(side-a)
Reyhand dan Riska tiba dicaffe milik Rizky saat petang menjelang. Sebelumnya Rey mampir sejenak dimasjid kota untuk melaksanakan panggilan tiga raka'atnya.
Meskipun Reyhand sedikit arogan dan agak brengsek tapi sekalipun dia tak berani meninggalkan kewajibannya yang dipesankan orang tua, apalagi sang mamih seorang mualaf.
Reyhand turun dari kenderaannya disusul oleh Riska. Mereka segera memasuki caffe dan memilih tempat duduk disebuah taman yang tidak terlalu ramai, terlihat Rizky sipemilik caffe sedang berbincang dengan seorang pelanggan, matanya melirik ke arah Reyhand, dan pamit hendak menghampiri sahabatnya itu.
"Ciieee, kalian berdua aja" sahut Rizky sambil menjabat tangan Reyhand.
"Hehe kita bertiga kan" yang jawab Riska
"Oh ya, lantas satunya mana?" celetuk Rizky mengedarkan pandangannya mencari orang ketiga.
"Ya elo lah" sahut Reyhand dibalas kekehan Rizky.
"Kalian semakin lengket aja, bikin gue sirik"
Goda rizky sambil menaik turunkan alisnya, Rey menjitak sahabatnya
"Makanya lo jangan betah-betah ngejomblo"
"Sialan lo Rey, gue ga jomblo, cuma jodoh gue dipinjem dulu ma orang laen"
Riska tertawa renyah mendengar candaan Reyhand dan Rizky.
"Kalian berdua kalo dah ketemu suka bikin perut gue mules tau ga"
"Tuh cowok lo yang mulai Ris"
"Enak aja nyalain gue"
Kembali Rey menoyor jidat Rizky
"Udah, udah stop candanya, gue haus nih"
"Ehh sorry gue lupa kalian mau minum apa?"
"Alaah pake lupa segala, bilang aja lo takut gue ga bayar"
"Sialan lo mah Rey"
Mereka tertawa terbahak.
Reyhand menghentikan tawanya dengan tiba-tiba. Mata hazelnya menangkap sosok gadis yang membuat hatinya akhir-akhir ini menjadi kalut.
Gadis itu melangkah memasuki caffe
"Nadia" gumam Reyhand
"Apa Rey?"
Riska mendengar Reyhand bergumam namun tidak jelas.
"Eehh ti- tidak apa-apa Ris.."
Riska mengrenyitkan dahi dan mengikuti arah pandangan Reyhand, tapi gadis yang dilihat Rey sudah memasuki caffe.
Nadia Kasih Ayunda terlihat santai dengan tampilan make up natural namun selalu menarik dan cantik.
Nadia tak pernah lepas dari jilbabnya jika keluar rumah karena itu dia selalu terlihat makin manis dengan tampilan sederhananya.
Nadia duduk didekat jendela mengarah ke taman, disebelahnya duduk seorang pemuda tampan, tinggi putih memakai jaket kulit.
Gadis itu mengedarkan pandangannya ke area taman. Mata onyxnya beradu dengan mata Reyhand yang menatap ke arahnya.
Nadia Kasih Ayunda terhenyak dan mengerjapkan mata, agar penglihatannya tidak salah, ternyata sosok bosnya itu memang benar ada dicaffe ini dan sedang memandangnya dengan tatapan tajam dan dingin.
Wajah datarnya dipalingkan saat Nadia menyunggingkan senyum.
Nadia sempat melirik ke arah Riska. Hatinya sedikit mencelos melihat kebersamaan mereka.
"Nad, kamu mau minum apa?"
"Eeh, aku pesan minuman es jeruk lemon tea saja Dhan"
Laki-laki yang bernama Ardhan itu melambaikan tangannya ke arah pelayan caffe. Tak lama ia memesan dua minuman satu es jeruk lemon tea dan kopi cafucino panas untuknya.
"Dhan, kamu bakal lama di Jakarta?"
"Tidak Nad, aku paling kurang lebih tiga minggu di Jakarta sampai pernikahan kakakku selesai"
"Kenapa kamu tak menetap di Jakarta sama mamah dan kak Vina?"
"Bukan aku tidak mau Nad, tapi aku ga bisa membiarkan papah dalam keadaan sakit Nad, meski papah banyak bersalah, jika keadaannya seperti itu aku ga bisa egois, bagaimanapun juga dia orang yang pernah berjasa dalam hidupku"
Nadia mengangguk paham.
Ardhan adalah sahabat Nadia waktu sekolah SMA. Bahkan mereka pernah menjalin hubungan dan putus gara-gara orang tua Ardhan bercerai, dan mengharuskan Ardhan mengikuti salah satu orang tuanya dan memilih ikut sang mamah, berhubung sang papah pemicu perceraiannya, gara-gara Ramdhan kepincut wanita muda yang hanya menginginkan harta semata. Perpisahanpun tak bisa dielakkan.
Namun sangat ironis setelah cerai, harta terkuras, siwanita kabur dengan laki-laki lain. alhasil penyesalanpun tak bisa dihindari.
Ramdhan tinggal merutuki nasib dan jatuh sakit.
Sebagai seorang anak Ardhan tak bisa membiarkan papahnya terus terpuruk dalam penyesalan dan kesendirian. Ia kembali ke Bandung mengurus papahnya dan kembali merintis usaha keluarga dari nol.
Ardhan bertemu Nadia dimall tempat gadis itu bekerja saat mengantar kakaknya. Mereka saling bertukar no ponsel, hingga akhirnya dicaffe inilah mereka janji bertemu.
***
Reyhand terlihat gelisah, ingin hatinya menghampiri Nadia, tapi Rey sadar ia bukan siapa-siapanya gadis itu.
Hati Reyhand semakin panas saat melihat laki-laki yang bersama Nadia mengusap kepala Nadia yang tertutup jilbab.
Rey tak mengerti dengan perasaannya sendiri, cemburu kah dia..??
==========
(side-b)
Reyhand sungguh tidak mengerti dengan rasa yang ia miliki terhadap Nadia Kasih Ayunda.
Rasa itu tak pernah ia rasakan terhadap Riska. Rey tahu persis selama ini Riska mencintainya.
Sedikitpun Rey tak peduli Riska dekat atau mesra dengan siapa.
Tapi rasa yang ia miliki terhadap Nadia sedikit membuatnya merasa frustasi. Suasanapun semakin tidak memihak, membuat pemuda itu mulai tidak betah. Dengan cepat Rey beranjak dari duduknya
"Rey kamu mau kemana?"
Riska berdiri dengan sigap mencekal tangan Reyhand. Riska heran melihat mimik muka Rey seperti menahan marah.
"Kita pulang" sahut Reyhand.
"Tapi kita belum lama disini?"
"Kalo lo masih betah gue pulang sendiri"
Rey melepaskan cekalan tangan Riska
"Wooii Rey lo mau kemana?"
"Sorry Ky gue pulang" teriak Rey sambil menghampiri kendaraannya. Rizky mengejar sahabatnya
"Lo baru bentaran disini Rey, gue udah bawain minum tuh"
Mata Reyhand sempat melirik ke arah Nadia. Mata gadis itupun sedang menuju ke arahnya.
Rey tak menggubris omongan Rizky dan langsung melajukan mobilnya menjauhi caffe.
"Reeyy, brengsek kamu tega banget sih ninggalin gue"
Umpat Riska menghentakkan kakinya dengan rasa yang teramat dongkol. Riska benar-benar tidak mengerti dengan sikap Rey yang tiba-tiba, padahal tadi baik-baik saja.
"Udah Ris, lo duduk dulu, tenang saja ntar gue anterin lo pulang"
Riska menghempaskan bokongnya dengan kesal lalu menyeruput minuman yang disodorkan Rizky.
Mata Riska baru melihat kehadiran Nadia dicaffe ini.
"Cewek itu.. apa mungkin Rey pergi gara-gara cewek itu? Ahk rasanya tak mungkin, dia cuma pegawai rendahan, bukan siapa-siapanya Rey" bisik hati Riska.
"Kamu liat apa sih Ris nyampe bengong gitu?"
"Ah eh ti- tidak Ky, gue ga liat apa-apa"
Nadia melihat jelas adegan Reyhand yang bersitegang dengan Riska hingga membuat bosnya pergi meninggalkan caffe. Nadia tidak tahu apa pemicu permasalahan mereka.
Nadia hanya merasa hatinya sedikit kecewa dengan kepergian Reyhand.
"Nad,"
"Iya Dhan..'
"Aku sangat berharap sekali, kamu datang ke pernikahan kak Vina"
"Insya Alloh aku usahakan waktunya"
"Iya, mudah-mudahan bisa"
Nadia mengangguk. Ardhan menatap intens gadis yang duduk disebelahnya. gadis yang dulu pernah dicintainya, bahkan rasa itu masih ada hingga kini. rasa itu harus ia tempiskan mengingat hatinya telah dimiliki gadis lain. Ardhan telah bertunangan dengan partner kerjanya Sarah Azhella.
***
Nadia Kasih Ayunda dan Nurfadilla Basri pagi ini mulai menata tempatnya bekerja sebelum banyak dikunjungi pelanggan khususnya anak-anak yang dititipkan diarea permainan.
Sambil berbincang sekali-sekali diselingi canda.
"Nad pak bos datang" sahut Adilla sambil mencolek lengan Nadia. Gadis itu mengikuti arah pandang Adilla. Bosnya sedang berjalan. tangan kanannya memegang ponsel sedang tangan kiri dimasukkan ke saku celana. langkahnya begitu santai.
"Selamat pagi pak" sapa Nadia saat Reyhand melintas didepannya, pemuda itu hanya mengangguk tanpa mengalihkan wajahnya dari ponsel.
"Shuutt pak bos kenapa Nad?" bisik Adilla heran. Biasanya pak bos membalas sapaan selamat pagi, tapi hari ini tidak.
"Entahlah aku juga tidak tahu dill" jawab Nadia sambil mengedikkan bahunya.
Reyhand membuka pintu ruang kantornya dengan kasar lalu menutupnya kembali dengan cukup keras. Rasa kesal atas kejadian semalam melihat Nadia dengan laki-laki itu masih membekas.
Reyhand sendiri merasa bingung dengan perasaannya.
"Astaghfirullah, apa yang terjadi denganku?" gumam Reyhand sambil menghempaskan pantatnya diatas kursi kebesarannya.
Tangannya membuka laptop yang tergeletak dimeja lalu mengklik area dimana Nadia berada.
Gadis itu sedang mengajak bicara seorang anak kecil yang dirasa tidak asing
"Zara.." desisnya
***
"Assalamualaikum Rey"
"Wa'alaikumssalam kak Artha"
Reyhand terkejut dengan kehadiran Artha dikantornya
"Ngapain kakak kesini?"
"Emang kakak ga boleh berkunjung ke kantor adiknya?"
"Bukan begitu, tadi kakak bilangnya mau pulang ke rumah kalian"
"Biasa ponakan manjamu pengen mampir kesini" sahut Artha sambil menunjuk Zara Sheinafia dilayar laptop adiknya yang sedang diajak bermain oleh salah satu karyawan disitu yang tak lain Nadia.
Artha memperhatikan Reyhand yang begitu fokus menatap layar laptopnya.
"Liatin apa sih Rey, fokus banget?"
"Eehh ya itu, liatin Zara"
Reyhan gugup dan mematikan laptopnya, lalu berjalan ke luar ruangan
"Eheemm gitu ya?"
Artha terkekeh sambil mengikuti adiknya keluar.
***
"Hei Zara hati-hati sayang" seru Nadia sambil memegang tubuh kecil Zara hendak menaiki permainan kuda putar.
"Papiih Reeyy.." teriak gadis cilik itu tangannya melambai ke arah Reyhand yang berjalan mendekati mereka diikuti Artha disebelahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel