Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Rabu, 14 Oktober 2020

My Boss... I Love U #9

Cerita bersambung
(side-a)

Nadia Kasih Ayunda menunduk dengan tubuh bergetar perpaduan angin dingin dan degupan jantungnya yang tak terkendali.
"Kalau kamu tak mencintaiku tak masalah. aku tahu kamu mencintai laki-laki lain"



Nada suara Reyhand begitu dingin, serasa menembus jauh ke relung hati Nadia. Gadis itu mengangkat wajahnya menatap balik pemuda dihadapannya.
"Maksud pak bos apa? darimana pak bos tahu ada laki-laki lain yang mencintaiku?" sahut Nadia mencoba memberanikan diri bertanya atas pernyataan bosnya yang tidak ia pahami.
"Sudahlah aku tidak suka memaksa, apalagi memaksamu untuk membalas cintaku"

Hardik Reyhand sambil melompat turun dari batu tempat ia berdiri dengan wajah kecewa.
"Pak bos tunggu.." teriak Nadia melihat Rey hendak meninggalkannya
"Aawww,, aduuhh"
Reyhand dengan cepat membalikkan tubuhnya saat mendengar pekikkan Nadia.
Gadis itu terduduk sambil meraba kakinya dengan wajah meringis kesakitan.
Reyhan berlari kearah Nadia dan berjongkok didepannya.
"Kamu tidak apa-apa?" ujar Rey dengan nada cemas, tangannya menyentuh kaki yang dipegang Nadia.
"Aaww sakit, kakiku keselo waktu turun tadi"
"Dasar ceroboh.." umpat Reyhand. tangannya mengusap pelan kaki Nadia yang mulai membengkak.
"Tahan, ini akan sedikit sakit, gigit ujung jaket, ok"
Gadis itu menurut intruksi yang disebutkan Reyhand
Reyhand meluruskan kaki Nadia sejenak memutarnya perlahan, wajah gadis itu memucat.
"Bismillah"
Nadia menahan sakit luar biasa sambil giginya menggigit ujung jaket saat Rey menarik keras bagian yang keseleonya.
"Sudah, ayo berdiri?"
Nadia perlahan berdiri jari tangannya bertumpu pada lengan Reyhand.
"Alhamdulilah, sedikit baikkan"
"Kita pulang"
Nadia mengangguk, langkahnya sedikit kaku, meski Reyhand telah meluruskan kakinya yang keselo tapi rasa sakit masih menjalar dikakinya, dan menghambat langkahnya.
"Aku gendong"
"Tidak, tidak, tidak usah aku bisa jalan sendiri" tolak Nadia dengan cepat saat Reyhand hendak meraihnya.
Pemuda itu mengedikkan bahunya dan meninggalkan Nadia.
Reyhand mulai terlihat kesal namun kasihan melihat jalan Nadia bagaikan siput, pelan sanbil menyeret kakinya yang dirasa masih berdenyut.
Reyhand membalikkan tubuhnya kembali ke arah gadis itu tanpa menunggu aba-aba langsung ia memangku Nadia ala bridel stil.
Nadia memekik terkejut.
"Pak bos turunkan aku pak"
"Diamlah"
"Tapi pak,,"
"Aku bilang diam atau aku jatuhkan" hardik Rey pura-pura akan menjatuhkan Nadia. gadis itu kembali memekik pelan dengan sigap tangannya merangkul leher Reyhand.
***

Reyhand mengantarkan Nadia Kasih Ayunda hingga rumah kostnya.
"Jika besok belum sembuh tidak usah bekerja"
"I iiya pak terimakasih"
"Nadiaaa.."
Teriak Nurfadilla Basri sambil menyerobot masuk dan langsung menghampiri Nadia yang duduk disofa
"Eh ada pak Rey" celetuk Adilla sambil mengangguk hormat. Rey tersenyum simpul menanggapi anggukkan Adilla.
"Saya permisi pulang"
"I iyya pak silahkan"
"Pak Rey"
"Iya"
"Terima kasih"
Reyhand mengangguk, lalu melangkah keluar. tak lama terdengar suara mobil dinyalakan dan menjauh dari rumah kost Nadia.
"Kamu darimana aja sih Nad seharian ini, sama pak Rey lagi?"
"Tolong Dill olesin dong obatnya"
Nadia menyodorkan obat oles tanpa niat menjawab pertanyaan sahabatnya.
"Buat apa obat ini"
"Buat kakiku, cepetan gih biar cepat sembuh"
"Yaellah nih anak se enak e dewek nyuruhnya"
"Kakimu kenapa?"
Nadia menceritakan perihal kejadiannya dari awal berangkat hingga pulang dengan oleh-oleh sakit dikaki.
Adilla ber oh ria mendengar setiap detail cerita sahabatnya.
"Ckckck,, hebat sekali kamu bisa membuat pak bos bertekuk lutut dihadapanmu Nad, apa sih rahasianya?"
"Ngaco, ngomong apa sih, ga ada rahasia-rahasiaan segala?"
"Pokonya kamu harus jadi sama pak bos, aku setuju pake banget, nasibmu sangat beruntung Nad"
sahut Adilla antusias
"Beruntung apanya, aku belum menerima dia"
"Trus kamu nunggu apa lagi"
"Ada bu Riska, ingat Dilla"
Nadia menekan kata Riska.
"Iya juga ya, tapi tak apa lah jodoh siapa yang tahu"
"Aku masih bingung Dill, siapa laki-laki yang mencintaiku yang dimaksud pak bos?"
"Entahlah, setahu aku kamu kan jomblo, smoga cepat sembuh kakinya Nad, lusa kita undangan kak Vina kakaknya Ardhan"
"Iya Dill, insya Alloh besok juga pasti sembuh"
***

"Nadiaa, kamu sudah siap belum?" teriak Adilla sambil memakai high hilsnya.
"Iya sebentar, bawel deeh" sahut Nadia sambil keluar dari kamar Adilla dirumah tante Anita.
"Masya Alloh Nadia kamu woow cantik sekali"
Adilla sungguh terkesima melihat penampilan Nadia yang terlihat begitu ayu dan anggun dengan balutan dres gamis warna biru langit bemanik indah, serta jilbab warna senada dengan hiasan tidak terlalu menyolok namun menarik.
Make up natural ditambah lipstik warna pink kontras dengan kulitnya.
"Wooyy, secantik itu aku, sampai-sampai kamu bengong kaya gitu liatin aku Dill"
"Aku benar-benar pangling deeh Nad, aku yakin Ardhan kalo liat kamu kaya gini pasti nyesel udah mutusin kamu"

==========
(side-b)

"Sotoy kamu Dill, Ardhan udah punya tunangan bentar lagi mau nyusul kakaknya ke pelaminan tau"
"Yaah kalo jodoh kita mana tahu" sahut Nurfadilla Basri enteng.
"Nad kamu ga pake highhils?"
"Engga lah kakiku masih nyut-nyutan"
"Sepatu itu juga cantik kok, ngomong-ngomong masalah jodoh kamu sendiri kapan ngenalin calon kamu sama tante Dill?" kata tante Nita.
"Tuuh, bener kata tante Nita, jomblo dipiara"
Nadia Kasih Ayunda mengiyakan perkataan tante Anita.
Adilla mencebik "sama kamu juga kaliii"
Akhirnya mereka tertawa.

"Kalian kalau bicara terus kapan berangkatnya keburu malem"
"Astaghfirulah lupa taxi dari tadi dah nunggu Nad, ayo kita cap cus"
"Tante kita berangkat dulu assalamualaikum"
"Wa'alaikumssalam, hati-hati ya"
"Iya tante" kompak mereka berdua.
***

Sepasang pengantin cantik dan tampan bersanding diatas pelaminan menjadi ratu dan raja sehari, diapit kanan kiri keluarga sang pengantin dengan raut wajah menggambarkan kebahagiaan.
Ardhan terseyum lebar melihat seseorang yang ditunggunya telah datang.
"Nadia, Adilla"
"Hai  Ardhan" sapa Nadia dan Adilla
"Masya Alloh kalian berdua sungguh cantik"
Mata Ardhan memancarkan rasa kagum melihat gadis yang pernah mengisi hatinya begitu mempesona.
"Kamu juga cakep, ganteng banget Dhan mirip Arbani suerr"
Ardhan terkekeh menanggapi pujian Adilla
"Terima kasih kalian mau hadir dipernikahan kakakku"
"Tentu dong kita pasti hadir, kak Vina kan udah seperti kakak kita sendiri, iya kan Dil?"
"Hu'uh"
"Oh iya, ada yang ingin bertemu kalian, terutama kamu Dill"
"Siapa Dhan?"
"Sebentar aku panggilkan"
Ardhan meninggalkan kedua gadis itu, wajah Nadia dan Adilla sedikit bingung siapa yang dimaksud ingin bertemu mereka berdua.
Tak lama Ardhan kembali dengan seseorang
"Robby..!" desis Adilla. jantungnya mulai berdetak dua kali lebih cepat.
"Hai Nadia, Adilla apa kabar?"
"Hai juga Rob, alhamdulilah kami baik" jawab Nadia sambil menyenggol lengan Adilla yang masih terbengong melihat kehadiran Robby.
"Ha hai Rob,,a- aku baik juga" gugup Adilla. Robby tersenyum tipis hatinya menghangat saat melihat Adilla, gadis yang dulu pernah menolak cintanya dengan alasan belum siap pacaran ketika mereka masih menggunakan seragam putih abu-abu.
Adilla tak percaya dengan penglihatannya dan serasa mimpi bisa bertemu dengan Robby.
Robby sungguh berbeda dengan dulu yang ceking tapi sekarang dia gagah padat berisi.
***

Nadia Kasih Ayunda dan Ardhan memisahkan diri dari Nurfadilla Basri dan Robby agar mereka lebih leluasa berbicara.
Nadia dan Adilla sempat menemui Vina sang pengantin. sejenak mereka saling bertukar cerita. Vina ibarat kakak bagi kedua gadis itu mengingat dulu mereka masih satu kota di Bandung, dan saling mengunjungi.
Vina sangat merindukan kekonyolan dan keceriaan kedua gadis itu terlihat dari caranya yang begitu antusias memeluk kedua sang gadis.
Kini Ardhan duduk berdua dengan Nadia dikursi tamu melingkar agak dipojok.
"Jadi sarah tidak datang hari ini?"
"Dia sedang menunggu ibunya dirumah sakit Nad, menunggu ibunya untuk operasi usus buntu"
Nadia mangut-mangut
"Semoga operasinya lancar"
"Aamiin"
"Waktu ijab qabul kak Vina, Sarah datang kan?"
"Datang tapi sebentar, besoknya dia pulang lagi. kamu sekarang sama siapa Nad?"
"Maksudmu?"
"Calonmu.."
Nadia terkekek pelan
"Aku masih betah sendiri Dhan"
"Kenapa..?"
"Mungkin belum ada yang cocok kali"
"Andai saja aku belum memiliki Sarah, kamu mau kembali padaku"
"Tapi kenyataannya kamu sudah memiliki Sarah, jadi tak sebaiknya berandai-andai"
"Kamu sangat cantik Nad, hanya laki-laki bodoh yang tak tertarik sama kamu"
"Kecantikkan fisik tak menjamin ketulusan suatu hubungan tapi kecantikkan akhlak insya Alloh akan membawa ketulusan hubungan itu sendiri"
"Kamu memiliki keduanya Nad cantik fisik dan cantik akhlak"
"Kamu salah Dhan, untuk kecantikkan akhlak aku masih banyak kekurangan, sedangkan kecantikkan fisik itu relatif"
"Jika aku memintamu kembali padaku apa kamu menerimaku"
"Tidak Ardhan, aku tidak mau merusak masa depanmu dengan Sarah"
"Apa salah jika aku masih mengharapkanmu?"
"Dhan kasih sayangku sama kamu tidak berubah, hanya aku sadar aku ga mau merusak hubungan orang lain, aku ikhlas mengubur rasa ini demi melihat kamu dan Sarah bisa bersama, tolong jangan sia-siakan Sarah karena aku, aku hanya masa lalumu "
Ardhan menarik nafas berat
"kamu lah sebenarnya kebahagiaanku Nad" bisik hati Ardhan
***

Sepasang mata memperhatikan mereka, mata tajam menyimpan rasa cemburu dan kemarahan yang seakan-akan siap membuncah.
Hatinya geram melihat pasangan yang duduk dikursi tamu agak dipojok.
"Astaghfirullah aladzim.. aduuhh gawat nih, bisa perang ini?" sahut Adilla dengan wajah cemas melihat kemarahan dari wajah yang diperhatikannya sedari tadi.

Bersambung #10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER