(side-a)
Wajah geram milik Reyhand tak luput dari pandangan Nurfadilla Basri. bosnya itu seakan tak berkedip menatap intens ke arah Nadia Kasih Ayunda dan Ardhan yang sedang asyik berbincang.
Bahkan Riska yang bergelayut manja dilengan Reyhand tak menyadari perubahan besar dari wajah pasangannya.
"Ya Alloh pak bos sepertinya cemburu berat deeh, bagaimana aku kasih tau Nadia ya?" gumam Adilla ditengah kebingungannya.
"Kamu ga apa-apa La?" tanya Robby yang merasa heran melihat tingkah gelisah gadis didepannya.
"Eh tidak apa-apa Rob, aku baik-baik saja, aku hanya haus"
"Kita ambil minum disana"
Ajak Robby menunjuk ke arah meja dimana tersaji berbagai minuman. Adilla menurut, matanya sempat melirik kembali ke arah Reyhand dan Nadia silih berganti.
Reyhan mengikuti ajakkan Riska untuk datang ke undangan pernikahan sahabat Riska yang ternyata kakak ipar dari laki-laki yang sekarang dicemburuinya.
Reyhand sempat menolak habis-habisan ajakan Riska, andai saja bukan karena bujukkan sang mamih. sungguh Rey mending meringkuk saja dikamar.
Rasa geram atas ajakan Riska semakin memuncak setelah melihat pemandangan yang tak diinginkannya terekspose jelas didepan matanya.
***
"Dhan aku haus banget, aku ambil minum dulu ya?" ujar Nadia tangannya meraba tenggorokkannya yang dirasa kering.
"Aku ambilkan ya"
"Ga usah aku bisa sendiri ko"
"Ya sudah kamu ambil minum, aku ambil makanan sebelah sana ya"
Nadia mengangguk, lalu berjalan ke arah tempat minum dimana Adilla pun berada disana tanpa Robby.
"Dilla, Robby mana?" Adilla terhenyak saat Nadia sudah berada didekatnya
"Alhamdulilah kamu disini Nad"
"Iya, emang kenapa?"
"Nad, aduuhh gawat Nad"
"Kamu kenapa sih Dill, gawat apanya? kaya lihat hantu saja"
Adilla mulai panik
"Itu Nad ada pak.."
Perkataan Adilla terpotong dengan mulut menganga saat tahu Reyhand sudah berdiri dibelakang Nadia dan dengan cepat membawa sahabatnya dengan cara memeluk pinggangnya. Reyhand membawa Nadia keluar menjauh dari kerumunan tamu undangan. kejadiannya begitu cepat tanpa bisa dicegah.
"Dill, kamu kenapa?"
"Ah eeh,, aku ga apa-apa Dhan" jawab Adilla tersadar dari rasa shocknya.
Ardhan mengernyitkan dahinya merasa heran dengan tingkah Adilla
"Kamu lihat Nadia Dill?"
"Eenngg Nadia,, tadi, ahk tadi Nadia ke toilet, iya ke toilet dulu"
"Gugup banget sih Dil, bilang toilet aja susah" sahut Ardhan sambil terkekeh. Adilla menyunggingkan senyum kaku, seakan bingung dengan situasi yang tak diduganya.
***
Nadia Kasih Ayunda tak sempat berontak dengan sikap Reyhand yang tiba-tiba mendekap pinggangnya dan membawanya keluar dari gedung resepsi pernikahan Vina.
"Pak bos, apa yang.."
"Ssstthhh diamlah.."
Reyhand tak memberi kesempatan Nadia melanjutkan protesnya.
Pemuda itu terus membawa Nadia menuju ke arah parkiran dimana mobilnya berada.
"Masuklah.."
Perintah Rey memberi isyarat dengan gerakan kepalanya agar gadis itu segera masuk ke mobilnya
"Tapii.."
"Aku bilang masuk"
Gadis itu tidak berani mengajukan protes lagi hatinya ciut saat melihat wajah Reyhand yang tidak sedap dipandang mata penuh emosi.
Reyhand melajukan mobilnya keluar dari parkiran meninggalkan suara decitan nyaring ban mobil.
Dengan kecepatan cukup tinggi pemuda itu membawa mobilnya seakan membelah malam.
Nadia sekali-kali memejamkan matanya dan menahan nafas, rasa takut menghinggapinya setiap Rey mencoba menyalip kendaraan didepannya secepat kilat.
"Tolong hentikan mobilnya, aku takut" lirih Nadia, wajahnya semakin memucat jantungnya serasa hendak loncat dari tempatnya saking cepatnya berdetak.
Cekiittttt..suara deritan rem mobil yang memekakkan telinga membuat Nadia berteriak kencang
matanya terpejam "Aaaaaaa..."
Nadia perlahan membuka matanya sebelah, lalu menarik nafas lega saat tahu mobilnya sudah berhenti.
Secepat kilat wajahnya melirik ke arah pemuda yang duduk dibelakang stir dengan nafas memburu.
"Apa kau sudah gila, apa kau ingin membunuh kita haahh?" teriak Nadia tangannya memukul bahu Reyhand sambil berurai air mata.
Nadia meluapkan rasa takutnya dengan kemarahan atas tindakan bodoh yang bosnya lakukan dan hampir mencelakai mereka berdua.
"Jika kau ingin mati ja uuppzz.." suara Nadia serasa tercekat ditenggorokan, matanya membulat sempurna, saat gadis itu akan melancarkan kembali protesnya mulutnya dibungkam oleh bibir Reyhand yang menciumnya tiba-tiba.
Kepala nadia dipegang kuat tangan Reyhand, Nadia berontak memukul dada Rey..
Plaaakk..sebuah tamparan mendarat mulus dipipi Reyhand. Dengan nafas memburu Nadia meluapkan emosinya
"Apa yang kau lakukan,, bapak keterlaluan" suara Nadia begitu parau perpaduan marah, terkejut dan shock dengan perlakuan Rey yang tak disangkanya.
"Maaf,, aku tak bisa mengendalikan perasaanku, aku mencintaimu Nadia"
"Lantas dengan menciumku aku bisa tunduk dihadapanmu"
Nadia mulai terisak
"Aku bukan wanita murahan yang bisa bapak perlakukan seenaknya, seperti wanita-wanita diluar sana"
"Tolong jangan salah mengerti Nadia"
==========
(side-b)
Reyhand mulai merutuki kebodohannya yang jelas telah menorehkan luka dihati gadis sepolos dan selugu Nadia dengan sifat arogannya.
Selama kenal Nadia, Rey selalu berusaha menahan sifat liarnya, berusaha menjaga kesucian gadis yang dicintainya, meski sekedar mendaratkan ciuman. tapi bagi seorang Nadia itu adalah noda.
Tapi kini ia melanggar etikanya sendiri, bukannya melindungi malah melukai.
Rasa cemburu telah membutakannya, rasa takut kehilangan membuat Reyhand mulai frustasi.
Nadia masih terisak, tangannya berkali-kali menyapu bibirnya yang dicium Reyhand.
Sungguh Nadia sedikitpun tidak menyangka pak bosnya akan tega mengambil ciuman pertamanya disaat seperti ini, bukan disaat nanti mereka sudah halal.
Hati Nadia tak bisa dipungkiri memiliki rasa yang sama seperti halnya Reyhand, hanya dia tidak bisa bertindak lebih jauh, ia sadar masih ada Riska yang selalu bergelayut manja disisi pemuda itu.
Riska bukanlah saingannya dalam segala hal dan Nadia sadar dimana diposisi mana ia harus berada.
"Maafkan aku Nadia"
"Kenapa? Apa salahku?"
"Maafkan aku, aku terbawa emosi aku terlalu cemburu, aahh aku memang bodoh tak bisa mengendalikannya"
Nadia memberanikan diri menatap pemuda yang duduk disebelahnya, wajah Rey terlihat ada
penyesalan.
"Cemburu..? Cemburu pada siapa?" tanya Nadia dengan khas kepolosannya
"Pacarmu,, seharusnya aku sadar dari dulu kau tak mencintaiku, tapi mencintai laki-laki itu dan aku tak berhak merebutmu darinya" lirih Reyhand ada kecewa dari nada bicaranya.
Gadis itu mengernyitkan dahi, dirinya merasa bodoh tidak mampu mencerna maksud pernyataan Reyhand.
"Nadia sekali lagi maaf atas tindakkan bodohku tadi, jika aku harus mempertanggung jawabkan perbuatanku, apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku tadi"
Satu pernyataan belum kelar terselesaikan diotak Nadia, sudah datang pernyataan yang lain. apa karena ternoda dari sebuah ciuman ia harus meminta Rey untuk menikahinya? Sedang ciuman tidak mengakibatkan kehamilan yang jelas butuh pertanggung jawaban dari yang menghamilinya.
Kepala Nadia serasa mau pecah memikirkan hal sepele tentang ciuman yang dimana zaman sekarang ciuman dianggap lumrah, namun sangat tabu bagi dirinya.
"Astaghfirullah aladzim ya Alloh kenapa bisa seperti ini?" bisik hati Nadia.
"Nadia.."
"Hhmm.." nadia bergumam
"Sekali lagi maafkan aku, aku menyesal tidak seharusnya aku memperlakukanmu seperti itu, kau mau memaafkanku bukan?" pinta Reyhand begitu tulus dengan wajah memancarkan penyesalan. hati Nadia luruh melihat pak bosnya berkali-kali mengajukan kata maaf. Nadia melihat permohonan dimata sendu Reyhand.
"Baiklah aku menerima maaf pak bos, tapi tolong jangan ulangi lagi" sahut Nadia akhirnya
"Aku janji tak akan mengulanginya sebelum kita menikah" cetus Reyhand sambil melirik Nadia. ada rasa lega menyeruak dihati pemuda itu.
"Apaaa me... menikah..?"
Reyhand mengangguk tanpa beban, membuat wajah nadia menampakan perubahan warna dan ekspresinya.
"Aku mencintamu dan aku akan memperjuangkan cintaku"
"Tapi pak.."
"Kenapa..? selama janur kuning belum melengkung aku akan berusaha mendapatkanmu dengan caraku meskipun ada pacarmu itu"
"Pacarku... sungguh aku tidak paham pacar yang pak Rey maksudkan"
"Ya ampun Nadia kenapa kau masih bertanya siapa pacarmu, sedang tadi aku melihat jelas kamu dengan laki-laki itu"
Reyhand mulai kesal dengan ketidak pekaan Nadia tentang laki-laki yang dimaksud olehnya.
"Astaghfirullah, maksud pak bos Ardhan.??."
Reyhand mengangguk tidak suka mendengar nama yang disebut Nadia.
Nadia tertawa kecil, ia baru sadar jika pak bosnya uring-uringan karena cemburu sama Ardhan.
Rey menatap Nadia heran
"Kenapa kamu tertawa?" tanyanya dengan mimik polos.
"Jadi pak bos cemburu sama Ardhan, hihihi"
"Ooh ayo lah Nadia, jangan menertawakanku seperti itu"
Reyhand semakin gemas dengan sikap Nadia yang menertawakan kebodohannya karena cemburu
"Baiklah, aku berhenti tertawa" sahut Nadia sambil mengatupkan bibirnya
"Jadi..?"
"Jadi apanya?"
Rey mendengus kesal
"Pacarmu.."
"Pak bos, Ardhan bukan pacarku"
Pemuda itu melirik Nadia cepat. gadis itu mengangguk seakan mengerti kebingungan yang terpancar dari mata hazel milik Reyhand
"Kamu serius?"
"Iya,, Ardhan hanya masa laluku, lagi pula Ardhan sudah bertunangan"
"Aahh ya tuhan,, kalau begitu.."
Reyhand menghentikan kalimatnya, seakan sedang berfikir mencari kata yang tepat untuk ia ungkapkan
"Menikahlah denganku..."
Katanya mantap..
"Aku tidak bisa" jawaban Nadia membuat Reyhand membeku seketika.
***
Rahang Reyhand mengeras, tubuhnya menegang, sulit dipercaya niat tulusnya ditolak mentah-mentah.
Apa lagi yang menjadi kendala baginya dan Nadia. kenapa gadis itu menolaknya.
"A..aaku tidak bisa menikah dengan pak bos"
"Kenapa?"
"Bukankah pak bos sudah memiliki calon pendamping?"
Reyhand sudah menduga arah fikiran gadis itu.
"Apa karena Riska?"
Nadia mengangguk pelan pertanyaan Rey membuat hatinya mencelos, Rey membuang nafas kasar.
"Jika perlu ku katakan aku dan Riska tidak memiliki hubungan khusus"
"Tapi bu Riska sepertinya sangat mencintai pak Rey"
"Aku tidak mencintainya, aku menganggap Riska seperti adikku sendiri tak lebih"
Apa pun yang Reyhand katakan tak membuat hati Nadia bergeming, tetap berfihak pada urusan hati, sebagai sama-sama wanita ia bisa merasakan perasaan Riska yang begitu mencintai Reyhand, terlebih mereka sudah saling mengenal sejak lama, dan keluarga mereka sudah saling menjodohkan.
Sedang Nadia, siapa dirinya? hanya seorang karyawan rendahan, sama sekali jauh dari kriteria keluarga terpandang.
Tidak,, Nadia tidak ingin bermimpi bisa menggantikan posisi Riska yang memiliki segalanya.
"Kau mencintaku Nadia?" suara Reyhand menginterupsi pikiran Nadia agar kembali pada dunianya.
"A aaku.."
"Tolong jawab dengan jujur?"
Nadia gelisah, pertanyaan Reyhand seakan mengintimidasinya menuntut kejujuran.
"Aku tidak tahu!" jawab nadia entah mengapa bibirnya begitu sulit untuk mengatakan iya, dia hanya berharap Reyhand peka dan tak perlu jawabannya.
"Baiklah aku tidak akan memaksamu untuk menjawab sekarang"
Nadia menarik nafas lega
"Aku ingin pulang" desis Nadia
"Kasihan Adilla pastinya mencemaskan keadaanku"
Tanpa bersuara lagi Reyhand menyalakan mobilnya, dan mulai melaju dengan kecepatan biasa.
***
Tak terasa mobil Reyhand telah sampai didepan rumah kost Nadia.
Nadia segera turun setelah Reyhand membukakan pintu mobil dari dalam.
"Terima kasih" sahut Nadia. Rey hanya mengangguk , lalu pergi meninggalkan Nadia yang masih berdiri mematung menatap kepergian Reyhand dengan hati diliputi kegundahan.
"Nadiaaa" Nurfadilla Basri menepuk pundak sahabatnya sontak membuat Nadia terhenyak
"Aduuhh Diill ngagetin aku aja" sahut Nadia sambil berjalan menuju tempat kostnya.
"Tunggu, tungguu Nad, kamu baik-baik aja kan, kamu ga diapa-apain sama pak Rey kan?"
Nyerocos Adilla sambil memutari tubuh Nadia.
"Apaan sih Dill, aku baik-baik aja ko"
Adilla tidak percaya begitu saja, ia menatap tajam sahabatnya.
Bersambung #11
Reyhan mengikuti ajakkan Riska untuk datang ke undangan pernikahan sahabat Riska yang ternyata kakak ipar dari laki-laki yang sekarang dicemburuinya.
Reyhand sempat menolak habis-habisan ajakan Riska, andai saja bukan karena bujukkan sang mamih. sungguh Rey mending meringkuk saja dikamar.
Rasa geram atas ajakan Riska semakin memuncak setelah melihat pemandangan yang tak diinginkannya terekspose jelas didepan matanya.
***
"Dhan aku haus banget, aku ambil minum dulu ya?" ujar Nadia tangannya meraba tenggorokkannya yang dirasa kering.
"Aku ambilkan ya"
"Ga usah aku bisa sendiri ko"
"Ya sudah kamu ambil minum, aku ambil makanan sebelah sana ya"
Nadia mengangguk, lalu berjalan ke arah tempat minum dimana Adilla pun berada disana tanpa Robby.
"Dilla, Robby mana?" Adilla terhenyak saat Nadia sudah berada didekatnya
"Alhamdulilah kamu disini Nad"
"Iya, emang kenapa?"
"Nad, aduuhh gawat Nad"
"Kamu kenapa sih Dill, gawat apanya? kaya lihat hantu saja"
Adilla mulai panik
"Itu Nad ada pak.."
Perkataan Adilla terpotong dengan mulut menganga saat tahu Reyhand sudah berdiri dibelakang Nadia dan dengan cepat membawa sahabatnya dengan cara memeluk pinggangnya. Reyhand membawa Nadia keluar menjauh dari kerumunan tamu undangan. kejadiannya begitu cepat tanpa bisa dicegah.
"Dill, kamu kenapa?"
"Ah eeh,, aku ga apa-apa Dhan" jawab Adilla tersadar dari rasa shocknya.
Ardhan mengernyitkan dahinya merasa heran dengan tingkah Adilla
"Kamu lihat Nadia Dill?"
"Eenngg Nadia,, tadi, ahk tadi Nadia ke toilet, iya ke toilet dulu"
"Gugup banget sih Dil, bilang toilet aja susah" sahut Ardhan sambil terkekeh. Adilla menyunggingkan senyum kaku, seakan bingung dengan situasi yang tak diduganya.
***
Nadia Kasih Ayunda tak sempat berontak dengan sikap Reyhand yang tiba-tiba mendekap pinggangnya dan membawanya keluar dari gedung resepsi pernikahan Vina.
"Pak bos, apa yang.."
"Ssstthhh diamlah.."
Reyhand tak memberi kesempatan Nadia melanjutkan protesnya.
Pemuda itu terus membawa Nadia menuju ke arah parkiran dimana mobilnya berada.
"Masuklah.."
Perintah Rey memberi isyarat dengan gerakan kepalanya agar gadis itu segera masuk ke mobilnya
"Tapii.."
"Aku bilang masuk"
Gadis itu tidak berani mengajukan protes lagi hatinya ciut saat melihat wajah Reyhand yang tidak sedap dipandang mata penuh emosi.
Reyhand melajukan mobilnya keluar dari parkiran meninggalkan suara decitan nyaring ban mobil.
Dengan kecepatan cukup tinggi pemuda itu membawa mobilnya seakan membelah malam.
Nadia sekali-kali memejamkan matanya dan menahan nafas, rasa takut menghinggapinya setiap Rey mencoba menyalip kendaraan didepannya secepat kilat.
"Tolong hentikan mobilnya, aku takut" lirih Nadia, wajahnya semakin memucat jantungnya serasa hendak loncat dari tempatnya saking cepatnya berdetak.
Cekiittttt..suara deritan rem mobil yang memekakkan telinga membuat Nadia berteriak kencang
matanya terpejam "Aaaaaaa..."
Nadia perlahan membuka matanya sebelah, lalu menarik nafas lega saat tahu mobilnya sudah berhenti.
Secepat kilat wajahnya melirik ke arah pemuda yang duduk dibelakang stir dengan nafas memburu.
"Apa kau sudah gila, apa kau ingin membunuh kita haahh?" teriak Nadia tangannya memukul bahu Reyhand sambil berurai air mata.
Nadia meluapkan rasa takutnya dengan kemarahan atas tindakan bodoh yang bosnya lakukan dan hampir mencelakai mereka berdua.
"Jika kau ingin mati ja uuppzz.." suara Nadia serasa tercekat ditenggorokan, matanya membulat sempurna, saat gadis itu akan melancarkan kembali protesnya mulutnya dibungkam oleh bibir Reyhand yang menciumnya tiba-tiba.
Kepala nadia dipegang kuat tangan Reyhand, Nadia berontak memukul dada Rey..
Plaaakk..sebuah tamparan mendarat mulus dipipi Reyhand. Dengan nafas memburu Nadia meluapkan emosinya
"Apa yang kau lakukan,, bapak keterlaluan" suara Nadia begitu parau perpaduan marah, terkejut dan shock dengan perlakuan Rey yang tak disangkanya.
"Maaf,, aku tak bisa mengendalikan perasaanku, aku mencintaimu Nadia"
"Lantas dengan menciumku aku bisa tunduk dihadapanmu"
Nadia mulai terisak
"Aku bukan wanita murahan yang bisa bapak perlakukan seenaknya, seperti wanita-wanita diluar sana"
"Tolong jangan salah mengerti Nadia"
==========
(side-b)
Reyhand mulai merutuki kebodohannya yang jelas telah menorehkan luka dihati gadis sepolos dan selugu Nadia dengan sifat arogannya.
Selama kenal Nadia, Rey selalu berusaha menahan sifat liarnya, berusaha menjaga kesucian gadis yang dicintainya, meski sekedar mendaratkan ciuman. tapi bagi seorang Nadia itu adalah noda.
Tapi kini ia melanggar etikanya sendiri, bukannya melindungi malah melukai.
Rasa cemburu telah membutakannya, rasa takut kehilangan membuat Reyhand mulai frustasi.
Nadia masih terisak, tangannya berkali-kali menyapu bibirnya yang dicium Reyhand.
Sungguh Nadia sedikitpun tidak menyangka pak bosnya akan tega mengambil ciuman pertamanya disaat seperti ini, bukan disaat nanti mereka sudah halal.
Hati Nadia tak bisa dipungkiri memiliki rasa yang sama seperti halnya Reyhand, hanya dia tidak bisa bertindak lebih jauh, ia sadar masih ada Riska yang selalu bergelayut manja disisi pemuda itu.
Riska bukanlah saingannya dalam segala hal dan Nadia sadar dimana diposisi mana ia harus berada.
"Maafkan aku Nadia"
"Kenapa? Apa salahku?"
"Maafkan aku, aku terbawa emosi aku terlalu cemburu, aahh aku memang bodoh tak bisa mengendalikannya"
Nadia memberanikan diri menatap pemuda yang duduk disebelahnya, wajah Rey terlihat ada
penyesalan.
"Cemburu..? Cemburu pada siapa?" tanya Nadia dengan khas kepolosannya
"Pacarmu,, seharusnya aku sadar dari dulu kau tak mencintaiku, tapi mencintai laki-laki itu dan aku tak berhak merebutmu darinya" lirih Reyhand ada kecewa dari nada bicaranya.
Gadis itu mengernyitkan dahi, dirinya merasa bodoh tidak mampu mencerna maksud pernyataan Reyhand.
"Nadia sekali lagi maaf atas tindakkan bodohku tadi, jika aku harus mempertanggung jawabkan perbuatanku, apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku tadi"
Satu pernyataan belum kelar terselesaikan diotak Nadia, sudah datang pernyataan yang lain. apa karena ternoda dari sebuah ciuman ia harus meminta Rey untuk menikahinya? Sedang ciuman tidak mengakibatkan kehamilan yang jelas butuh pertanggung jawaban dari yang menghamilinya.
Kepala Nadia serasa mau pecah memikirkan hal sepele tentang ciuman yang dimana zaman sekarang ciuman dianggap lumrah, namun sangat tabu bagi dirinya.
"Astaghfirullah aladzim ya Alloh kenapa bisa seperti ini?" bisik hati Nadia.
"Nadia.."
"Hhmm.." nadia bergumam
"Sekali lagi maafkan aku, aku menyesal tidak seharusnya aku memperlakukanmu seperti itu, kau mau memaafkanku bukan?" pinta Reyhand begitu tulus dengan wajah memancarkan penyesalan. hati Nadia luruh melihat pak bosnya berkali-kali mengajukan kata maaf. Nadia melihat permohonan dimata sendu Reyhand.
"Baiklah aku menerima maaf pak bos, tapi tolong jangan ulangi lagi" sahut Nadia akhirnya
"Aku janji tak akan mengulanginya sebelum kita menikah" cetus Reyhand sambil melirik Nadia. ada rasa lega menyeruak dihati pemuda itu.
"Apaaa me... menikah..?"
Reyhand mengangguk tanpa beban, membuat wajah nadia menampakan perubahan warna dan ekspresinya.
"Aku mencintamu dan aku akan memperjuangkan cintaku"
"Tapi pak.."
"Kenapa..? selama janur kuning belum melengkung aku akan berusaha mendapatkanmu dengan caraku meskipun ada pacarmu itu"
"Pacarku... sungguh aku tidak paham pacar yang pak Rey maksudkan"
"Ya ampun Nadia kenapa kau masih bertanya siapa pacarmu, sedang tadi aku melihat jelas kamu dengan laki-laki itu"
Reyhand mulai kesal dengan ketidak pekaan Nadia tentang laki-laki yang dimaksud olehnya.
"Astaghfirullah, maksud pak bos Ardhan.??."
Reyhand mengangguk tidak suka mendengar nama yang disebut Nadia.
Nadia tertawa kecil, ia baru sadar jika pak bosnya uring-uringan karena cemburu sama Ardhan.
Rey menatap Nadia heran
"Kenapa kamu tertawa?" tanyanya dengan mimik polos.
"Jadi pak bos cemburu sama Ardhan, hihihi"
"Ooh ayo lah Nadia, jangan menertawakanku seperti itu"
Reyhand semakin gemas dengan sikap Nadia yang menertawakan kebodohannya karena cemburu
"Baiklah, aku berhenti tertawa" sahut Nadia sambil mengatupkan bibirnya
"Jadi..?"
"Jadi apanya?"
Rey mendengus kesal
"Pacarmu.."
"Pak bos, Ardhan bukan pacarku"
Pemuda itu melirik Nadia cepat. gadis itu mengangguk seakan mengerti kebingungan yang terpancar dari mata hazel milik Reyhand
"Kamu serius?"
"Iya,, Ardhan hanya masa laluku, lagi pula Ardhan sudah bertunangan"
"Aahh ya tuhan,, kalau begitu.."
Reyhand menghentikan kalimatnya, seakan sedang berfikir mencari kata yang tepat untuk ia ungkapkan
"Menikahlah denganku..."
Katanya mantap..
"Aku tidak bisa" jawaban Nadia membuat Reyhand membeku seketika.
***
Rahang Reyhand mengeras, tubuhnya menegang, sulit dipercaya niat tulusnya ditolak mentah-mentah.
Apa lagi yang menjadi kendala baginya dan Nadia. kenapa gadis itu menolaknya.
"A..aaku tidak bisa menikah dengan pak bos"
"Kenapa?"
"Bukankah pak bos sudah memiliki calon pendamping?"
Reyhand sudah menduga arah fikiran gadis itu.
"Apa karena Riska?"
Nadia mengangguk pelan pertanyaan Rey membuat hatinya mencelos, Rey membuang nafas kasar.
"Jika perlu ku katakan aku dan Riska tidak memiliki hubungan khusus"
"Tapi bu Riska sepertinya sangat mencintai pak Rey"
"Aku tidak mencintainya, aku menganggap Riska seperti adikku sendiri tak lebih"
Apa pun yang Reyhand katakan tak membuat hati Nadia bergeming, tetap berfihak pada urusan hati, sebagai sama-sama wanita ia bisa merasakan perasaan Riska yang begitu mencintai Reyhand, terlebih mereka sudah saling mengenal sejak lama, dan keluarga mereka sudah saling menjodohkan.
Sedang Nadia, siapa dirinya? hanya seorang karyawan rendahan, sama sekali jauh dari kriteria keluarga terpandang.
Tidak,, Nadia tidak ingin bermimpi bisa menggantikan posisi Riska yang memiliki segalanya.
"Kau mencintaku Nadia?" suara Reyhand menginterupsi pikiran Nadia agar kembali pada dunianya.
"A aaku.."
"Tolong jawab dengan jujur?"
Nadia gelisah, pertanyaan Reyhand seakan mengintimidasinya menuntut kejujuran.
"Aku tidak tahu!" jawab nadia entah mengapa bibirnya begitu sulit untuk mengatakan iya, dia hanya berharap Reyhand peka dan tak perlu jawabannya.
"Baiklah aku tidak akan memaksamu untuk menjawab sekarang"
Nadia menarik nafas lega
"Aku ingin pulang" desis Nadia
"Kasihan Adilla pastinya mencemaskan keadaanku"
Tanpa bersuara lagi Reyhand menyalakan mobilnya, dan mulai melaju dengan kecepatan biasa.
***
Tak terasa mobil Reyhand telah sampai didepan rumah kost Nadia.
Nadia segera turun setelah Reyhand membukakan pintu mobil dari dalam.
"Terima kasih" sahut Nadia. Rey hanya mengangguk , lalu pergi meninggalkan Nadia yang masih berdiri mematung menatap kepergian Reyhand dengan hati diliputi kegundahan.
"Nadiaaa" Nurfadilla Basri menepuk pundak sahabatnya sontak membuat Nadia terhenyak
"Aduuhh Diill ngagetin aku aja" sahut Nadia sambil berjalan menuju tempat kostnya.
"Tunggu, tungguu Nad, kamu baik-baik aja kan, kamu ga diapa-apain sama pak Rey kan?"
Nyerocos Adilla sambil memutari tubuh Nadia.
"Apaan sih Dill, aku baik-baik aja ko"
Adilla tidak percaya begitu saja, ia menatap tajam sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel