Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Senin, 14 September 2020

Suci #6

Cerita bersambung

Lagu rama bertahan berhasil membuat Suci menangis bombay.
" Pak, bisa ganti lagunya gak pak, yang seru sedikit ya," request Suci pada supir taxi.
" Iya bu, maaf lagunya kurang mendukung suasana ya bu hihihihi " supir taxi tertawa cengingisan.
"Aduh gimana ya ganti lagunya, ini mobil pakai apa sih nyetel lagunya?" Si supir ngomel sendiri sambil pencet -pencet tombol.

Alis Suci mengkerut, melihat kelakuan aneh supir taxi.
"Maaf bu, saya setel pakai hp aja ya lagunya, kurang ngerti setelan mobil ini" kata supir taxi

Tak lama terdengar lagu barat yang asik, ntah apa judulnya. Tapi Suci terlanjur terbawa suasana lagu pertama. Bersandar dikursi sambil memandang keluar jendela mobil.

"Bu, jangan ngelamun. Kalau kesurupan dimobil bisa berabe urusannya" tegur supir taxi.
Suci hanya mendengus kesal mendengar ocehan supir taxi.
"Jangan cemberut dong bu, kalau senyum kan lebih manis" kembali Supir taxi menggoda Suci.
"Pak, bisa gak nyupir aja, jangan gangguin saya" Suci berkata dengar kesal.
"Tapi kalau cuma nyupir gak ngobrol kan gak asik bu"
"Pak, bisa gak fokus nyupir aja. Kalau enggak saya kasi bintang satu ya pak!"
"Eeehh jangan bu, kasihan anak istri pak supirnya. ntar mau dikasi makan apa efek bintang satu dari ibu"
Alis Suci hampir bersatu, gak faham maksud perkataan supir.
"Pak, turun disini aja dech, gak papa. Saya pesan taxi lain aja"
"Jangan dong bu, kalau turun di tempat yang gak ibu kenal lingkungannya bisa bahaya buat keselamatan ibu. Apalagi ibu cantik banget nih" kembali supir menggoda.
"Saya serius ya pak!!" Terdengar suara Suci yang meninggi.
"Bisa galak juga ya bu Suci ini, hehehehehe" kembali supir berkata usil.

Mobil berhenti saat disimpang lampu merah.
"Yakin langsung mau pulang bu?, Gimana kalau kita singgah makan malam dulu"
Makin jadi si Supir gak ada sopan santunnya.
"Bu, kok diam. Hallllooowwww ada oraanng" kembali supir memanggil Suci.
Tak Suci hiraukan, malas banget ketemu supir taxi yang gatel kayak gini.
"Buuu,, serius saya ini. Kita singgah makan dulu yuk, saya kelaparan nih"
"Pak, kesabaran saya udah habis ya pak, maaf saya turun disini aja" Suci menggerakkan tubuhnya hendak keluar mobil.
"Eeeeee bu, jangan. Bahaya turun ditengah jalan. Maaf.. maaf ya bu. Tolong duduk kembali bu" si supir berkata sambil menoleh kebelakang. Alangkah kagetnya Suci. Supir itu....
"Pak Alex!!!" Mata Suci melotot melihat sosok Alex yang menjadi Supir taxi.
"Heeee maaf bu" Alex kembali menjalankan mobinya saat giliran lampu hijau.
"Pak, kamu supir taxi online juga??"
"Bukan bu hehehe"
"Terus??" Suci bertanya heran. Ia melihat aplikasi di ponselnya, mengecek foto supir taxi dan itu bukan foto Alex.
"Saya naksir sama ibu" Alex berkata tanpa basa basi.
Suci hanya terdiam. Ntah mau dijawab apa omongan Alex barusan.
" Saya tadi memberhentikan taxi ini saat di gerbang kantor, saya tanyain aja pesanan atas nama siapa. Supirnya bilang atas nama bu Suci. Saya ambil alih aja kemudi taxi nya"
"Supirnya mau kasi mobil ini ke kamu?? Gak mungkin!" Suci berkata tak percaya.
"Ya gak mau laa hahahaha" Alex menjawab asal.
Suci makin jengkel melihat sikap Alex.
"Tapi saya kasi jaminan, ktp sama semua kartu - kartu dan semua barang yang bisa buat supir percaya. Berkat bantuan security sama bu Dewi akhirnya Supir mau meminjamkan mobil ini kepada saya"
Mata Suci melotot. "Bu Dewiiiii,, aaaaahhhhh ngapain juga bu Dewi ikut andil disini. Gak tau apa bu Dewi kalau si Alex nyebelin banget" menggerutk susi didalam hati.
"Kita singgah makan dulu ya bu sumpah saya lapar banget?"
"Gak usah, saya udah ada janji"
"Ayoklah buu,, pleaseeee" Alex merengek merayu Suci.
"Maaf pak Alex saya sudah ada janji"
"Tapi lain kali mau yaaa" Alex masih membujuk Suci.
"Lihat nanti aja ya pak"
"Lhooo kok macet gini ya jalanan" Alex tiba - tiba menggerutuk.
Suci melihat ke arah depan.
"Ada apa ya?" Suci bertanya
"Ibu nanyain saya? Mana saya tau buuu.."
Suci menyengirkan bibirnya, kesel dengan sikap Alex.
"Kamu tau jalan alternatif gak pak?" Tanya Suci.
"Gak tau bu, ini mau muter tapi dibelakang mobil udah pada mepet"
Suci menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.

Saat mengecek hp ingin mengabari Indra.
"Yaaaa hp pakai lowbath pulaaaa" Suci mengoceh kecil.
"Kenapa? Mau main game? Atau mau nonton youtube? Ini pakai hp saya aja bu" Alex menawarkan diri.
Percuma saja Suci juga gak hapal nomor ponsel Indra yang sekarang. Suci berkata dalam hati.
"Gak usah, terima kasih" jawab Suci lemah.
"Pak,, pak!" Panggil Alex pada orang yang lewat di depan mobil.
"Ada apa ya pak?"
"Itu ada perkelahian ditengah jalan. Katanya sih suami yang kepergok selingkuh. Aduuuhh buat macet aja. Habis itu mobil suaminya dihancurin rombongan istri sahnya" jawab bapak - bapak tadi, lalu berlalu.
"Hahahahaha,,, lelaki kayak gitu diladen. Yang rugi bukan cuma dia, tapi orang lain. Iya gak bu?" Tanya Alex.
"Gak tau saya pak" jawab Suci sekenanya.
Kruuuugghhttt... Perut Suci berbunyi nyaring.
"Hahahahahaha,, sudah bu, terima aja tawaran saya, yukk didepan ada mini resto, kita singgah disana"
Terasa panas diwajah Suci akibat malu. Ini perut gak bisa lihat sikon apa ya. Gerutuk Suci.
Tanpa menunggu jawaban Suci, Alex menjalankan mobilnya, menyelit kendaraan lain menuju mini resto yang berjarak 20 meteran dari mobil yang terjebak macet.

Alex memarkirkan mobil d halaman resto. Lalu keluar dan membukakan pintu mobil buat Suci.
"Yuk bu, jangan malu -malu"
Mau gak mau Sucipun turun akibat lapar yang terasa sangat perih diperut.

Alex menggenggam tangan Suci. Reflek Suci melepaskan genggaman Alex seraya melotot ke arah Alex.
"Maaf bu, maksud saya kan mau pendekatan sama ibu" Alex tersenyum kearah Suci.
Suci sedikit terpana melihat senyum lelaki yang berparas ganteng nan berkarisma disampingnya.
"Iisss nyebelin" gerutuk hati Suci. Lalu segera melangkahkan kaki ke arah resto.
"Percuma aja ganteng tapi nyebelin" begitu pikir Suci.
Alex mengejar langkah kaki Suci menuju resto. Lalu menyiapkan kursi untuk Suci duduk.
"Mau makan apa bu?" Tawar Alex sambil menyerahkan buku menu kepada Suci.
"Nasi goreng aja"
"Jangan bu, nasi goreng gak sehat, ini aja ya saya pesanin ikan asam manis, sama cumi goreng plus cah kangkung"
"Tapi akan lama mereka menyajikannya untuk kita pak" protes Suci
"Gak apa - apa kan bu, sambil menunggu macet"
Suci hanya mengangguk pasrah.

Suasana hening sesaat setelah pramusaji pergi.
"Eeeemmm, bu eehh maaf boleh saya panggi nama aja?" Tawar Alex.
Suci hanya mengangguk.
"Suci. Boleh gak nanti aku melamar kamu jadi istri aku"
Mata Suci melotot seperti mau melompat keluar.
"Eeehh jangan begitu tatapannya Ci, aduh aku makin jadi grogi Ci" Alex berkata kepada Suci.
"Maaf, kalau kamu marah. Ya udah lupain kata - kataku barusan yaa?"
Suci memalingkan wajahnya kesal.
"Oh iya nanti kita singgah sebentar ya ketoko mainan, aku mau beliin anak - anak kita mainan"
Kembali Suci melotot kepada Alex.
"Maaf maksud saya calon anak - anak saya"
Makin melotot mata Suci memandang Alex.
"Ya udah - ya udah jangan melotot gitu. Buat jantung aku mau copot Ci" rengek Alex.
"Pak, maaf. Tapi saya merasa sangat terganggu dengan sikap bapak dari awal kita ketemu" kata Suci.
"Kok berbeda ya Ci, saat pertama ketemu kamu, kamu itu udah jadi pencuri dimata aku"
Dahi Suci mengkerut.
"Pencuri hati aku"
Alex tertawa sedangkan wajah Suci makin masam level 100.

Makanan pun datang. Alex menyajikan dipiring Suci. Mempersilahkan Suci makan. Ntah kenapa selama makan Alex tak mengeluarkan satu katapun kepada Suci. Suci tak peduli ia fokus makan mengisi perutnya yang lapar.

Selesai makan.
"Waaahh kamu makan banyak juga ya" Alex mengejek Suci.
Suci tersenyum sinis. Lalu beranjak dari duduknya.
"Eeeehhh biar aku aja yang bayar, kamu duduk aja disini" Alex lalu berdiri menuju kasir.

Setelah dari kasir
"Kita ngobrol sebentar lagi ya Ci, boleh kan?"
"Pak, saya udah capek banget mau istirahat"
"Pleasee jangan panggil pak. Panggil Alex aja"
Suci mengangguk lemah lalu berjalan menuju mobil.
Alex membukakan pintu depan.
"Duduk disamping aku aja Ci, agar kamu bisa selamanya disamping aku" Alex berkata sambil tersenyum.
Suci hanya mengangkat bahunya. Lalu masuk ke mobil.
"Mutar - mutar sebentar boleh gak?"
"Pak, saya capek banget pak" Suci berkata lemah.
"Jangan panggil pak Ci, aku merasa tua didepan kamu" tersenyum Alex memandang jalanan didepan yang sudah mulai lancar.

Dan akhirnya Suci tiba dirumahnya.
"Terima kasih pak"
"Alex, panggil Alex. Oke CA IS?"
Alis suci mengkerut.
"Calon Istri hahahaha" Alex berkata sambil tertawa.
Segera Suci menutup pintu mobil dan berlalu tanpa memperdulikan Alex.
"Ci,!" Panggil Alex yang keluar menyusul langkah Suci.
Suci berhenti berbalik badan.
"Ci,, maaf jika kesan pertama kita kurang baik dimatamu. Tapi aku serius. Aku jatuh Cinta kala pandangan pertama" Alex berkata dengan wajah serius memandang tajam ke arah Suci.
Suci merasakan debaran tak biasa d hatinya.
"Maaf pak, boleh saya langsung masuk. Saya lelah sekali hari ini"
Alex mengangguk dan tersenyum.
"Masuk lah Ci, aku akan pergi setelah memastikan kamu benar - benar masuk ke dalam rumah"
Suci segera membalikan badan menuju kerumah dan segera membuka pintu lalu menutup pintu tanpa menoleh lagi ke arah Alex.

Tak lama terdengar suara mobil menjauh. Ternyata Suci masih ada dibalik pintu sambil memegang dadanya dengan kedua tangannya. Lalu melangkah mencari Buya dan Haikal.
"Mbak pulang kok telat? Anak - anak udah pada tidur" kata Uwi.
"Kena macet Wi, ya udah mbak langsung tidur aja ya, capek banget" Suci melangkah ke arah kamar. Ia lalu berbaring memandang langit - langit kamar.
"Kenapa jadi deg - degan sih sama si Alex... Orang yang aneh bisa -bisanya ambil kendali taxi online tapi salah aku juga sih dari awal gak ngecek supirnya. Tapi kenapa bu Dewi ikut - ikutan yaa? aaaaaahhh besok aja lah langsung ku tanyakan ke bu Dewi"

Tanpa sadar Suci pun tertidur tanpa beganti pakaian juga tanpa membersihkan make up nya. Sepertinya Suci benar - benar kelelahan. Kasihan Suci.

==========

Suci terbangun mendengar suara adzan subuh. Segera ia membersihkan diri, sholat lalu berkreasi di dapur. Menyiapkan makanan untuk anak - anaknya. Setelah mengurus kedua buah hatinya barulah ia bergegas bersiap ke kantor. Tidak mudah menjadi singel parent, tapi itu lebih baik daripada bersuami tapi tak ada fungsi. Apalagi suami sejenis Indra.

Saat baru sampai kantor ponsel Suci berdering. Indra menelpon.
"Iya mas"
" Kamu kemana aja semalam!!! Aku telepon gak aktif, aku datang kerumah kamunya gak ada. Aku susul ke kantor semua udah pada balik!!"
"Maaf mas, aku kejebak macet terus hp ku lowbath"
"Alasan! Kalau kamu gak mau tinggal bilang kan! Aku jadi keluar biaya sia - sia untuk bensin mencari kamu kemana - mana"
" Iya mas maaf, aku lagi sibuk. Nanti aja telponnya" Suci langsung menutup ponselnya.

Suci kembali sibuk dengan pekerjaannya.
Tok..tok..tok .
Pintu ruangan Suci berbunyi.
"Masuk"
"Permisi bu, ini saya cuma ingatin besok  ada presentasi dari kantor cabang. Para kepala divisi diminta hadir. Apa ibu sudah menyiapkan berkas untuk presentasi bu?"
"Iya ini baru saya mulai pelajari tema presentasi nya, wulan tolong kamu rekap hasil laporan setahun terakhir ya, masalah kecurangan karyawan yang bermain di basis data kantor" kata Suci
"Baik bu, kalau begitu saya permisi" Wulan pun keluar kantor.

Suci kembali sibuk dengan pekerjaannya. Dan sebelum jam istirahat siang ia telah selesai. Tidak salah bu Dewi kembali merekrut karyawan sepintar dan segesit Suci.
" Aahh aku lupa. Aku mau ketemu sama bu Dewi" Suci pun berlalu meninggalkan ruangan kerjanya.
"Permisi bu"
"Masuk Ci" bu Dewi mempersilahkan Suci masuk. Baru saja Suci masuk bu Dewi sudah tersenyum usil ke arah Suci.
"Tuh kan,, senyuman ibu pasti ada maksudnya. Kenapa sih bu ikut -  ikutan kerja sama dengan Alex" protes Suci kepada bu Dewi
"Ciieeee yang udah manggil Alex gak pakai pak lagi" bu Dewi mengejek Suci.
"Gimana lamaran Alex kamu terima Ci?" Bu Dewi bertanya.
"Bu, yang benar saja bu saya terima lamaran Alex yang belum saya kenal, eehh kok ibu tau?" Suci bertanya heran.
"Sini Ci,, kita duduk di sofa aja biar lebih santai" ajak bu Dewi.
"Gimana kesan kamu mengenai Alex" bu Dewi bertanya.
"Genit plus nyebelin bu, untung saya gak punya riwayat hyper tensi" Suci menjawab kesal pertanyaan bu Dewi.
"Ci, boleh saya cerita mengenai Alex?" Tiba - tiba wajah bu Dewi berubah serius.
Suci hanya mengangguk dengan hati yang tak nyaman, 'apa aku ada salah biacara ya' Pikir hati Suci.
"Ci, Alex itu masih saudara jauh saya. Saya rekrut dia bekerja karena saya tau ia tipe orang yang berkomitmen serta bertanggung jawab. Kamu sendiri tau kan semua karyawan yang saya pilih wajib memiliki sikap royal dan bertanggung jawab dalam bekerja"
Suci hanya mengangguk mendengar cerita bu Dewi.
"Sifat Alex memang periang mudah bergaul dengan siapapun. Over dosis keramahannya" bu Dewi berbicara sambil tertawa.
"Waktu itu saat Alex telah bekerja selama setahun, ia melamar gadis pujaannya yang ia kenal dari SMA. Tanpa pacara tanpa pendekatan langsung di ajak nikah"
"Diterima bu?" Tanya Suci
"Iya gadis itu menerima Alex karena memang dari SMA gadis itu sudah menyimpan rasa dengan Alex. Lalu merekapun menikah"
"Alex sudah menikah?" Tanya batin Suci. Ada rasa kekecewaan di hati kecil Suci.
"Tak butuh waktu lama akhirnya istri Alex pun mengandung, namun musibah itu datang. Istri Alex terserang demam berdarah. Penanganan yang terlambat hingga membuat Alex harus kehilangan istri dan calon anaknya" bu Dewi berkata sedih.
"Kejadiannya 5 tahun yang lalu. Semenjak itu itu sikap Alex jauh berubah. Ia menjadi dingin dengan semua orang. Hidupnya digunakan untuk bekerja dan bekerja. Bahkan cuti tahunan tak pernah ia ambil. Orang tua Alex berusaha menjodohkan Alex dengan para wanita terbaik agar Alex melupakan kesedihannya. Sampai pada akhirnya Alex memutuskan minta dimutasi ke kantor cabang akibat bingung dengan orang tuanya yang selalu menyuruh Alex kencan buta dengan pilihan orang tuanya " cerita bu Dewi.
"Sampai saat kemarin insiden kamu menabrak saya, saya melihat Alex telah kembali. Ia selama 5 tahun ini tak pernah menegur orang terlebih dahulu apalagi wanita. Ia sangat menjaga jarak dengan wanita. Tapi saat bertemu kamu. Kamu ingat kan Ci gimana sikap dia?"
Suci hanya mengangguk.
"Setelah makan siang itu saya makin memperhatikan Alex. Wajahnya berubah menjadi ceria, saya juga melihat saat Alex mencoba mendekatimu saat d kantin juga saat kamu hendak pulang menunggu taxi"
"Dan sore kemarin tak sengaja saya melihat ia di gerbang kantor sedang membujuk supir taxi" bu Dewi tertawa.
"Memang gila ide Alex. Mana ada orang yang mau nyerahin mobilnya begitu aja sama orang gak dikenal. Saat saya tanya ia menjawab katanya mau pendekatan sama kamu karena sudah beberapa kali mendekati kamu tapi kamunya cuekin Alex"
Suci tertawa mendengar penjelasan bu Dewi.
"Saya tanya aja apakah Alex benaran serius, eehh dianya malahan bilang kalau Suci mau langsung dilamar malam itu juga. Saya sangat mengenal Alex. Walaupun bicaranya kurang terdengar serius tapi sikapnya selalu serius dengan apa yang sudah ia katakan. Akhirnya saya yang jadi jaminan agar supir mau nyerahin mobilnya ke Alex" bu Dewi dan Suci serempak tertawa.

Ada rasa bersalah didiri Suci. Begitu cepat ia menilai Alex tanpa tau siapa sebenarnya alex. Tak berapa lama  Suci pun pamit munuju ruang kerjanya.
***

Saat pulang dari kantor Suci melihat mobil Indra terparkir dihalaman rumah. Tapi ntah kenapa Suci tak semangat melihat Indra ada dirumah.

"Udah pulang kamu Ci, yuk makan bareng. Aku beli makanan enak - enak lho dari restoran berbintang" Indra menawari Suci.
"Maaf mas, aku mau langsung istirahat. Aku capek banget" Suci berkata lesu lalu menuju kamar setelah mencium anak - anaknya.
"Ci! Kamu gak pernah lho membantah kata - kataku?" Indra berkata kesal.
"Sini makan bareng" lanjut Indra memaksa Suci.
"Aku capek banget mas" sahut Suci.
"Ini nih yang aku gak setuju kalau kamu kerja. Semua jadi terbengkalai" Indra berkata dengan kasar.
"Wi, tolong bawa masuk anak - anak" Suci tidak mau anak - anaknya melihat kekasaran papa nya.
"Mas, kalau dulu mungkin iya aku gak bisa menolak kata - katamu. Tapi sekarang beda. Aku udah tidak terikat dengan kamu. Sekarang aku mau istirahat. Kalau mas  gak bisa ngerti. Silahkan mas keluar!" Suci berkata dengan tegas.
"Oo bagus kamu ya, sudah pinter melawan" sahut Indra.
"Ada yang salah??? Kamu bukan siapa - siapa aku sekarang" silahkan keluar rumah atau aku panggil security komplek buat usir kamu!"
"Kamu sudah merasa hebat ya?! Baik kalau begitu aku pergi sekarang" Indra keluar rumah sambil menutup pintu dengan kasar.
Suci manarik nafas melihat tingkah Indra. Baru kali ini Suci melawan kata - kata Indra. Gak papa sih ya, kan bukan siapa - siapa lagi.

Suci melangkah ke kamar, membersihkan diri. Saat hendak berbaring ponsel Suci berdering.
Dilayar tertulis nama Indra. Tak Suci hiraukan. Ia benar - benar telah lelah karena mengejar dead line pekerjaanya untuk rapat besok. Tidak ada waktu mengurusi orang yang bukan siapa - siapa lagi dihidupnya.

Pesan wa pun masuk.

**"Ci, maafin aku. Aku udah kasar sama kamu. Aku lagi pusing. Aku sedang ada masalah dengan Riris. Maafkan aku karena kamu jadi terkena imbas dari masalah aku"
Hanya Suci baca. Dicampakkan ponsel di sofa samping tempat tidur. Lalu ia pun tertidur.
***

Rapat dimulai pukul 10. Saat memasuki kantor ia melihat Alex berjalan menuju arah kantin. Ingin rasanya Suci menyusul Alex meminta maaf atas sikap kasarnya kepada Alex. Tapi ia batalkan. Ia teringat bahwa ia belum menyiapkan berkas yang mau dibawa ke ruang rapat.

Jam sepuluh Suci sudah ada di ruang rapat bersama para direksi kantor.
Rapat berjalan normal. Tiba saatnya Alex mempresentasikan prestasi kantor cabang yang dipimpinnya.
Suci terpana melihat sikap Alex yang jauh berbeda saat berdua dengannya. Disini Alex terlihat sangat berwibawa, tegas dan berkarisma.

Suci terpana. Lalu hatinya berkata.
"Kalau menurut cerita bu Dewi selama lima tahun ini ia gak mendekati wanita manapun. Terus ia tiba - tiba mendekatiku. Apakah aku sebegitu mempesonanya dimata Alex. Iiihh kok jadi deg - degan gini ya lihat si Alex"
Tanpa Suci sadari ia tersenyum sendiri kala melihat Alex presentasi.
"Ehem!! Maaf bu Suci. Apa ada hal yang salah? Kenapa ibu dari tadi senyum - senyum melihat saya? Apa saya terlalu mempesona dimata ibu"
Seketika Suci merasa malu. Seluruh mata memandangnya. Suci jadi salah tingkah.
"Enggak ada apa - apa pak. Silahkan dilanjutkan" Suci bicara gugup.
"Sialan nih Alex. Buat malu aja, di rapat resmi begini masih bisa usil sama aku" gerutuk hati Suci.

Rapat pun selesai. Suci segera keluar kantor. Rasa malu masih menjalar ditubuhnya. Apa lagi beberapa para direksi tersenyum - senyum setengah mengejek ke arah Suci karena keusilan Alex.
Suci membanting berkas dimeja kantornya. Kesal terasa dihati karena ulah Alex.

"Ini orang gak boleh dikasi hati ya. Baru aja aku kagum sebentar eehhh udah dibuat kesal lagi emang dasar ngeselin si Alex" Suci mengomel didalam ruangannya.
"Aaahhh aku butuh ketenangan"Sucipun melangkah menuju kantin.
Saat dikantin ponsel Suci kembali berdering.
"Indra" lemah Suci memandang layar ponsel. Ia pun melangkahkan kaki menuju ruangan bu Dewi.
"Permisi bu"
"Iya Ci. Mari masuk. Ada apa Ci. Mau bahas soal Alex?" Bu Dewi tersenyum usil.
"Bukan bu. Bu Suci mau nanyain rumah dinas yang di jalan kutilang. Apa masih kosong bu?"
"Iya masih kosong Ci. Pak Budi lebih memilih tinggal dirumah nya sendiri. Gak jadi tinggal di rumah dinas. Ada apa Ci?"
"Maaf bu, kalau ibu ijinkan. Boleh tidak rumah itu saya yang tempati?"
"Boleh aja Ci, dari pada kosong, nanti kamu minta aja kuncinya dengan pak Parman".
"Kalau boleh besok langsung saya tempati bu"
"Iya terserah kamu Ci. Kamu bebas mau kapanpun menempatinya" sahut bu Dewi.
"Saya langsung permisi dulu ya bu. Mau ngabarin Uwi biar kemas - kemas seadanya. Terima kasih banyak ya bu"
"Iya sama - sama Ci"

Sucipun berlalu. Ia menelpon Uwi di depan ruangan kantornya.
"Wi, kamu tolong kemas baju - baju kamu, anak - anak sama baju mbak ya Wi. Mulai besok kita pindah. Terus kalau ada Indra datang jangan bukain pintu. Cuekin aja. Itu aja pesan mbak. Makasih ya Wi" Suci menutup telponnya ia merasa gelagat Indra mulai tak aman.

Saat berbalik badan Suci tekejut. Hampir saja ia menabrak sesosok tubuh manusia.
"Pak Alex! Nagapain disini?!"
"Mau ketemu calon istri, boleh kan?"
Mata Suci melotot kesal ke arah Alex.
"Ci, nanti pulang bareng aku ya?"
"Maaf pak, lain kali aja. Saya permisi masuk keruangan dulu ya.hasil rapat tadi belum saya rekap"
Sucipun berlalu meninggalkan Alex sendiri.
***

Sebelum pulang kantor Suci menelpon Uwi.
"Wi, udah kamu kemas semua pakaian nya?"
"Udah mbak?"
"Ada Indra datang gak?"
"Gak ada nih mbak"
"Malam ini kita langsung pindah gak apa kan Wi?"
"Gak apa sih mbak"
"Oke Wi, mbak ambil kunci dulu ya, habis itu mbak langsung pulang"
"Iya mbak hati - hati ya"

Suci pun berjalan tergesa menabrak seseorang.
"Nah pasti kamu lapar kan? Yuk kita makan dulu"
Lagi - lagi Alex muncul di hadapan Suci.
"Maaf pak saya sedang buru - buru"
"Mau kemana Ci?"
"Mau pulang pak"
"Saya antar ya Ci"
"Gak usah pak makasih"
"Ci,, please..." Alex memegang tangan Suci dengan wajah penuh harap.
"Aku janji gak ngomong sepatah katapun, gak buat kamu kesal. Aku gak macam - macam. Aku cuma ngantarin kamu. Boleh ya Ci?" Alex merayu Suci.
"Oke saya bolehkan pak Alex antar saya dan saya pegang janjinya. Kalau pak Alex ingkar maka jangan pernah dekati saya lagi " Suci berkata tegas dengan Alex.

Bersambung #7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER