"Mbak yang ngetok pintu pak Alex" bisik Uwi.
Tak berapa lama terdengar suara mobil pergi menjauh. Uwi membuka pintu.
"Aman mbak udah pulang pak Alexnya"
"Kamu bilang apa Wi?"
"Aku bilang aja mbak udah tidur"
"Terus Alex bilang apa?"
"Gak bilang apa - apa langsung pulang gitu aja" kata Uwi.
Suci menarik nafas dalam. Sementara Uwi balik lagi keruang tengah menemani Buya dan Haikal.
Suci melangkah keluar rumah. Menikmati malam dihalaman rumah dinas nya. Halaman yang asri dengan diterangi sinar rembulan.
Hati suci jadi galau akibat ulah Alex. Ingin rasanya segera mencari tahu maksud Alex mengajak Suci menikah. Apakah hanya candaan? Kalau pun serius tapi siapa perempuan itu?
"Aku harus mencari tahu siapa Alex. Sebelum hatiku sepenuhnya terbuai oleh Alex" Suci bergumam.
Ia melangkah masuk kedalam rumah lalu tertidur.
***
Esoknya dikantor kembali ia tak menemui Alex.
( Ya iya lah Ci,, kamu dan Alex kan beda kantor)
"Apa ia masih ada lelaki setia seperti cerita bu Dewi. Setelah kematian istri dan calon anaknya Alex tak membuka hati kepada wanita manapun? Terus wanita kemaren. Aahh mungkin bu Dewi gak tau aja sifat aslinya Alex" Suci melamun memikirkan Alex.
Ponsel Suci berbunyi. Kembali Indra menghubungi Suci.
"Mas apa sih mau mu mas. Gak bisa apa ya kamu ikhlas melihat aku bahagia sekarang ini?!" Suci berkata kesal sambil melihat layar ponselnya.
"Makanya dulu - dulu waktu aku bersama kamu disayang dong mas, sekarang udah kamu lepasin eehh kamunya malah balik ngejar - ngejar aku. Kamu gak sadar perbuatan apa yang sudah kamu lakukan. Gak tau diri banget sih kamu mas" kembali Suci berbicara dengan layar ponselnya.
"Ngomel aja Ci" tiba - tiba ada yang menegur Suci.
"Surya! Kaget aku"
"Aku ketokin ruangan kamu berkali - kali gak ada jawaban. Sampai berdiri didepan kamupun, kamu gak sadar akan kehadiranku. Ckckckckc sibuk amat ya ibu satu ini" kata Surya.
(Ingat kan Surya teman lama Suci yang membantu proses perceraian Suci dan Indra)
"Kamu ngapain disini Sur?"
"Aku tadi ketemu sama klien di lantai tujuh. Sekalian aja aku singgah keruangan kamu. Udah lama juga kita gak ketemu kan Ci?"
"Iya terakhir waktu kamu antarin akte cerai aku. Makasih banyak ya Sur bantuannya"
"Sama - sama Ci. Kamu sendiri ngapain ngomelin hp. Memang tu hp ada salah apa? Tanya Surya.
"Ini lho Sur, Indra sekarang mengganggu banget dihidupku, ngajakin rujuk" curhat Suci.
"Terus??"
"Aku gak mau lah Sur. Aku udah menikmati kehidupanku yang sekarang. Walaupun rasa cinta ini masih ada. Tapi aku juga gak mau hidup penuh tekanan bathin"
"Kamu udah coba ngomong ke Indra?"
"Udah. Beberapa hari yang lalu. Ketemuan di cafe. Eehh besoknya dia datang ke kantor. Dihalaman parkir nangis - nangis minta rujuk" cerita Suci.
"Baru dech dia nyesel udah lepasin berlian yang berharga" Surya tertawa kecil.
"Sedih aku kalau ingat mas Indra. Kalau kamu yang nilai apa coba kurangnya aku Sur? Seluruh hidup serta hatiku sudah aku serahkan sama Indra" Suci berkata sedih.
"Kamu gak ada kurangnya Ci. Indra aja yang bodoh. Sangat bodoh. Kalau kamu jadi Istri aku. Aku jamin kamu gak akan pernah sedikitpun bersedih apa lagi menangis" sahut Surya
"Iya pasti istri kamu beruntung banget punya suami kayak kamu Sur" Suci berkata tersenyum.
"Sebentar lagi jam pulang kantor Ci, kita pulang bareng yuk. Sekalian singgah makan. Sudah lama kan kita gak jalan bareng?"
"Sangat lama. Terakhir kan waktu kita sama - sama singel" Suci tertawa.
Kembali ponsel Suci berdering.
"Tuh kan. Indra nelpon lagi. Aku takut Indra udah nunggu lagi dihalaman parkir"
"Ya udah nanti pulang lewat basement aja. Aku jemput kamu di pintu basement"
"Ide bagus tuh. Biasanya kan aku keluar langsung lewat pintu depan" Suci tersenyum lega mendengar ide Surya.
***
Suci dan Surya pun pulang bersama. Mereka singgah disebuah restoran mewah.
"Ngapain kita kesini Sur. Coba cari tempat yang lebih asik. Kurang enak ngobrol ditempat makan yang formal begini" protes Suci.
"Gak apalah Ci, aku sengaja mencari tempat makan yang romantis buat kita berdua" kata Surya.
"What!!! Romantis??? Mulai ngaco dech si Surya" pikir Suci.
Tapi akhirnya Suci mengikuti pilihan Surya. Setelah Surya membujuk Suci dengan sedikit memaksa.
"Kamu pesan apa Ci?" Kata Surya.
"Samain aja dengan kamu Sur" jawab Suci malas.
"Oke" kata Surya singkat lalu berbicara dengan pramusaji resto memesan makanan buat mereka berdua.
"Ci.." Surya berkata dan dengan tiba - tiba menggenggam tangan Suci. Reflek Suci menarik tangannya.
Ditatapnya wajah Surya dengan tatapan tak suka.
"Maaf Ci. Aku gak bisa menahan rasa ini. Sedari dulu aku sudah sayang sama kamu Ci. Apa kamu gak pernah menyadari perhatian aku ke kamu?"
"Sur.."
"Ci, aku yang selalu ada buat kamu. Tapi kenapa kamu lebih respon sama Indra. Aku yang jelas - jelas lebih dahulu mencintai kamu"
"Cukup Sur" hampir saja Suci berteriak.
"Sur. Aku kecewa dengan kata - kata kamu malam ini. Kamu sadar gak dengan perkataanmu ini bisa merusak persahabatan kita?"
"Ci, rasa ini lebih dari sahabat Ci"
"Sur. Aku sudah anggap kamu sahabat terbaik aku. Aku kecewa sama kamu Sur?"
"Ci, apa salah aku mencintai kamu?"
"Salah. Sangat salah. Kamu sudah ada istri Sur. Anak - anakmu? Gila kamu ya Sur"
"Ci, tidak bisakah kau membuka hati untuk ku sedikit Ci, beri aku ruang dihatimu Ci?"
"Membuka hati untuk kamu?? Kamu sadar gak Sur? Kamu sudah beristri. Kalau kamu seperti ini apa bedanya kamu dengan Indra?"
"Aku kecewa sama kamu Sur. Maaf aku permisi. Jangan bawa aku kedalam kehidupan rumah tangga kamu. Aku bukan pelakor Sur!!" Suci melangkah cepat meninggalkan Surya.
Kesal terasa dihati Suci. Bisa - bisa nya Surya begitu. Bukannya lebih baik mereka bersahabat. Tidak bisakah Surya menghargai persahabatan yang telah mereka jalin sedari SMP. Tidak kah Surya berfikir sikap yang ia ambil bisa merusak persahabatan mereka.
"Sur, aku kecewa dengan kamu Sur" Suci berkata didalam hati.
***
Saat tiba dirumah Suci langsung masuk ke kamar setelah menyapa Buya dan Haikal.
Suci terduduk didepan cermin meja riasnya.
Sambil memandangi wajahnya.
" Kenapa di saat begini malah hadir pria yang mati - matian mengejar cintaku. Apakah mereka mengejarku karena rupa ku yang sekarang. Apa karena make up yang selalu aku kenakan? Bahkan pria beristripun bisa melupakan istrinya karena wajah ku sekarang ini" Suci berkata sambil mengelus wajahnya.
"Mas Indra. Hanya kamu yang terima aku apa adanya mas. Tapi kenapa kau khianati aku mas?" Kembali Suci menangis.
Suci akui. Hanya Indra pria tampan yang menjadikannya pacar. Cinta Suci ke Indra tak bertepuk sebelah tangan. Dikala itu saat Suci masih berpenampilan apa adanya dan terkesan cuek Indra melamarnya.
"Sur, kalau benar sedari dulu kamu Cinta aku. Kenapa tak kau utarakan? Aku dulu juga punya rasa dengan kamu Sur. Kenapa mesti sekarang. Dikala engkau telah beristri dan kamu meminta ruang dihatiku, gila kamu Sur. Apa karena tampilanku yang sekarang?" Suci berkata kepada bayangannya dicermin.
"Dan sekarang persahabatan kita rusak gara - gara kebodohanmu Sur, aku kecewa dengan kamu Sur. Kamu bukan lagi sahabat yang aku kenal" Sedih Suci mengingat persahabatannya dengan Surya telah berakhir.
"Alex" pikirannya kembali teringat ke Alex.
"Aaaahhhh,, apalagi Alex. Kalau ia melihat rupaku yang lalu mungkin ia tak akan mengejarku" Suci menarik nafas panjang. Matanya terasa perih setelah menangis.
"Hanya kedua jagoanku. Yang menerima aku apa adanya" tersenyum Suci ke arah cermin. Segera disapu sisa - sisa air mata di pipi. Ia ke kamar mandi membersihkan diri. Lalu keluar melepas rindu seharian tak bertemu buah hatinya.
***
Esoknya saat memasuki kantor. Orang - orang melihat aneh ke arah Suci. Tak Suci hiraukan. Ia terus melangkah menuju ruang kerjanya.
Saat ia sibuk bekerja bu Dewi datang.
"Ci..? Kamu kenapa? Sakit?" Tanya bu Dewi.
"Enggak bu. Aku sangat sehat" kata Suci.
"Kamu ada masalah Ci?" Kembali bu Dewi bertanya heran.
"Gak ada bu? Ibu kenapa sih" Suci menjawab sambil tersenyum.
"Kenapa tampilan kamu begini Ci"
Bu Dewi heran dengan tampilan Suci yang polos tanpa make up serta kembali memakai kaca mata tebalnya.
"Bu aku merasa lebih aman berpenampilan begini bu"
"Maksud kamu?" Tanya bu Dewi.
"Aku merasa karena tampilanku yang cantik mantan suamiku kembali mengejar aku. Bahkan pria beristri pun menggoda aku" Suci berkata dengan nada lemah.
"Ci... Itu bukan salah kamu. Intinya kamu berpenampilan cantik bukan untuk menggoda kan?"
"Bukanlah bu" Suci berkata sambil tersenyum.
"Apalagi sekarang kamu kepala divisi. Sering bertemu dengan banyak para pejabat di perusahaan lainnya. Kamu wajib jaga penampilan kamu. Penampilan kamu juga cermin perusahaan kita" jelas bu Dewi.
"Maaf bu" Suci bicara tertunduk.
"Ya udah untuk hari ini kamu nikmati aja dulu penampilan kamu ya. Besok jangan begini lagi. Apalagi besok ada rapat dengan dewan kantor"
"Baik bu. Terima kasih nasihatnya bu" Suci berkata sambil tersenyum.
Bu Dewi pun berlalu menuju pintu keluar ruangan Suci.
"Alex.. ngapain disini" tiba - tiba bu Dewi berkata dengan nada terkejut.
"Mau ketemu calon istri bu. Kangen udah berapa hari gak ketemu" jawab Alex.
"Ya udah sana. Tuh calon istrimu lagi kerja. Jangan terlalu diganggu"
"Siap bu bos" Alex menjawab.
Hati Suci berdebar tak karuan. Mendengar suara Alex.
"Kenapa tiba - tiba rasanya gak pd ya" kata hati kecil Suci.
"Haiii CA IS..?" Sapa Alex.
Suci hanya tersenyum salah tingkah.
"Udah Istirhat nih. Makan bareng yuk" Ajak Alex.
"Aku lagi sibuk Lex" sahut Suci tanpa memandang Alex. Terus terang hatinya bergemuruh tak jelas.
"Tapi kamu tetap wajib makan. Itu perut bisa protes lho kalau gak diisi" kata Alex.
"Tapi aku gak sempat keluar"
"Ya udah kita makan disini aja ya. Aku beli makanan dulu. Jangan kemana - mana" Alex pun melangkah keluar.
"kenapa tak ada pertanyaan dari Alex atau reaksi aneh atau gimana gitu ya si Alex melihat penampilanku yang polos begini" Suci bergumam heran.
Tak butuh waktu lama Alex kembali dengan membawa makanan serta minuman.
"Udah... berenti sebentar kerjanya. Makan dulu nih, atau aku suapin" kata Alex.
"Gak usah aku makan sendiri Lex" Sucipun memakan makanan yang dibawakan Alex. Tada ada dialog apapun selama mereka makan. Hanya sesekali terlihat Alex tersenyum mesrah ke arah Suci.
'Aduh Lex aku meleleh karena tatapanmu Lex' gumam hati Suci.
Eehh si Suci tiba - tiba batuk tersedak. Segera Alex memberikan Suci minuman. Setelah Suci minum Alex membersihkan bibir Suci yang basah memakai tisu.
Suci tersipu malu, sambil membetulkan letak kaca matanya yang terturun.
Belum stabil detak jantung Suci, kambali Alex membuat jantung Suci berpacu lebih cepat.
Alex menyuapin makanan ke mulut Suci seraya tersenyum manis.
'Adduuuhhh Lex, tatapan matamu membuatku tak berdaya' kata hati kecil Suci.
Suci membuka mulut malu - malu. Terasa panas di wajah Suci. Ntah lah mungkin Alex melihat wajah Suci yang merona merah menahan debaran di dada.
"Lagi?" Tanya Alex.
Reflek Suci mengangguk. Akhirnya semua makanan Suci habis karena di suap oleh Alex.
Selesai makan Suci langsung kembali bekerja. Tak banyak bicara. Ia takut salah bicara akibat terlalu bahagia.
"Ci, aku keluar dulu ya. Nanti kita pulang bareng mau kan? Eit gak usah di jawab. Pokoknya kamu tunggu aku. Nanti ku jemput"
Belum sempat Suci menjawab Alex telah berlalu keluar ruangan Suci. Suci tersenyum bahagia selepas Alex pergi.
"Tuh kan aku sampai lupa nanyain siapa perempuan itu. Iihh efek debaran yang luar biasa, sampai gak bisa mikir" Suci mengomeli dirinya sendiri.
***
Saat pulang kantor Suci melangkah keluar pintu. Diparkiran terlihat Indra berdiri didepan mobil sambil menyilangkan tangannya didada.
"Aaahhh ngapain lagi dia kemari" hati Suci berkata kesal.
Indra melihat Suci dan Suci melihat Indra tanpa reaksi. Tak lama Indra masuk kedalam mobil lalu berlalu begitu saja.
Suci bernafas lega.
"Mas, kamu gak tertarik sama aku yang gak berdandan ya?" Tersenyum kecut Suci melihat mobil Indra keluar halaman kantor Suci.
Tiiitt..ttiiitt.. suara klakson mobil membuyarkan lamunan Suci. Mobil berhenti didepan Suci. Terlihat Alex keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Suci.
Alex mempersilahkan Suci masuk. Suci pun masuk kedalam mobil Alex dengan perasaan yang kembali tak menentu. Dag dig dug dihati membuat tubuh Suci terasa panas dingin.
==========
"Oke CA IS, kita sudah sampai" Alex memarkirkan mobil didepan rumah dinas Suci. Alex Bergegas turun dan membuka pintu untuk Suci. Suci merasa menjadi wanita istimewa diperlakuan oleh Alex.
"Kamu capek gak?" Tanya Alek.
Suci menggelengkan kepala sambil tersenyum.
'Aku pengen berduaan sama kamu Lex' kata hati Suci.
((Ngomong langsung mbak Ci gak usah didalam hati ))
"Boleh aku mampir?" Kembali Alex bertanya dan Suci juga kembali mengangguk.
((Hadoooohhh Ci.. ngomong dong ngomong))
Lalu Suci melangkah masuk kerumah diikuti Alex.
"Maaf Lex. Kamu tunggu di luar aja ya"
"Oke Ca Is" Alex mengacungkan jempolnya. Lalu Suci bergegas mencari dua jagoannya.
"Mereka udah tidur mbak, kecapean tadi siang sampai sore main sama anak tetangga gak ada tidur siang" kata Uwi.
Lalu Suci menuju kamar. Terduduk di meja rias. Tersenyum melihat bayangannya dicermin. Lalu bergegas keluar setelah berganti baju rumahan.
"Diminum dulu Lex" Suci keluar rumah sambil membawa minuman serta cemilan. Suci mempersilahkan Alex meminum minuman yang Suci bawa.
"Ci, kamu gak ada panggilan khusus apa ke akunya?" Tanya Alex dengan wajah sok dicemberutin.
"Maksud kamu??" Suci balik bertanya.
"Masak panggil Alex?"
"Haa? Gak faham aku"
"Kakanda kek atau sayang kek kan jadi gimanaa gitu" Alex cengingisan.
"Oooo" Suci menjawab singkat. Sok jaim.
"Aduh" tiba - tiba Alex mengaduh, lalu terduduk membungkuk. Sontak Suci terkejut.
"Alex.! Kamu kenapa Lex" diguncang nya tubuh Alex.
"Aarrgg" Alex mengerang kesakitan.
"Alex!" Suci semakin panik.
"Apa yang sakit Lex?!"
"Sakit Ci"
"Apa Lex? Kasi tau aku. Kita kedokter ya." Suci berusaha membuat tubuh Alex berdiri.
"Gak usah Ci, dokter gak bisa nyembuhin sakit ini,, arrggg" kembali Alex mengerang kesakitan.
"Lex jangan becanda. Lex!" Suci kembali mengguncang tubuh Alex. Mata Suci mulai berkaca - kaca melihat Alex kesakitan.
"Sakit Ci.." kembali Alex mengeluh.
"Ya udah kita langsung kedokter ya..?"
"Gak usah Ci,, hatiku sakit mendengar kata *ooo* saat aku tulus meminta Cinta darimu"
Mata Suci langsung membulat. Dipukulnya tubuh Alex berkali - kali. Alex tertawa sambil mangaduh mendapatkan serangan dari Suci.
Tiba - tiba Alex menangkis pukulan Suci, lalu Alex mengecup mesra pipi Suci.
Suci hanya diam terpaku. Mungkin saking kagetnya tiba - tiba dapat durian runtuh dari si duren (duda keren).
"Ci" panggil Alex.
"Eemm" sahut Suci.
"Aku cinta kamu Ci" kata Alex.
Suci langsung berdiri menenangkan diri, atau mungkin lebih tepatnya terlihat salah tingkah.
"Ci, minggu ini aku lamar kamu dengan kedua orang tuaku ya" kembali Alex membuat Suci terkena serangan jantung akut. Laju detakan jantung Suci sudah tak terkendali.
"Lex, minum dulu" Suci berusaha mengalihkan omongan Alex.
"Ci, aku serius" Alex berkata dengan tatapan maut. Semaut Cinta Alex ke Suci.
"Eeemm Lex, maaf tapi aku belum terlalu mengenalmu" kata Suci dengan nada ragu.
"Ya udah kita kenalan" Alex mengulurkan tangannya. Suci langsung melotot ke arah Alex.
"Ayo, sambut jabat tangan dariku jika kamu mau mengenal aku"
"Aku serius Lex"
"Aku lebih serius ca is" sahut Alex. Alex mengangguk memberi kode agar Suci mau berjabat tangan. Dan akhirnya Sucipun membalas jabatan tangan dari Alex.
"Kenalkan namaku Alex Budi Permana, awalnya namaku tak memakai nama Alex, tapi hanya Ale. Ale budi permana. Tapi mungkin tukang ketiknya ngantuk waktu mengetik namaku dan waktu akteku jadi malah ada huruf X dibelakang Ale, jadilah namaku Alex" Alex menjelaskan sambil tersenyum. Sucipun ikut tersenyum.
"Waktu itu bisa aja Ayah komplain, tapi karena terdesak mesti keluar kota akhirnya kesalahan namaku di akte tak diperbaiki. Ntah bagaimana jadinya sampai sekarang nama di akte masih tertulis Alex" kembali Alex menjelaskan kepada Suci.
"Aku 4 bersaudara, aku anak ke tiga. Aku lahir dan besar di kota Pontianak. Orang tuaku melayu tulen. Tapi entah kenapa wajahku ada paras koreanya dan nanti bisa kamu tanyakan saja langsung sama kedua orang tuaku Ci kenapa anaknya berparas korea" Alex kembali menjelaskan dengan sedikit gurauan. Suci tersenyum setengah tertawa mendengarkan penjelasan Alex.
"Aku sebelumnya sudah menikah" nada Alex seketika berubah menjadi sedih.
"Hanya dua tahun umur pernikahanku. Ditahun kedua istriku Eca mengandung buah hati kami. Saat usia kandungannya memasuki 4 bulan. Saat itu kami bersiap membuat acara syukuran empat bulanan. 5 hari sebelum hari H rencana syukuran, Eca terserang demam" Alex menarik nafas dalam. Berusaha mengendalikan diri.
"Aku kira hanya demam biasa, di hari ke tiga tubuh Eca menggigil hebat. Aku segera membawa Eca kerumah sakit. Dirumah sakit Eca dinyatakan terserang demam berdarah. Dan Sudah kritis, sampai akhirnya Eca tak tertolong. Ia pergi bersama calon anak kami. Tepat dihari dimana kami akan mengadakan sykuran empat bulanan. Acara syukuran berubah menjadi acara penuh duka dihidupku" terlihat Alex menangis.
Suci bingung apa yang harus ia lakukan saat melihat Alex menangis. Mata Suci ikut berkaca - kaca mendengar cerita Alex.
"Sudah hampir lima tahun yang lalu kejadiannya, dan selama itu aku mengutuk kebodohanku. Seandainya aku cepat menangani Eca saat di awal demam, mungkin ia..." Alex tak menyelesaikan kata - katanya. Ia tertunduk menangis mengenang almarhum istrinya.
Lumayan lama Alex dan Suci terdiam. Alex menarik nafas. Lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
"Aku tak bisa membuka hati untuk wanita lain. Bayangan Eca yang tengah mengandung buah hati kami membuat hatiku beku terhadap wanita. Berkali - kali bunda dan ayah menjodohkan dengan wanita pilihan mereka. Tapi aku tak bisa. Aku lelah karena hampir setiap pekan selalu ada kencan buta dan akhirnya aku memutuskan pindah kerja ke kantor cabang"
"Bertahun - tahun hatiku beku. Bertahun - tahun aku tak tertarik lagi dengan wanita. Sampai pada saat itu aku ketemu denganmu Ci. Ntah kenapa jantungku berdetak tak karuan dan setelah makan siang itu Pikiranku selalu penuh dengan bayangan wajahmu Ci" Alex mengubah posisi duduknya. Ia menggenggam tangan Suci.
"Ci, aku serius sama kamu. Hatiku yang memilihmu untuk mendampingi sisa hidupku"
"Sekarang kamu sudah kenal aku kan Ci. Suci Prameswari maukah kau menjadi istri dari Alex Budi Permana?"
Suci hanya terdiam.
"Ci, Kenapa? Kamu ragu akan keseriusanku?"
Suci mengangguk pelan.
"Aku baru mengenalmu Lex. Aku tak mau nanti ditengah jalan ada ketidak cocokan diantara kita karena faktor belum siap menerima kekurangan masing - masing" jelas Suci
"Aku butuh waktu Lex" kata Suci sambil menunduk.
"Aku siap menerima kamu apa adanya Ci" kata Alex.
"Boleh aku bertanya"
"Tentu, apa yang ingin kamu tanyakan Ci?"
"Kenapa kamu gak malu jalan sama aku saat wajahku tanpa make up waktu keluar kantor tadi?" Tanya Suci.
"Malu??" Alex tertawa renyah.
"Oke aku balik nanya ya. Didepan aku sekarang ini ada wanita polos tanpa make up dan cenderung terlihat pucat bernama....???" Alex bertanya kepada Suci.
"Suci" jawab Suci.
"Pinter. Terus aku minta kamu dandan. Saat kamu dandan kamu bernama..???"
"Suci" jawab Suci
"Nama yang sama kan? Orangnya sama gak?" Kembali Alex bertanya.
"Sama" jawab Singkat.
"Jadi mau kamu dandan atau gak dandan kamu tetap kamu kan??" Tanya Alex.
Suci mengangguk.
"Terus apa yang beda? Karena pakai Make up??" Tanya Alex.
Suci kembali mengangguk.
"Kalau kamu mikir kamu cantik efek make up. Atau kamu berfikir aku naksir kamu karena make up kamu salah Ci"
"Kalau aku naksir kamu karena make up. Berarti cinta aku ke kamu sebatas keringat dong" ejek Alex.
Suci mengerutkan keningnya tak mengerti
"Iya cintaku kepada mu hanya sebatas keringat kalau faktor make up. Jadi kamu gak boleh keringatan. Apalagi mandi. Bisa luntur cinta aku sama seperti bedak diwajah kamu" Alex bicara seraya tertawa.
Suci tersenyum malu mendengar penjelasan Alex.
"Gak mungkin kan 24jam kamu make up-an terus??"
Suci mengeleng.
"Ci kecantikan itu bisa luntur seiring berjalannya waktu. Entah luntur karena usia, atau karena sebab musabab lain. Kecelakan, atau musibah lain yang bisa merusak kecantikanmu tapi akan beda dengan yang namanya cinta Ci. Ia tetap bertahan kapanpun dan apapun rupamu nantinya dan tidak akan mempermasalahkan rupamu nantinya"Alex menjelaskan panjang lebar kali tinggi.
"Kamu mau kayak gimanapun ya tetap kamu. Apalagi kalau nanti kamu hamil anak kita" Alex tersenyum genit kearah Suci. Suci tertunduk malu.
"Biasanya gangguan hormon pada orang hamil itu macam - macam. Ada yang jadi malas dandan. Malas mandi. Mukanya jadi jerawatan. Kalau udah kayak gitu, itu akan menjadi ujian buat suami yang hanya tertarik sama istrinya karena rupa. Tak jarang banyak suami yang selingkuh saat istrinya hamil karena faktor hormon si istri yang terganggu yang mempengaruhi rupa juga emosi sang istri"
Penjelasan Alex sungguh membuka mata Suci. Ia makin kagum dengan pola pikir Alex. Semakin menyempurnakan sosok ketampanannya.
"Jadi sekarang. Mau kan jadi istri aku. Aku mencintai kamu apa adanya Ci, ntah nanti setelah nikah kamu jadi gendut aku tetap cinta" Alex meyakinkan Suci.
"Baiklah ca is, Kakanda akan datang kembali bersama orang tua kakanda untuk melamar mu Ci"
Suci mengangguk tapi didalam hati kaget kenapa ia kok malah mengangguk.
"Oke Ci, udah larut malam. Kakanda pulang dulu ya" kembali Alex mengecup pipi Suci.
Suci tersenyum malu tapi bahagia. Alex melangkah menuju mobilnya, Sucipun mengantar sampai didepan mobil.
Dari dalam mobil Alex berbicara dengan Suci yang posisinya berada di luar mobil.
"Minggu ini kasi kabar ke orang tuamu. Aku dan orang tuaku akan datang melamarmu. Oke Ci?. Kamu langsung istirhat ya. Aku pulang dulu"
Mobil Alex melaju meniggalkan Suci. Suci melangkah ke arah rumah dengan hati bahagia luar biasa.
"Eeehhh kok aku lupa nanyain siapa perempuan yang dibawa Alex waktu di mall ya" Suci kesal sambil menepuk nepuk jidadnya.
"Kalau itu perempuannya Alex yang lain bagaimana? Iiihhh mudah banget sih terlena oleh Alex Ci" Suci mengutuk dirinya sendiri.
Setelah masuk ke kamar ia merebahkan diri dikasur. Mau tidur tapi gak bisa tidur semua karena ulah Alex.
Bersambung #9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel