah. Seketika Indra mengambil Haikal dari pangkuan Suci.
"Biar aku aja yang bawa"
Suci hanya mengangguk.

Suci bergegas membuka pintu kamar, dan Indra membaringkan Haikal ditempat tidur. Menyelimutinya dan mengelus kening Haikal lalu menciumi Haikal. Suci membuang muka, hampir saja ia menangis sedih melihat kelakuan Indra terhadap anaknya.

"Kenapa gak dari dulu mas" bisik batin Suci.
Indra beranjak dari tempat tidur, menghampiri Suci. Mengelus rambut Suci. Suci menjadi salah tingkah.
"Kamu langsung istirahat ya Ci, aku pamit dulu"
Lembut Indra berkata. Hampir saja Suci meleleh akibat sikap lembut Indra kepadanya.

Suci mengantar Indra sampai ambang pintu. Lalu ia segera menuju kamar, bersiap untuk tidur. Malam yang terasa panjang, susah payah Suci memejamkan matanya. Namun tak juga terlelap.
Pikirannya selalu tentang Indra, Indra dan Indra. Berkali - kali Suci mengubah posisi tidurnya. Saat mendekati subuh barulah Suci bisa terlelap.
Sepertinya Suci kembali dimabuk cinta sang mantan.
***

Suci terbangun mendengar suara gaduh di dapur.
"Aahhh aku bangun kesiangan" Suci mengeluh. Dilihatnya Buya dan Haikal sudah tidak ada ditempat tidur.
Segera Suci keluar kamar. Alangkah kagetnya ia melihat Indra sibuk di dapur. Seumur - umur mengenal Indra tak pernah ia melihat Indra menjejakkan kakinya di daerah dapur.
"Mas,," panggil Suci.
"Udah bangun Ci? Sini, aku udah buatin kamu dan anak - anak sarapan"
Suci pun duduk dimeja makan, terdiam karena bingung.
"Ci, coba dimakan masakan ku, enak gak?"
Suci menyicipi hasil masakan Indra.
"Mas, maaf. Tapi ini bukan racun kan mas? Kok  rasanya kayak gini" bergidik Suci setelah mencicipi masakan Indra.
"Yaaahhh, gak enak ya, aku udah ikutin sesuai arahan resep lho" Indra berkata sambil menggaruk kepalanya.
Suci tertawa terbahak, Indra juga ikut tertawa.
Lalu mereka sama - sama terdiam. Terjebak dalam suasana canggung nan mendebarkan.
"Ehem!! Mas, aku mandi dulu ya. Ntar makanannya pesan aja via ojek" Suci berkata gugup.
"Biar aku yang pesan ya Ci" Indra juga terlihat kikuk
"Boleh mas" Sucipun meninggalkan Indra dan berlalu untuk mandi.

Selesai mandi Suci melihat makanan sudah tersaji di ruang tengah. Indra sibuk menyuapi Buya dan Haikal bergantian.
"Ci, duduk Sini makan bareng"
Suci pun berjalan ke arah mereka. Baru saja Suci duduk tiba - tiba Indra menyuapkan makanan ke mulut Suci. Tersenyum Suci lalu Suci gantian menyuapi Indra. Mereka tersenyum bersama.

Setelah selesai makan, mereka duduk santai. Ponsel Indra berdering.
"Mas, dari Riris ya, angkat aja. Aku gak papa koq" Suci memberi saran kepada Indra.
Indra menjauh mengangkat telpon dari Riris, Suci tersenyum memandang Indra dari kejauhan.
"Udah mas, pulang aja. Mungkin Riris khawatir sama kamu"
"Enggak, biasalah dia suka ikut campur masalah aku, semua hal mau ia ketahui. Berbeda jauh dengan kamu Ci" Indra berkata penuh rayuan. Suci senyum tertunduk mendengar pujian dari Indra.
"Tapi Riris lagi hamil mas, ia butuh perhatian"
"Gak perlu lah Ci lagian itu anak juga belum jelas anak siapa" Indra berkata dengan nada kesal.
Suci tersenyum dikulum mendengar kata - kata Indra.
"Ci, ntar malam kita makan berdua aja kamu mau gak?"
"Boleh mas"
"Dandan yang cantik ya Ci" Indra berkata sambil tersenyum.
Suci hanya mengangguk malu - malu.

Tiba - tiba pintu diketok dengan kasar. Suci bergegas membuka pintu.
"Mana Indra!!!!"
"Ada mbak, silahkan masuk" Suci mempersilahkan Riris masuk tak lama Riris berteriak.
"Mas,, pulang gak kamu!!!, Bagus kamu ya mas!!! Kamu bilang lagi meeting dengan orang kantor ternyata kamu disini masssss!!"
"Ris, ngapain sih kamu kesini" Indra berkata dengan nada kesal.
"Ngapain????, Aku yang seharusnya nanya kamu ngapain disini!!"
"Disini ada anak aku, gak salah kan aku kesini"
"Salah!!! Kamu bohong sama aku!!! Kamu bilangnya meeting"
"Ya udah laaahhh,, terus kamu maunya apa???"
"Pergi gak kamu dari sini mas!! Tega kamu mas, bohongin aku demi mantan yang dulu selalu kamu jelek-jelekkan di depan aku!!"
Suci hanya tersenyum melihat mereka bertengkar.
"Ehem..!!" Suci berdehem
"Sudah punya rumah sendiri kan kalian. Silahkan pulang dan bertengkarlah d rumah kalian. Disini ada anak kecil. Gak baik untuk psikis mereka. Mas, silahkan kamu bawa Riris pulang"
" Aku masih mau disini Ci"
"Mas, tolong bawa Riris pulang. Mas mau denger omongan aku kan?? Kasihan anak - anak dengar perkelahian kalian yang gak bermutu kayak gini"
" Ayo Ris, kita pulang sekarang!" Indra menarik kasar tangan Riris. Miris Suci melihat pemandangan ini.
"Kasihan banget kamu Ris" Suci pun menutup pintu.
***

Saat dikantor Suci merasa galau. Ia memutuskan pergi ngopi kekantin kantor. Menenangkan pikirannya. Mencari solusi agar tak terseret arus Cintanya Indra yang berubah menjadi suami impian Suci selama ini. Bisa nelangsa lagi hidupnya kalau ada di lingkaran cintanya Indra.

"Ehem..ehem.." suara berdegem didepan Suci.
"Ada apa pak?"
"Ngelamun aja bu?"
"Enggak cuma mikirin masalah kerjaan aja nih"
"Boleh saya duduk d sini" pak Alex menawarkan diri.
"Oo silahkan pak"
"Ini orang ngapain lagi. Aaahhh susah benar mau mecari ketenangan fikiran" Suci merasa terganggu dengan kehadiran Alex.
Ponsel Suci berdering.
"Maaf pak, saya permisi dulu" Suci berpamitan meninggalkan Alex.
Syukur Wulan menelpon tepat waktu, segera Suci melangkah menuju ruangan kerjanya.
"Ayo Ci,,, ayo Ci,,,, bangkit Ci, hidup mu yang sekarang lebih bahagia" Suci menyemangati hatinya yang galau.

Dering ponsel Suci kembali berbunyi. Panggilan dari Indra.
Tersenyum Suci melihat layar ponsel.
"Iya mas"
"Ci, maaf makan malam kita batal. Kalau diganti hari ini bisa gak?"
"Aku lihat jadwal aku dulu ya mas, rencananya akan ada audit dikantor"
"Oke Ci, nanti kasi kabar aja ya"
"Iya mas" Suci menutup ponselnya.

Suci pun sibuk dengan aktifitasnya dikantor dan akhirnya Suci bisa pulang tepat waktu. Ia pulang dengan menggunakan taxi online.
Saat diperjalanan menuju pulang, mengalun sebuah lagu di dalam taxi
***

Lihat aku di sini
Kau lukai
Hati dan perasaan ini
Tapi entah mengapa
Aku bisa memberikan maaf padamu

*Mungkin karena..Cinta..
Kepadamu tulus dari dasar hatiku

Mungkin karena..Aku..
Berharap kau dapat mengerti cintaku

Lihat aku di sini
Bertahan
Walau kau sering menyakiti
Hingga air mataku
Tak dapat menetes dan habis terurai

##bertahan_rama

Tanpa sadar Suci menangis terbawa kisah lagu di dalam taxi yang mewakili kisah cintanya.

Bersambung #6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER