(side-a)
Nadia Kasih Ayunda terhenyak mendengar Zara Sheinafia yang sedang bermain dengannya memanggil pak bos dengan sebutan papih.
Apa mungkin gadis cilik ini putrinya, Nadia mencoba menormalkan pendengarannya saat gadis cilik itu kembali memanggil Reyhand dengan sebutan papih.
"Kak Nadia aku mau turun, mau ke papih Rey"
"Ah ehh iya sayang, ayo turun"
Zara langsung menghambur kepelukkan Reyhand begitu turun dari permainan kuda putarnya.
Hati Nadia bergejolak tak tentu iramanya, rasa bingung dan kecewa menghinggapi hatinya.
"Kecewa..! Kenapa harus kecewa,, ya Alloh Nad sadarlah kamu, pak bos udah punya istri dan putri yang cantik, sedang kamu apa? cuma pegawai rendahan, lihat Nad mereka pasangan yang serasi, tapii..bagaimana dengan Riska?"
Treekk,, Reyhand menjentikkan jarinya didepan wajah Nadia, membuyarkan segala fikiran liar dalam benak gadis itu. Nadia tersadar.
"Kak Nadia kalo lagi kerja jangan melamun, nanti dipecat sama papih Rey, lho"
"Eehh ma- maaf, kakak tidak melamun ko, hehe.."
Artha tertawa renyah mendengar ocehan putrinya hingga membuat muka Nadia merah menahan malu.
"Eheemm" Artha mendehem pelan, Rey buru-buru memalingkan wajahnya ke arah Zara saat kakaknya memergoki ia sedang menatap Nadia.
"Maaf, saya harus kembali kerja"
Gadis itu beranjak pergi setelah mendapat anggukkan dari Artha.
"Kak Nadiaaa"
Nadia kembali menoleh ke arah Zara yang memanggilnya
"Iya sayang"
"Jangan lupa nanti main ke rumah Zara ya makan es cream bersama"
"Insya Alloh ya sayang kapan-kapan kakak mampir ke rumah Zara"
"Jangan lama-lama, dan jangan lupa bawa.."
"Zara, kak Nadia bukan papih Rey ko minta yang sama"
"Ga apa-apa bunda, Zara sama kak Nadia sudah jadi teman dan sama-sama suka es cream, iya kan kak?"
Nadia mengangguk sambil mengacungkan jempolnya
"Oh begitu" sahut Artha dengan senyum simpulnya, matanya menatap kepergian Nadia.
***
"Cantik juga ya" ucap Artha setelah mereka kembali keruang kantor Reyhand. Zara langsung duduk disofa sambil menikmati es creamnya.
"Maksud kakak siapa?" tanya Reyhand. Tangannya mengambil air minum
"Iya itu,, Nadia"
"Uhuuk, uhuuk"
Rey tersedak minumannya sendiri saat kakaknya menyebut nama Nadia.
"Eh minumnya pelan-pekan dong Rey"
"Maksud kakak apaan?"
"Kakak rasa kamu tahu maksud kakak, jangan bohong lho sama kakak"
"Aku benar-benar tidak mengerti maksud omongan kak Artha"
"Kamu sedang jatuh cinta Rey"
"Apa-an,, kakak sok tahu"
"Ya tahu lah, matamu tak bisa membohongi kakak"
Rey tidak tahu harus ngomong apa lagi menghadapi kakaknya.
"Kakak tahu apa yang adiknya rasakan. kakak tidak bodoh Rey, kamu menyukai gadis itu"
Reyhand berusaha menghindari tatapan mata Artha seakan menyelidiki kebenaran perkataannya dimata Reyhand.
"Rey, jika kamu menyukai gadis yang bernama Nadia itu, tunjukkan bahwa kamu bisa memilikinya sebelum dimiliki orang lain. perjuangkan apa yang ingin kamu miliki tapi dengan cara yang baik bukan dengan paksaan. kakak yakin gadis itu menyukai kamu juga Rey"
"Darimana kakak tahu?"
"Sudah kakak bilang kakak tidak bodoh, kakak bisa lihat dari cara memandang dan sikap kalian"
Reyhan menghela nafas, hatinya menelaah benarkah apa yang dirasakannya terhadap Nadia.
Hatinya selalu berdesir lembut jika dekat gadis itu. rasa ingin melindungi dan ingin memiliki apakah cukup sebagai bukti bahwa dia mencintai gadis itu, tapi bagaimana dengan laki-laki yang bersama Nadia malam itu, sedang dirinyapun telah dijodohkan dengan Riska.
"Rey, sudahlah ga usah banyak berfikir, percayalah jodoh takkan kemana kok"
"Tapi mamih sudah menjodohkanku dengan Riska"
"Jujur aja Rey kakak tidak suka dengan perjodohan ini"
"Kenapa?"
Rey agak heran dengan ketidak setujuan Artha tentang perjodohannya dengan Riska.
"Kakak kurang suka dengan Riska, dia bukan wanita baik-baik. bukan kakak su'udzon tapi kakak udah beberapa kali melihat dia jalan dengan laki-laki lain dan sikapnya ga pantas. yaah kamu juga paham maksud kakak Rey dan mamih belum tau sifat Riska yang sebenarnya"
"Iya kak, Rey paham, mungkin ada waktunya nanti kita jelaskan sama mamih"
"Ya sudah kakak harus pulang Rey, Zara ayo sayang kita pulang"
Zara Sheinafia mengangguk
"Papih Rey, Zara pulang dulu"
"Iya sayang"
"Oh iya jangan lupa nanti kalo papih Rey main ke rumah Zara sama kak Nadia ya"
"Insya Alloh"
"Pokoknya janji"
Gadis cilik itu menyodorkan jari kelingkingnya disambut oleh jari keliking Reyhand
"Iya papih janji"
"Kami pulang dulu Rey, assalamualaikum"
"Wa-alaikumssalam, hati-hati kak"
***
"Jadi wanita cantik berjilbab tadi istrinya pak Rey?" tanya Nurfadilla dibalas anggukkan oleh Nadia Kasih Ayunda
"Dari mana kamu tahu?"
"Gadis kecil yang bermain bersamaku tadi memanggil pak bos papih, itu berarti dia anaknya"
"Oohh, trus gimana sama bu Riska? Oh my god apa pak Rey mau punya istri dua?"
"Bisa jadi"
"Kok bisa sih?"
"Ya bisalah, poligami kan ga dilarang asal si suami bertindak adil"
"Iya juga sih!"
"Hu'uh"
"Trus sama kamu gimana Nad?"
Byuurrr.. nadia menyemburkan air minum dimulutnya saking kaget dengan pertanyaan sahabatnya.
==========
(side-b)
"Masya Alloh Naaadd, kamu gimana sih..?" gerutu Nurfadilla sambil menyeka wajahnya yang terkena air semburan dengan tisu.
"Kamu sih Dill..!"
"Ko aku sih,, aku yang disembur aku yang disalahin" hardik Adilla dengan muka cemberut
"Mulutmu tuh kalo ngomong ga dikompromi dulu"
"Aku kan nanya serius, bukannya kamu jadian sama pak bos?"
"Engga,, siapa yang jadian ngawur kamu"
Nadia menoyor jidat Adilla.
"Jangan bohong lho Nad"
"Demi Alloh aku ga bohong, ngaco kamu mah Dill mana mau pak bos sama aku pegawai rendahan, lagian pak bos udah punya istri dan calon istri mereka cantik-cantik dan kaya"
"Tapi Nad, aku perhatikan pak Rey kaya yang suka sama kamu"
"Suka dari mananya,, dari hongkong kali"
"Pak Rey diam-diam suka merhatiin kamu, pernah antar jemput kamu, dia ga pernah kaya gitu sama karyawan lain, tau sendiri pak Rey orangnya jutek"
"Itu cuma kebetulan saja, udah ahk jangan ngomongin dia terus, bisa panas dia kupingnya"
"Nad,, tapi kamu suka ga sama pak Rey? Jujur lah sama aku"
"Hanya orang gila yang ga suka sama pak bos, orang setampan dan sekaya pak bos siapa yang ga bakal suka"
"Maksudku suka dalam arti yang lain Nad"
"Aku ga ngerti maksud kamu, udah deh Dill bahas yang lain napa sih?" elak Nadia
"Iya,iya deh.."
***
Tok, tok, tok suara ketukkan dipintu kostan Nadia membangunkan si pemiliknya yang masih bergulung dalam selimut.
Hari minggu libur kerja digunakan gadis itu untuk tidur sekenyang mungkin. setelah sholat subuh dia kembali meringkuk diatas kasur, melanjutkan mimpinya yang tertunda.
Suara ketukan kembali terdengar
"Aduuh siapa sih pagi-pagi gini ganggu orang tidur saja"
Sambil beranjak malas dari kasurnya. Nadia menggulungkan selimutnya dari ujung rambut hingga kaki lalu berjalan ke arah pintu luar sambil mengucek matanya. ketukkan kembali terdengar lebih kencang
"Iyaaa sebentar, ga sabaran banget siih"
Ckrreekk,, pintu dibuka saat bersamaan sebuah kepalan tangan hendak mengetuk kembali dan mengenai jidat Nadia
"Aawww"
Nadia mengusap jidatnya otomatis selimut yang dipegang terlepas sebelah, menampakkan rambutnya yang tergerai panjang.
"Eehh maaf"
"Pak bos..!!"
Saking terkejutnya Nadia dengan kedatangan bosnya dipagi ini, hingga tak menyadari penampilannya sendiri.
Tanpa menunggu kalimat apapun Nadia berlari ke kamarnya dengan tangan gemetar dan perasaan grogi. Gadis itu menyatok rambutnya asal lalu mencari jilbabnya. Setelah dipasang jilbabnya, kembali ia keluar menghadapi bosnya yang masih setia berdiri diluar, sebelumnya sempat bercermin takut ada sesuatu diwajahnya.
"Pak bos.." sapa Nadia dengan wajah sedikit merah karena malu
"Silahkan masuk"
Reyhand mengangguk sambil masuk kedalam. Tanpa menunggu disuruh Rey menghempaskan pantatnya disofa sederhana.
"Maaf saya datang tanpa memberitahu dulu"
"I- iiya, saya juga minta maaf, saya kira tadi Adilla yang datang, a- ada tujuan apa pak bos kemari?"
Tanpa basa basi Nadia langsung menanyakan maksud tujuan bosnya datang ketempatnya pagi-pagi.
"Saya mau ajak kamu ke suatu tempat"
"Memangnya mau kemana?"
"Cepatlah bersiap nanti juga kau akan tahu"
"Iiiya saya mandi dulu"
"Iya, cepatlah"
"Tapi.."
"Apa lagi.. saya tidak suka menunggu,, atau mau saya seret ke kamar mandi"
Nadia menggelengkan kepala, dengan cepat dia berdiri sambil bergumam
"Menyebalkan"
"Apaa..?"
"Eehh ti- tidak.."
Nadia berlari ke kamarnya, sedangkan Rey tersenyum simpul.
***
"Kita mau kemana?" tanya Nadia setelah mereka dalam perjalanan.
"Kita akan ke rumah Zara"
"Maksud pak bos ke rumah istri bapak?"
Cekiitttt Rey mengerem mobilnya secara tiba-tiba, membuat gadis yang duduk disebelahnya hampir terlonjak, namun tertahan sealbeth.
"Aduuhh, astaghfirullah.. pak bos kenapa siih kaget tauuu"
Nadia mengusap dadanya sambil memasang wajah tengil.
"Sorry,, kamu ga apa-apa?" tanya Rey merasa bersalah, tanpa sadar tangannya menyentuh tangan Nadia yang gemetar karena kaget.
Nadia menggeleng dengan nafas tersengal dan jantung berdegup kencang, matanya melirik kearah tangannya yang dipegang Rey.
Pemuda itu buru-buru melepaskan pegangannya.
"Tadi kamu bilang apa? Istri..istri siapa?"
"Istri pak bos?" jawab Nadia polos
"Maksudmu kak Artha istriku?"
"Iya"..
Tiba-tiba Reyhand tertawa keras dan kembali menjalankan mobilnya
"Hahahaha"
"Ko ketawa sih, ada yang lucu atau ada yang salah?"
"Kamu yang lucu Nad, tentu saja kamu salah"
"Maksud pak bos?"
"Denger sayang, kak Artha itu kakak kandungku, dan Zara keponakanku"
Mata Nadia membulat sempurna mendengar penjelasan Reyhand apa lagi pemuda itu menambahkan kata SAYANG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel