Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Jumat, 16 Oktober 2020

My Boss... I Love U #11

Cerita besambung
(side-a)
Nadia Kasih Ayunda tidak menggubris perkataan dan kecurigaan yang timbul dibenak sahabatnya, toh dirinya tidak melakukan apa-apa hanya..! Sebuah ciuman yang tidak diduganya membuat dirinya merasa kalut dan pastinya akan membawa dirinya kedunia baru, dunia kegalauan.

Meski tidak diharapakannya namun tak urung membuat wajah Nadia menyemburat merah jika ingat pemuda itu telah mencuri ciumnya.
Nurfadilla masih gencar menghakimi sahabatnya seakan Nadia sebuah barang yang dicuri dan dikembalikan lagi secara tidak utuh.
"Aduuh Dill berhenti dong mencurigai aku, aku baik-baik saja"
"Kamu ga bohong Nad, yakin ga diapa-apain?"
"Emangnya pak bos mau ngapain sama aku?"
"Ya siapa tau kamu tadi dibawa kabur trus dibawa kerumah kosong dan.."
"Dan apa..?"
"Diperkosa sama pak..aawww"

"Mulutmu kalo ngomong ga dikompromi dulu"
Nadia menjitak kepala Adilla sebelum menyelesaikan kalimatnya.
"Hihihi abis aku khawatir banget sih sama kamu, syukur aja deh kalo kamu ga apa-apa, aku yakin meski jutek pak Rey cowok yang baik, nih hpmu tertinggal dikamarku, berisik bunyi melulu"
"Pantes aku cari ditas nggak ada taunya ketinggalan" ujar Nadia sambil membuka kunci smartphonnya ternyata benar banyak notifikasi dilayar ponselnya, kebanyakkan panggilan tak terjawab dan sms dari Ardhan. Sebagian dari Adilla dan tante Anita yang mungkin telah mencemaskannya.
***

Tak lama setelah kejadian Nadia dibawa pergi Reyhand ditempat resepsi pernikahan Vina, Adilla pergi pulang dengan diantar Robby, Adilla buru-buru pulang sebelum Ardhan mencurigai kebohongannya mengatakan Nadia sedang ditoilet padahal kenyataannya gadis itu dibawa kabur bosnya, terlebih Adilla tidak mau berurusan dengan Riska yang malam itu dimana Riska marah besar saat tahu Reyhand tidak ditemukan ditempat itu.
"Bagaimana Ardhan Dill, apa dia mencariku?"
"Iya Nad, dia nyari kamu"
"Trus kamu bilang apa?"
"Aku bilang kamu lagi ke toilet sakit perut"
"ke toilet Dill, apa Ardhan ga curiga aku ke toilet selama itu dan ga kembali lagi?"
"Entahlah, setelah kamu diculik sama pak Rey aku langsung pulang"
Nadia menepuk jidat dengan jawaban konyol sahabatnya.
"Lagian aku buru-buru pulang takut kena sasaran si nenek lampir"
"Nenek lampir..? Siapa Dill?"
"Bu Riska.."
Nadia ngakak saat Adilla menyebut nama Riska, terlalu sahabatnya ini menyamakan Riska yang begitu cantik dengan nenek lampir.
***

"Ya udah deeh Nad aku pulang dulu ya, dah malem banget nih"
"Ga tidur disini aja Dill?"
"Engga, kalo tidur disini bukannya tidur tapi ngerumpi nyampe pagi"
Nadia Kasih Ayunda terkikik memang benar yang dikatakan Nurfadilla setiap tidur bersama pasti bawaannya begadang apa bae diomongin sama mereka berdua.
"Nngg Nad.."
"Iya Dill?"
"Boleh aku nanya?" sahut Adilla sejenak berhenti didepan pintu hendak keluar
"Nanya apaan, pake minta izin segala"
"Itu bibirmu,, perasaan tadi berangkat undangan lipstiknya agak tebal, tapi sekarang ko abis tinggal warna alaminya"
Nadia sedikit terperanjat tidak menyangka sahabatnya begitu jeli dengan perubahan yang tidak ia sadari seketika mukanya mulai merona.
"Ko diem Nad,,? "Ahhaaa,, jangan-jangan..!"
"Udah ahk Dill sono kamu pulang, rhese kamu kalo belum tidur"
Usir Nadia sebelum Adilla semakin gencar dengan kecurigaannya.
"Iya, iyaa aku pulang"
Adilla hendak pergi namun..
"Rasanya gimana Nad..?"
"Dillaaaaa...."
Nadia hendak melempar sandal ke arah Adilla. namun Adilla lari terbirit-birit tangannya menutup mulutnya agar suara tawanya tidak meledak membangunkan orang yang sudah terlelap, bisa didemo nanti dia sama tetangga.
***

"Kamu darimana Rey?"
Suara Amanda agak mengejutkan Reyhand saat melintas diruang tamu, tumben mamihnya belum tidur sudah selarut ini.
"Rey ada urusan sebentar mih"
Sambil melangkahkan kakinya ditangga menuju kamar.
"Urusan apa? Kamu pulang selarut ini, masuk rumah tanpa ucap salam"
"Rey kira mamih udah tidur"
Amanda mengikuti putranya masuk ke dalam kamar.
"Mamih sengaja nunggu kamu, kenapa kamu tega ninggalin Riska sendiri diacara pernikahan itu?"
"Maaf mih Rey lupa kalau Rey sama Riska" jawabnya asal
"Astaghfirullah segitunya kamu Rey, cobalah kamu berubah sedikit perhatian sama Riska jangan cuek terus seperti itu"
"Mih, besok lagi kita bicara masalah ini, Rey lelah ingin istirahat ga apa kan mih?" ujar Reyhand sambil memasuki kamar mandinya
"Ya Alloh anakku yang satu ini memang keras kepala, secepat mungkin Rey harus segera dinikahkan, biar ada yang selalu memperhatikannya"
Amanda ngedumel sambil ke luar dari kamar putranya.

==========
(side-b)

Riska berjalan tergesa dipelataran mall menuju area dimana Nadia Kasih Ayunda dan Nurfadilla Basri seperti biasa menjalani akfitas kerjanya.
Wajah Riska yang putih terlihat menyolok dengan warna merah padam seperti sedang dibakar emosi.
Begitu tiba didepan Nadia, gadis yang sedang dilanda amarah ini langsung mencengkram tangan Nadia dengan kuat, membuat Nadia meringis kesakitan
"Dasar cewek murahan, lo fikir lo siapa haahh?"
"Astaghfirullah, aaww sakit, lepaskan tanganku" lirih Nadia berusaha melepaskan cekalan tangan Riska
"Nad kamu.."
Adilla mencoba mendekati Nadia yang tangannya dicekal Riska
"Diaam lo.." gertak Riska dengan jari telunjuk mengarah ke muka Adilla, sontak Adilla langsung terdiam.
"Apa tadi lo bilang sakit..? Sakit mana sama hati gue hah?"
"Ma-maksud bu Riska apa?"
"Eehh belagak bego lagi, lo pikir gue bodoh apa?" hardik Riska kembali tangannya menarik lengan Nadia, hingga kuku panjang dan tajamnya melukai lengan gadis itu hingga berdarah
"Tapi saya benar-benar tidak tahu maksud bu Riska"
"Tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?"
Suara Riska penuh penekanan. Riska tidak peduli aksi anarkisnya ditonton banyak orang, bahkan security sendiri tidak berani menghampiri Riska, jika dihampiri sama saja dengan dipecat.
Mickha asisten Reyhand pun hanya bisa mengelus dada, Riska mengamuk seperti itu bukan rahasia umum lagi.
"Lo cuma pegawai rendahan disini, tapi elo berani sekali bawa pergi calon suami orang heh"
Nadia dan Adilla terkesiap mendengar ucapan Riska
"Maaf bu, saya tidak merasa membawa pergi calon suami bu Riska"
"Alaahh sok pura-pura kamu"
"Riskaaa.."
Reyhand dengan suara marah menarik tangan Nadia dari cengkraman tangan Riska
"Apa-apaan kamu Ris?" bentak Reyhand, darahnya mendidih saat melihat tangan Nadia yang berdarah akibat cengkraman kuku tajam Riska
"Harusnya aku yang nanya Rey ngapain kamu sama cewek rendahan itu?" hardik Riska tangannya menunjuk muka Nadia
"Jaga bicaramu Riska" bentak Reyhand geram
"Rey ko kamu bentak aku sih, harusnya kamu belain aku yang calon suaminya direbut sama dia"
Riska semakin emosi mendapati Reyhand bukannya membela malah membuatnya malu dapat bentakkan didepan umum
"Cukup Riska cukup jangan bicara lagi"
"Aku tidak peduli Rey, pecat cewek itu sekarang juga"
Kemarahan Reyhand semakin memuncak dengan permintaan Riska yang diluar skenario hidupnya sejak kenal Nadia.

"Aku pemilik perusahan ini jadi aku yang berhak memutuskan urusan pecat memecat"
"Rey aku calon istrimu jadi aku berhak memecat orang yang mencoba merebut calon suamiku"
"Kamu ga punya hak apapun Riska"
Perseteruan Reyhand dan Riska semakin mengundang tontonan gratis para pengunjung, Nadia menyentuh lengan Reyhand agar berhenti berdebat tentangnya.
Riska melihat itu semakin emosi
"Sudah pak, hentikan ga baik dilihat orang"
"Eehh jangan sentuh dia" hardik Riska sambil menepiskan tangan Nadia
"Gara-gara elo, Rey jadi berubah sama gue"
"Cukup Riska, jangan bawa-bawa Nadia dalam urusan kita, dia tidak tahu apa-apa"
"Ya ampun Rey, cewek ini sudah jelas mau menghancurkan hubungan kita ko kamu malah bela dia terus sih"
Dengan kasar Reyhand menyeret Riska menjauhi kerumunan dan membawanya masuk ke ruang kantornya.

"Dengar Riska elo bukan calon istri gue dan tidak akan pernah, Nadia dia bukan cewek rendahan, dia bahkan lebih terhormat daripada elo"
Riska merasa dadanya sesak, air matanya mulai mengalir
"Denger Rey, gue ga akan pernah lepasin elo, tidak akan pernah, gue ga tau ada hubungan apa elo sama perempuan itu, gue ga akan biarkan dia dapetin elo"
Gertak Riska lalu bergegas keluar dari ruangan Reyhand, tangannya mengusap air matanya dengan kasar
Reyhand menghempaskan tubuhnya disofa, kepalanya serasa mau pecah.

Nurfadilla Basri mengoleskan obat betadine ke lengan Nadia yang terluka akibat cengkraman kuku milik Riska
"Aduuh perih Dill pelan-pelan" sahut Nadia sambil meniup lukanya
"Sekarang kamu lihat sendiri kan Nad gimana marahnya nenek lampir"
"Sstthh jangan keras-keras ngomong nenek lampirnya" bisik Nadia
"Emang kenapa dia kan ga ada disini"
"Iya tau, tapi ada cctv, kalau pak bos tahu gimana?"
"Iya juga ya, lupa"
"Bu Nadia" Seorang pegawai pantri memanggil Nadia
"Iya ada apa?"
"Ibu disuruh pak Rey keruangannya"
Nadia melirik ke arah Adilla dan dibalas anggukkan oleh sahabatnya.
"Ya sudah sana gih"

Nadia mengetuk pintu ruangan dimana Reyhand berada.
"Masuk.."
Dengan hati berdebar Nadia memasuki ruangan itu setelah mendapat sahutan dari dalam dan langsung disambut oleh tatapan mata Rey yang merasa bersalah.
"Duduklah"
Nadia mengangguk lalu menghempaskan bokongnya dikursi depan Reyhand
"Bagaimana tanganmu" tanya Rey sambil bangkit dari duduknya dan menghampiri Nadia
"Sudah baikkan" jawab Nadia pelan. Rey meraih lengan gadis itu seakan ingin memastikan
Tanpa banyak bicara Rey mengambil kotak p3k dilemari kantor.

Bersambung #12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER