(side-a)
Nadia benar-benar merasa kecele dengan dugaannya tentang pak bos, jika harus dideskripsikan wajahnya teramat merah melebihi kepiting rebus.
"Bagaimana kau bisa berfikir kalau kak Artha itu istriku?"
"Soalnya gadis kecil Zara memanggil pak bos papih, aku fikir dia putri pak bos"
Reyhand terkekeh
"Zara memanggilku papih karena kedekatan kami. mungkin karena dia merindukan sosok ayah yang jarang ada disisinya. kak David orangnya super sibuk tapi saya percaya kak David kerja keras seperti itu demi keluarganya, dan aku sendiri tidak keberatan dengan panggilan papih, asal Zara senang dan nyaman".
Nadia mangut-mangut, ada kelegaan dalam hatinya, entah kenapa ia merasa senang mengetahui kebenaran tentang status bosnya.
"Kita berhenti dulu disini" sahut Reyhand sambil menghentikan mobilnya pas di depan kedai es cream.
"Tunggu sebentar aku tidak lama"
Nadia mengangguk, tak berapa lama Reyhand kembali tangannya membawa satu kantung plastik cukup besar.
"Aku beli es cream buat Zara juga buatmu"
"Terima kasih" jawab Nadia tangannya menyambut bingkisan es cream yang disodorkan Reyhand.
***
Mobil Reyhand memasuki halaman sebuah rumah elite milik Artha.
"Papiihh Reey"
Suara cempreng Zara menyambut kedatangan mereka sambil berlari menghambur kepelukkan Reyhand.
"Zara jangan lari-lari nanti jatuh" suara Artha mengikuti dari belakang putrinya.
"Assalamualaikum bu" salam Nadia begitu turun dari mobil
"Wa'alaikumssalam Nadia" sahut Artha. Nadia sedikit canggung dan malu dipeluk Artha.
"Kak Nadia"
"Hai sayang, ini papih Rey bawakan ini"
"Yeeaayy es cream, ayo kak kita makan bersama"
Zara menarik tangan Nadia untuk segera masuk ke rumah. Reyhand dan Artha menganggukkan kepala saat Nadia melirik bingung ke arah mereka.
"Yuk masuk Rey" ajak Artha.
"Lihat Rey mereka begitu akrab"
Reyhand mengikuti isyarat gerakkan kepala Artha sambil melirik kearah dimana Zara dan Nadia sedang bercanda sambil menikmati es cream, sekali-sekali mereka saling menjahili.
"Zara tidak sebahagia itu jika bersama Riska. Riska jarang peduli dengan dia, karena itu Zara kurang menyukai Riska"
Reyhand menelaah setiap kalimat yang diluncurkan kakaknya.
Dalam hati Rey berjanji akan mencari pendamping hidup yang peduli dengan Zara. apalagi yang akan menjadi anaknya kelak.
Rey menatap Nadia. hatinya benar-benar terpaut pada gadis polos dan sederhana itu.
***
Reyhand menghampiri Nadia Kasih Ayunda yang sedang menceritakan sebuah dongeng hingga tanpa sadar Zara Sheinafia terlelap dipelukkannya.
Nadia nenghentikan ceritanya saat matanya melirik ke arah Rey.
"Biar kupindahkan Zara ke kamarnya"
Reyhand mengambil alih gadis cilik itu dari pelukkan Nadia.
***
Artha tertawa terbahak mendengar cerita Nadia saat pertamakali bertemu Reyhand
"Hahaha,, apa kamu sudah mencoba meremas Rey hingga bubuk Nad?"
"Tidak lah bu, sekarang saya tidak berani, nanti saya dipecat kerjanya sama pak bos"
"Kamu memang lucu Nad, selain cantik pandai mengambil hati orang lain, pantas Rey menyukai kamu"
Nadia melebarkan matanya mendengar kalimat terakhir Artha. Artha terkekeh melihat reaksi Nadia.
"Sekarang kamu sudah jadi sahabat putriku, sebaiknya jangan panggil saya ibu merasa ketuaan buat saya"
"Saya harus panggil apa?"
"Panggil saja kak Artha seperti Rey memanggilku kakak, ok"
"I iiya bu,,eh kak Artha"
Baru kali ini Nadia merasa nyaman bergaul dengan orang-orang berada, yang rata-rata sombong enggan berteman dengan orang dari kalangan sederhana seperti dirinya.
"Bu Artha makan siang sudah siap"
Seorang pelayan rumah memberitahukan Artha waktunya untuk makan siang
"Oh iya bi terima kasih, ayo Nad makan siang dulu"
"Ga usah kak, nanti saya dirumah saja"
"Itu kelamaan nanti kamu keburu pingsan, ntar Rey kerepotan gendong kamu"
"Eheemm"
Suara deheman Reyhand dan celotehan kakaknya membuat Nadia merasa terpojok. wajahnya serasa panas berkali-kali ditimpa rasa malu.
"Ayo lah makan aku sudah lapar" ajak Reyhand sambil berjalan ke arah tempat makan
"Wah, wah, wah rupanya pak bos kita sudah kelaparan" celetuk Artha sambil menyeret tangan Nadia yang masih malu-malu.
***
Rey melajukan mobilnya dengan santai, matanya sekali-kali melirik Nadia yang duduk disampingnya.
Wajah Nadia terlihat begitu ceria, senyumnya tak pernah hilang sejak kepulangannya dari rumah Artha.
Reyhand meraba debaran halus didadanya setiap kali melihat senyum polos dibibir Nadia.
Reyhand telah terpatri cinta. Cinta yang ingin ia perjuangkan, cinta yang harus ia miliki sepenuhnya.
Dan Reyhand akan menolak perjodohannya dengan Riska yang hanya mengandalkan cinta sepihak, apapun resikonya.
==========
(side-b)
"Kau terlihat sangat bahagia"
Nadia melirik ke arah Reyhand dengan senyum semakin mengembang
"Iya, aku sangat bahagia bisa mengenal kak Artha dan Zara Sheinafia"
"Denganku apa kau tidak bahagia?"
Nadia menunduk menyembunyikan muka merahnya.
"Aku rasa itu tak perlu dijawab"
"Kenapa tidak perlu?" kembali Rey bertanya, membuat Nadia merasa terpojok
"A- aku rasa pak bos sudah tahu jawabannya"
"Aku tetap ingin mendengarnya" keukeuh Reyhand dengan senyum menggodanya
"Iya.." jawab Nadia singkat.
"Apaa..?"
"Pak bos tolonglah"
Reyhand terkekeh melihat wajah polos Nadia yang ditekuk, seperti mendapat pertanyaan vulgar gadis itu begitu sulit menjawab.
"Ok, ok"
Reyhand menghentikan mobilnya disebuah tempat yang Nadia rasa begitu asing.
"Kenapa berhenti?"
"Kita istirahat dulu disini, kita nikmati liburan sesaat ini, ayo turunlah kita kesana"
Reyhand menunjuk bukit kecil berbatu.
Nadia turun dari mobilnya seketika cuaca dingin berselimut kabut menerpa tubuhnya yang menggigil dingin.
Reyhand mengambil jaketnya dijok belakang lalu menyodorkannya ke arah nadia
"Pakailah, cuaca disini sangat dingin"
"Tapi pak bos sendiri?"
"Kau lebih membutuhkannya, aku sudah menggunakan jas"
"Ikut aku"
Nadia mengikuti langkah Reyhand menyusuri jalan kecil setapak yang kanan kirinya diapit pohon-pohon teh setinggi dada manusia.
Perkebunan teh Bogor identik dengan kota hujan, seterik apapun raja siang menyinari bumi, tak mampu menghalau kabut dingin yang menyapu seluruh permukaan perkebunan teh yang dikelilingi pegunungan.
Kedua pasangan muda itu menyusuri jalan yang semakin menanjak menuju bukit kecil. Meski perkebunan ini termasuk lokasi wisata, namun Reyhand memilih tempat yang agak jauh dari keramaian, seolah dia sudah hapal seluk beluk jalan yang sedang ia lalui.
"Kita sudah sampai"
Mereka berhenti disebuah bukit kecil batu besar dan kecil menghampar ditempat itu. Nadia dengan sigap menaiki batu yang cukup besar dan berdiri diatasnya
"Subhanallah indah sekali"
Teriaknya dengan mata mengedar ke setiap perkebunan teh.
Sepanjang mata memandang perkebunan teh membentang indah bagai hamparan karpet hijau.
"Pak bos ayo naik, lihat semua ini serasa dialam mimpi, indah sekali"
Reyhand mengulur tangannya meminta untuk ditarik oleh Nadia.
Gadis itu menariknya dengan perasaan ragu, telapak tangannya menyentuh telapak tangan Reyhand menjalarkan rasa hangat.
***
Nadia Kasih Ayunda menarik tangan Reyhand yang mengulur kepadanya agar tertarik ke atas.
Setelah berada diatas batu datar, tubuh Nadia tiba-tiba oleng hilang keseimbangan dan hampir tergelincir ke bawah. Dengan sigap Reyhand menarik kembali tangan Nadia yang masih berpegangan dengannya, sontak tubuh Nadia tertarik dan terjerembab kedalam pelukkan Reyhand. pemuda itu mendekap pinggang ramping Nadia.
Untuk sesaat mereka saling menatap manik mata masing-masing yang hanya berjarak beberapa inci.
Nadia yang baru pertama kali dipeluk laki-laki selain ayahnya sesaat terkesima, jantungnya berdetak kencang, dadanya bergemuruh tubuhnya serasa panas dingin.
"Astaghfirullah, tolong lepaskan"
Desis Nadia seraya melepaskan diri dari pelukkan Reyhand.
"Maaf,,"
Kesadaran mulai menjalari keduanya. Rey berusaha menguasai perasaannya yang bergejolak hebat dan menelan salivanya yang dirasa seret.
"Tempat ini indah bukan" tanya Reyhand menetralkan suasana cangguh akibat moment yang tercipta dalam beberapa detik barusan.
"I iiya sangat indah" gugup Nadia
"Kamu menyukainya?"
"Aku sangat, sangaatt menyukainya, pak bos sering kemari?"
"Tidak juga, hanya jika sedang ingin kemari saja"
Nadia mangut-mangut
"Nadia.."
"Iya pak"
Nadia melirik pemuda yang berdiri gagah disampingnya
"Aku rasa.."
"Iya kenapa pak..?"
Reyhand menarik nafas sejenak untuk menambah oksigen kedalam paru-parunya yang dirasa mulai sesak
"Aku rasa... aku mencintaimu.."
"Apaaa..?" Nadia terperanjat, merasa telinganya salah mendengar, matanya terbelalak.
"Aku rasa kamu mendengar apa yang aku ucapkan" jawab Rey tanpa melihat gadis yang menatapnya tidak percaya dengan ucapan yang dia lontarkan.
"Iiiya aku mendengar, ta- tapi kenapa?"
"Maksudmu?"
"Maksudku... kenapa pak bos mencintaiku, aku hanya seorang..?"
"Menurutku cinta tidak memandang status sosial seseorang" potong Reyhand
"Tidak seharusnya pak bos mencintaiku"
Suara pelan Nadia takut Reyhand salah menerima maknanya. pemuda itu menatap tajam gadis didepannya.
"Kenapa tidak?"
"Aku merasa tidak pantas dicintai seorang bos seperti pak Rey" lirih Nadia.
cerita ini menghanyutkan ikk..
BalasHapus