Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Selasa, 15 September 2020

Suci #7

Cerita bersambung

Akhirnya Suci pulang di antar oleh Alex. Sepanjang perjalanan Alex memegang kata - katanya. Ia diam tak ada mengeluarkan suara sepatah katapun.

"Kok jadi kikuk gini ya, aduh deg - degan banget. Kok Alex gak ngomong sih... " batin Suci.
Suci mencuri - curi pandang wajah Alex yang terpantul remang - remang cahaya lampu jalanan (jam pulang kerja Suci jam 6 sore).

"Ehem" Alex berdehem.
Detak jantung Suci mendadak berdetak lebih cepat. "Apa dia tau ya aku mandangin dia, benaran memegang janji juga nih orang. Eeeemmm apa aku yang mulai ngomong duluan? Tapi mau ngomong apa ya??" Suci galau disepanjang perjalanan.


Akhirnya sampai juga ia dirumah.
"Boleh aku ngomong?" Akhirnya Alex bicara.
"Apa?"
"Boleh aku singgah kerumah kamu?"
"Tapi aku langsung mau pergi lagi?"
"Boleh aku ngomong?" Kembali Alex bertanya.
"Apa?"
"Mau kemana?"
"Mau pindah?"
"Boleh aku ngomong lagi?"
"Apa!" Nada suara Suci mulai naik satu oktaf.
"Boleh aku bantu?"
"Gak boleh!"
"Boleh aku ngomong lagi"
"Apa!!!" Nada Suara Suci makin terdengar kesal.
"Kamu cantik banget Ci" kata Alex.

Seketika Suci terdiam. Kesal plus senang. Jantung Suci seketika dag dig dug gak jelas. Badannya terasa panas dingin. Sebisa mungkin Suci menahan senyum bahagianya nya dipuji Alex.

"Boleh aku ngomong lagi?" Kembali Alex berkata.
"Iya" nada bicara Suci berubah lembut. Alex tersenyum memandang Suci.
"Aduuuhhh senyummu Lex.. buat aku salah tingkah" kata hati kecil Suci.
"Aku bantuin ya pindahannya?" Tawar Alex.
Reflek Suci mengangguk seraya tersenyum. Tapi habis itu hatinya menghujat keputusannya.
"Eeehhh mudah benar sih kamu Ci ditaklukin" kata hatinya yang sebelah kiri.
"Tapi aku terlanjur terpesona" kata hatinya yang bagian kanan.
"Udah - udah.. udah terlanjur. Cepatan berkemas sebelum Indra datang" tiba - tiba otaknya Suci melerai pertengkaran hati bagian kiri dan kanan Suci.

Suci pun mempersilahkan Alex masuk kerumah. Anak - anak Suci menyambut gembira kedatangan mama nya.
"Ci.. boleh aku ngomong sama anak kamu?" Kata Alex.
Suci hanya mengangguk lalu masuk mengecek barang - barang yang mau dibawa.

Tak lama Suci kembali keluar dengan membawa koper. Alex dengan sigap membantu Suci membawa koper ke mobil. Hanya beberapa koper. Itupun pakaian yang Suci beli dari hasil kerjanya. Sedangkan pakaian yang dibeli hasil uang Indra tak Suci bawa.

Saat koper terakhir masuk kedalam mobil Alex. Mobil Indra datang. Suci segera menyuruh Uwi masuk kemobil Alex bersama anak - anaknya.
"Mau kemana kamu!" Tanya Indra.
"Mau jalan - jalan mas"
Indra lalu memandang Alex.
"Ini siapa?"
"supir taxi. Mas maaf tapi aku buru - buru"
"Aku ikut Ci!"
"Maaf mas gak bisa.  Aku mau ketemu teman - teman wanitaku. Nanti aja mas" Suci melangkah meninggalkan Alex.
"Ayo pak cepatan. Saya udah telat ditunggu teman - teman" Suci memberi kode tatapan mata kepada Alex. Berharap Alex mengerti. Dan syukurnya Alex memang lelaki pintar. Ia langsung mengerti kode dari Suci.
"Ci!!!" Terdengar teriakan Indra memanggil Suci. Tapi mobil Alex segera melaju.

Indra sangat curiga. Gimana gak curiga. Mobil taxi online-nya sangat berkelas dan pastinya mobil mmuuaaahhaaalll.. ya iya laaahh kepala cabang perusahaan level internasional.

Akhirnya Indra membuntuti mobil Alex. Suci sudah curiga.
"Mobil Indra ngikutin kita" Suci berkata kepada Alex.
Alex tak tahu situasi keadaan saat ini. Tapi ia mengerti. Pasti Suci sedang berada pada hal yang sulit.
"Kita mutar - mutar dulu. Mengecoh mobil yang membuntutin kita" Alex memberi saran kepada Suci.
"Mana menurut kamu baik" kata Suci.

Alex dengan lincah menyalit kendaraan didepan. Setelah dirasa berjarak dari mobil Indra. Lalu Alex mebelokan mobilnya, segera ia melajukan kendaraan lebih kencang. Tikungan pertama dilewatinya. Saat tikungan kedua Alex berbelok.

Suci, Uwi dan kedua anak Suci merasakan ketegangan dibawa ngebut oleh Alex. Alex menoleh kebelakang.
"Aman Ci" Alex berkata dan tersenyum kepada Suci. Suci tersandar lemah dikursi.
"Anak - anak maafin papa Ale udah bawa kalian ngebut" Alex berkata kepada anak Suci.
Suci menatap tajam wajah Alex. Alex tersenyum lalu membuat gerakan seperti menyereting mulutnya.
"Boleh ngomong gak?" Alex bertanya.
"Apa" judes Suci menjawab.
"Kita singgah makan dulu yuk"
" Mauuu mamam!!" Haikal berteriak.
"Gimana Ci??" Alex menunggu jawaban Suci.
"Terserah kamu" jawab Suci.
"Oke kita ketempat makan yang ada mainan anak - anaknya yaa,, kalian mau kan?" Tanya Alex kepada anak - anak Suci.
"Hooreeeee" sorak Buya dan Haikal. Suci tersenyum kecil melihat keceriaan buah hatinya. Alex melirik Suci. Tak berani banyak bicara. Sudah terlanjur janji. Dari pada nanti ia tak bisa lagi bertemu dengan Suci. Nahan rasa dulu lah. Begitu pukir Alex.
***

Tibalah Suci dirumah dinas. Ia membuka pintu rumah. Rumah yang terbilang besar dan mewah.
Suci dibantu Alex menurunkan koper pakaian. Lalu menyuruh Uwi untuk menidurkan anak - anak.
"Asli yaa, dari tadi dijalan gak ada ngomong sama sekali" Suci berkata dalam hati sambil melirih tubuh Alex.
"Ci, apa aku udah boleh ngomong bebas?" Tanya Alex.
Suci tertawa melihat exspresi Alex yang memelas sedih.
"Iya udah boleh" jawab Suci.
"Aaahhh syukurlah. Kamu tau gak Ci, dari tadi aku tuh udah gak sanggup diamin kamu? Aku tahu hatimu tersiksa karena tak mendengar suaraku serta ocehanku"
"Mulaiiii dech" jawab Suci sambil menyengirkan bibirnya.
"Kita duduk diluar aja ya Lex" ajak Suci.
Alex mengangguk dan duduk diteras rumah.

Terdengar ponsel Suci berdering. Suci melihat ponsel. Panggilan dari Indra. Segera Suci pakai mode silent di ponselnya. Lalu ia lanjut mengobrol dengan Alex.
"Ci"
"Eemm" jawab Suci sambil memperhatikan lingkungan tempat tinggalnya yang baru.
"Kita nikah yuk" ajak Alex

Melotot mata Suci memandang Alex. Tapi yang Suci temukan wajah serius Alex tengah memandangnya menunggu jawaban Suci.
"Ci, aku serius"

Suci tak bisa berkata. Mau dijawab apa pertanyaan Alex.
Gak mau???? Tapi Suci gak muna ada rasa yang berbeda dihatinya yang tak ingin jauh dari Alex.
Atau langsung jawab mau???? Iiihhh gak banget dech. Kesannya murahan banget. Baru kenal langsung mau di ajak nikah. Suci gak sengebet gitu juga kaleee. Hehehehe

Suci hanya diam. Memandang tajam wajah Alex.
"Ci, jangan gitu mandangnya. Aku makin klepek - klepek dibuat nya" alex lanjut berkata.
"Gak ada tema lain apa ya Lex obrolan kita?" Tanya Suci.
"Gak ada Ci, dihidup aku sekarang temanya tentang hidup bersama kamu"
"Aaahh mulai lagii kan. Udah dech kamu pulang aja. Gak asik ngobrolnya" Suci mengusir Alex.
"Aku serius Ci"
"Mau serius dua rius kek pokoknya gak asik" jawab Suci.
"Nanti aku bawa orang tua aku ya buat lamar kamu"
Suci hanya memberikan tatapan melotot ke arah Alex.
"Tapi jangan ditolak yaa" Alex tersenyum ke arah Suci.
Susah payah Suci mengatur gejolak dihatinya yang Susah diutarakan.
"Alex, aku mau istirahat boleh gak, udah terlalu malam?" Tanya Suci.
"Iya Ci, istirahat lah. Jangan terlalu capek. Aku pamit dulu. Segera hubungi orang tuamu. Bilang bahwa anaknya yang cantik ini akan segera dilamar" Alex berlalu sambil tersenyum mesra kearah Suci. Hampir saja Suci meleleh dibuatnya.

Begitu Alex pergi ada rasa sesal dihati. Pengennya lebih lama lagi berduaan bersama Alex. Tapi ya syudahlaaahh.
Suci segera masuk ke kamar. Kamar barunya. Ia memperhatikan setiapbsudut kamar. Lalu berbenah diri bersiap untuk tidur.

Malam ini Suci kesusahan untuk tidur. Padahal tadi sebelum sampai di rumah ada rasa kantuk yang luar biasa terasa. Ia gelisah memikirkan kata - kata Alex.
"Apakah Alex serius. Apa mungkin Alex bisa menerima aku yang berstatus dua anak? arrgghhtt aku jadi ikutan berfikir jauh tentang Alex" Suci salah tingkah ditempat tidur. Lalu munutup wajahnya dengan bantal.

Ciiieee Suci lagi galauuu...

==========

Suci melihat jam saat terbangun. Ia kesiangan. Bergegas ia berkemas bersiap ke kantor. Tak dilihatnya Buya dan Haikal di ranjang tidur namun terdengar kedua anaknya bermain di luar kamar.
Suci tersenyum mendengar suara kebahagiaan anak - anaknya bermain ditempat tinggal yang baru, yang lebih luas dari rumah sebelumnya.

Saat keluar kamar Uwi menegur.
"Mbak mau kemana?"
"Ya kerja lah Wi?"
"Hari libur juga kerja mbak?" Tanya Uwi lagi.
"Libur" Suci balik bertanya
"Iya kan hari ini tanggal merah"
Suci menepuk jidatnya. Lalu tertawa. Dan segera kembali ke kamar berganti pakaian rumahan.

Saat keluar kamar.
"Wi, kita belanja perabotan yuk? Coba kamu cek apa aja yang kita butuhin"
"Udah mbak. Sebelum mbak suruh udah aku cek. Disini gelas, piring sangat minim jumlahnya. Sama perlengkapan masak mbak" jawab Uwi.
"Jadi kita belanja itu aja ya buat hari ini. Kamu ada masak gak wi?"
"Tadi aku beli jadi aja mbak. Diujung jalan ada kantin sarapan. Aku ada beliin mbak nasi uduk tuh. Mbak makan aja dulu. Anak - anak udah aku suapin tadi"
"Ya udah mbak makan dulu ya Wi"
Suci pun berjalan ke arah meja makan. Selama makan ia kembali teringat kata - kata Alex. Aaahhh hatinya kembali berdetak tak karuan.

Selesai makan ia kekamar mengambil ponselnya. 57 tujuh kali panggilan tak terjawab.
Panggilan dari Indra. Suci menghembuskan nafas.
Suci sadar tak bisa selamanya ia menghindar atau lari dari Indra. Walaupun awalnya Indra yang terlebih dahulu meninggalkannya.
"Wi, belanjanya kita undur aja ya sore atau malam. Siang ini mbak keluar dulu kamu tolong jagain anak - anak. Makan siang pesan via ojek aja ya?"
"Iya mbak" jawab Uwi singkat sambil bermain bersama Buya dan Haikal.
Suci menuju kamar. Ia menelpon balik Indra.
"Halo mas"
"Kamu kemana Ci! Aku telepon gak kamu angkat!" Indra berkata kasar
"Maaf mas. Tapi bisakah kita ketemu siang ini di cafe jalan Sepakat"
"Aku jemput kamu!"
"Gak usah mas. Kita langsung ketemu di sana saja" Suci menutup sambungan teleponnya.

Suci menarik nafas dan menghembuskan dengan cepat. Terasa ada keringat ditelapak tangannya menahan gejolak dihatinya terhadap Indra.
***

Saat tiba di cafe Suci melihat Indra telah duluan sampai. Suci mengenakan baju semi dres dan rambut sedikit di ikal dan dibiarkan terurai. Indra tersenyum melambaikan tangan ke arah Suci. Tanpa senyum Suci melangkah ke arah Indra.

Suci duduk dihadapan Indra.
"Cantik sekali kamu Ci" puji Indra.
"Ci, aku telpon berkali - kali kenapa gak kamu angkat?"
"Mas, langsung aja aku bicara ke inti nya ya mas" Suci berkata dengan nada serius.
"Mas, kamu udah meninggalkan aku dan sudah hampir tiga bulan ini  kita sudah resmi berpisah. Aku mohon jangan lagi ganggu hidupku"
"Tapi Ci, bukannya kamu cinta sama aku" rayu Indra.
"Itu dulu mas, sebelum rasa itu kau musnahkan dihatiku"
"Ci, aku minta maaf. Aku sudah coba untuk memperbaikinya. Aku malahan ada rencana untuk kita rujuk kembali Ci, aku sadar hanya kamu yang aku cintai Ci" Indra berkata sambil berusaha menggenggam tangan Suci. Tapi Suci menghindar.
"Mas, aku gak bisa. Perlakuanmu terhadapku dulu sangat menyiksa. Sekarang aku merasakan kebebasan. Aku tak mau terjerat dihidup yang penuh keterbatasan dan tidak sedikitpun pengabdianku serta Cintaku kepadamu kau hargai mas"
"Ci, aku minta maaf. Aku bodoh Ci. Aku janji akan berubah menjadi suami yang baik buat kamu dan anak -anak kita Ci" bujuk Indra.
"Maaf mas aku gak bisa"
"Kamu masih boleh bekerja Ci, aku gak ngelarang kamu buat bekerja. Asal kamu kambali sama aku Ci?"
"Kembali???? Aku gak kemana - mana mas kamu yang pergi meninggalkan aku dan anak - anak" Suci berkata sinis.
"Ci, ayolah kita mulai lagi dari awal semuanya"
"Riris? Bagaimana dengan Riris?"
"Riris gampang Ci, aku dengan Riris masih nikah siri. Tinggal aku talak selesai urusan aku dengan Riris" Indra berkata dengan yakin tanpa memakai hati nuraninya.
Suci tersenyum mendengar kata -kata Indra.
"Gampang bagi kamu mas. Tapi maaf aku tak bisa lagi bersama kamu. Aku mohon jangan ganggu hidupku lagi. Aku permisi. Semuanya ini biar aku yang bayar" Suci berdiri dan melangkah meninggalkan Indra.

Indra berlari mengejar Suci. Lalu memegang tangan Suci.
"Ci, aku mohon maafkan aku Ci. Apapun aku lakukan demi mendapatkan maaf darimu Ci" tanpa Suci duga Indra terduduk dengan tangannya yang masih menggenggam tangan Suci.
"Bangun mas! Aku malu dilihatin orang" pinta Suci.
"Aku gak mau bangun sebelum kamu maafin aku Ci" rengek Indra.

Dengan sekuat tenaga Suci melepaskan genggaman tangan Indra. Lalu ia berlari keluar. Memasuki taxi yang terparkir didepan cafe.
"Pak cepatan jalan pak" kata Suci.
Taxi pun berjalan menjauh.
"Kemana kita bu?" Tanya supir taxi.
"Ikutin aja petunjuk saya pak" Suci melihat kebelakang. Belum terlihat ada mobil Indra mengikuti. Suci sedikit lega.
"Pak belok kanan"  taxi berbelok ke kanan.
"Saya berhenti dimini market depan ya pak"

Lalu Suci keluar terburu - buru. Menyembunyikan diri di dalam mini market sambil melihat ke arah luar. Saat taxi Suci.berlalu tak berapa lama terlihat mobil Indra menyusul taxi yang Suci naiki tadi.
Segera Suci memesan taxi online, tak menunggu waktu lama taxi pun datang. Sucipun menuju arah pulang sambil sesekali melihat ke arah belakang mobil.

Sampai dirumah Suci disambut Buya dan Haikal.
"Lama ya nungguin mama. Maaf ya para kesayangan mama. Yuk siap - siap kita pergi jalan - jalan"
Buya dan Haikal bersorak gembira.
Merekapun pergi keluar menuju mall terdekat.

Memasuki supermarket yang berada di mall memilih perabotan yang dibutuhkan dirumah baru, serta beberapa cemilan juga mainan buat Buya dan Haikal.
Suci terkenang saat bersama Indra. Untuk pergi kewarung depan dia harus meminta dulu uang dari Indra, jika tak diijinkan maka Suci tak bisa membeli keperluan yang ia butuhkan.
"Akuuu? Kembali bersama kamu. Gak bisa mas. Saat seperti ini sudah sangat membahagiakan hidupku. Aku bisa tanpa kamu mas. Sangat bisa" begitu kata hati Suci.

Setelah dari supermarket mereka singgah makan direstoran yang ada di mall. Selesai makan mereka memutuskan berjalan - jalan dulu keliling mall sebelum pulang.
"Alex" Suci bergumam melihat sosok Alex bersama perempuan muda. Mungkin usia anak kuliahan. Segera Suci memutar balik. Mengajak anak - anak serta Uwi menghindar bertemu dengan Alex. Sepertinya Alex tak menyadari adanya Suci disekitarnya.
Ada perih serta rasa cemburu yang membakar hati Suci.

Disaat ia sudah membuka hatinya untuk Alex. Tapi ia melihat kenyataan menyakitkan. Alex berjalan bersama wanita muda lain sambil berangkul mesra. Apalah seorang Suci yang singel parent beranak dua. Ingin rasanya menangis saat itu juga. Tapi keadaan tak memungkinkan.
"Wi, kita langsung pulang aja ya" kata Suci
"Iya mbak"
Mereka pun langsung pulang kerumah.
***

Esok paginya saat dikantor. Suci tak menemukan Alex. Iya Alex telah kembali bekerja di kantor cabang.
Seharian Suci merasakan kegundahan hatinya. Ingin rasanya ia marah dan bertanya siapa wanita itu, serta apa maksud perkataan Alex malam itu.
Tapi tak mungkin ia marah - marah kepada Alex, sedangkan status Suci bukan siapa - siapa Alex. Suci memandang ponselnya. Bahkan nomor telepon Alex pun ia belum punya.
Suci mendengus kesal. Berusaha menghilangkan pikiran tentang Alex dan kejadian kemaren melihat Alex bersama perempuan lain. Haruskan ia kembali terluka oleh cinta?? Suci menggelengkan kepala.
"Ayo Ci, dia bukan siapa - siapa. Untuk apa kau bersedih" kata hati kecil Suci.
***

Saat pulang kantor, ia berdiri di pintu keluar kantor sambil menunggu taxi pesanannya. Terdengar Suara klakson mobil berkali - kali. Suci memandang arah suara.
"Mas Indra?" Ngapain disini.
Terlihat Indra melambaikan tangan memanggil Suci. Tak Suci hiraukan. Suara klakson terdengar semakin jadi. Membuat orang - orang sekitar menjadi risih. Mau tak mau Suci menghampiri Indra.
"Mas, kamu ngapain sih!"
"Aku jemput kamu Ci"
"Mas, aku udah bilang jangan lagi kamu ganggu hidup aku mas!"
"Ci, tadi malam aku kerumah. Kamu udah pindah?"
"Bukan urusan kamu!"
"Ci.. ayolah kita perbaiki semuanya. Aku janji bakalan jadi suami terbaik  buat kamu" pinta Indra.
"Mas, aku bilang gak bisa mas. Aku sudah nyaman dengan hidupku yang sekarang"
"Ci, apa sudah ada pria lain sehingga kamu menolak aku?"
" Itu bukan urusan kamu lagi. Kalaupun ada pria lain aku sudah resmi berpisah dan aku berhak memilih jalan hidupku sendiri"
"Ci beri aku kesempatan Ci, aku mohon" Indra keluar dari dalam mobil dan kembali terduduk dihadapan Suci memohon agar Suci kembali kepada Indra.
"Maaf mas aku gak bisa. Mas ingat apa yang sudah mas lakukan selama kita bersama? Aku sangat mencintaimu mas, sangat!  Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu khianati aku. Kamu bermesraan dengan perempuan lain di depan mata aku" Suci berkata seraya menangis
"Ci, aku mohon maafin aku Ci, aku salah Ci, aku khilaf. Aku menelantarkan istri yang begitu baik seperti kamu. Ci apapun aku lakukan agar kamu kembali kepada aku ci" Indra berkata sambil menangis.

Terdengar suara telpon masuk.
"Iya halo"
"Mbak yang mana, saya sudah di depan kantor" teedengar suara supir taxi menelpon Suci.
"Iya saya kesana ya" Suci.
Suci melepaskan genggaman Indra. Lalu meninggalkan Indra yang berteriak memanggilnya. Tak Suci hiraukan. Biarlah orang - orang memandang aneh ke arah mereka.
***

Saat malam Suci bersantai bersama Buya dan Haikal. Terdengar ketokan pintu.
Uwi berjalan ke arah pintu. Tak lama Uwi kembali. Berbicara kecil ke arah kuping Suci.
"Mbak. Didepan ada pak Alex"

Bersambung #8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER