(side-a)
“Artha ada apa dengan adikmu?” tanya Prasetya, merasa heran dengan sikap putranya.
“Lagi galau pih.”
“Maksud kamu Rey lagi bertengkar sama Riska gitu?”
“Bukan bertengkar sama Riska mih, tapi Rey lagi jatuh cinta sama cewek lain.”
“Maksud kamu Rey punya pacar selain Riska?”
Amanda sedikit sewot mendengar penjelasan Artha.
Setahu Amanda, Rey tidak memiliki hubungan dengan wanita lain selain Riska.
Artha menarik nafas, mungkin ini saatnya ia harus menceritakan kemelut adiknya yang sedang dilanda kasmaran dan patah hati. Siapa tahu mamihnya mengurungkan niat perjodohan Rey dengan wanita pilihan mereka yang tidak Rey cintai.
Artha yakin dengan penjelasannya ini pandangan orang tuanya terhadap Riska sedikit membuka kesadaran mereka bahwa Riska bukanlah wanita yang pantas untuk adiknya.
Apalagi setelah kejadian anarkis yang dilakukan Riska tadi pagi di mall yang diceritakan Rey membuat Artha harus bertindak sekarang.
“Mamih tidak percaya kalau Riska seperti itu.” sergah Amanda seakan tidak terima.
Prasetya hanya diam menyimak penjelasan putrinya
“Tapi kenyataannya seperti itu mih, Riska yang mamih banggakan tak lebih baik dari wanita liar.”
“Mamih tahu tentang Riska memang sedikit liar dan bebas, tapi Riska sudah janji sama mamih akan merubah penampilan dan sifat liarnya demi Rey.”
“Tapi nyatanya selama ini Riska tidak berubah mih. Tante Alda sam om Handoko saja tak menghiraukan kebebasan anaknya.”
“Tapi mamih sudah sepakat sama Alda untuk menyatukan mereka dalam ikatan pernikahan, agar silahturahmi antara kita tetap terjalin, mereka sudah seperti keluarga bagi kita.”
“Yaa itu sih fikir aja lagi sama mamih, bukannya mamih pingin istri Reyhand itu yang solehah, berjilbab keibuan dan bisa membawa Rey dalam kebahagiaan, coba mamih fikir kriteria itu ada tidak didalam diri Riska?”
Semua perkataan Artha membuat orang tuanya tertegun, secara logika ucapan putrinya itu benar.
“Ya sudah mih, pih Artha pulang dulu, hari sudah mulai malam, lagi pula banyak yang harus Artha kerjakan untuk persiapan keberangkatan nanti lusa.”
“Biar Rey anterin kamu sayang.”
“Ga usah mih, kasihan Rey nanti harus balik lagi, Artha titip Zara ya mih.”
“Ya sudah kamu hati-hati ya! jangan lupa nanti berangkat kabari kami.”
“Iya pih. Oh iya mih, tolong fikirkan sekali lagi ucapan Artha tentang perjodohan Rey. Artha yakin mamih inginkan yang terbaik untuk kebahagiaan kami sebagai putra putri kalian."
Amanda kembali terdiam.
***
Angin dingin menerpa tubuh Reyhand yang berdiri di balkon kamarnya. Tangannya memegang pagar pembatas dengan wajah menengadah ke atas menatap langit hitam berhiaskan bintang.
Perasaan Reyhand sedikit gundah, fikirannya tak luput dari sebuah wajah lugu dan polos, wajah yang telah mengusiknya selama beberapa minggu ini.
Nadia Kasih Ayunda gadis yang merubah sikapnya dari beku menjadi cair, menyapa relung hatinya yang dingin menjadi hangat.
“Aahhkk…” Reyhand mengacak rambutnya dengan kasar.
Rey melangkahkan kakinya memasuki kamar dan merebahkan tubuh di kasur king sizenya mencoba memejamkan mata.
Kegelisahan terus menerpanya, ada rasa rindu.
Rindu senyum gadis itu, rindu rona di wajahnya dan rindu menciumnya.
Tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyum kala ingat dirinya mencuri ciuman pertama gadis itu hingga mendapatkan hadiah manis sebuah tamparan.
Terkadang Rey masih sulit menerka bahwa seorang Reyhand yang dingin dan sedikit arogan bisa jatuh hati pada gadis selugu Nadia.
Lamunan yang membuai akhirnya membuat Reyhand tertidur.
***
“Eheemm.”
Suara deheman Rey menyadarkan Nadia yang sedang asyik berbicara dengan seseorang di telpon.
“Pak bos.”
Rey tersenyum sambil berdiri disamping Nadia.
“Dhan aku tutup dulu telponnya, aku mau pulang Assalamualaikum.” Nadia menutup telponnya dan mengangguk ke arah Reyhand.
“Belum pulang?”
“Menunggu Adilla.”
“Dimana orangnya?”
“Masih didalam sedang ganti baju.”
“Bukannya kalian memiliki kendaraan masing-masing?”
“Motorku ditinggal dirumah kost, bensinya habis aku lupa tidak mengeceknya.”
Rey mangut-mangut. “Tunggu disini!”
Tanpa menunggu jawaban dari Nadia, Rey pergi ke arah basement mengambil mobilnya.
Tak lama Rey muncul dengan kendaraannya, bersamaan dengan Nurfadilla keluar dari arah mall.
“Ayo Nad kita ambil motornya dulu.”
Nadia mulai bingung antara ikut pak bos atau sahabatnya, “Dilla.”
“Apa’?” Adilla mengikuti arah pandangan Nadia.
“Oh, ya sudah kamu ikut pak Rey saja,” sahut Adilla melihat kebingungan di wajah Nadia.
Tiiitt, Nadia menoleh ke arah suara klason, terlihat pintu mobil Rey sudah terbuka, seakan hendak menyambut tubuhnya untuk segera masuk.
Dengan rasa ragu akhirnya Nadia naik ke mobil Rey, setelah Adilla pergi dari hadapannya.
“Siapa yang telpon?”
“Itu tadi Ardhan.”
“Hm, kalian masih bersama?”
“Ti-tidak, dia hanya menanyakan kabarku saja.”
“Sudah tunangan, tapi perhatian sekali dia.”
Nadia menangkap nada tidak suka dari ucapan Rey.
==========
(side-b)
Nadia Kasih Ayunda mengernyitkan dahi kenapa pak bosnya melewati jalan berbelok yang menuju tempat kostnya.
“Pak tempat kostku terlewat”
“Aku tahu” jawabnya singkat
“Trus,, kita mau kemana?”
“Ke tempatku”
Deg,, jantung Nadia mulai berdetak lebih dari biasa.
“Apa aku akan ke rumahnya?” batin Nadia.
Reyhand membawa mobilnya agak menjauh dari keramaian kota, tepatnya Reyhand membawa mobilnya memasuki sebuah halaman parkiran dimana didepannya terbentang gedung pencakar langit.
“Kita turun” perintah Rey.
Nadia mengangguk lalu mengikuti Rey memasuki gedung itu.
Nadia merasa risih dipandangi orang-orang disekitar, entah apa yang mereka fikirkan tentang dirinya. Rey melihat raut gelisah diwajah gadisnya, dengan sigap tangannya menggenggam jemari gadis itu. Nadia terkesiap atas perlakuan Reyhand namun ia tidak menolak justru hatinya merasa tenang tangannya digenggam Rey.
Seorang pria cukup dewasa menghampiri mereka berdua
“Selamat sore pak Rey”
Sapanya dengan hormat
“Sore Haris, ini kuncilnya” jawab Rey sambil menyodorkan kunci mobilnya. Laki-laki yang bernama Haris itu mengangguk lalu meninggalkan Reyhand setelah menerima kunci mobilnya.
Nadia masih terdiam hanya menuruti kemana kaki Rey melangkah dengan tangan yang masih digenggam Rey.
Lift yang membawa mereka semakin naik ke atas dan berhenti dilantai delapan sekali-kali Rey melirik gadis yang terdiam disampingnya.
“Ya Alloh mau dibawa kemana aku ini, semoga pak bos tidak berbuat macam-macam sama aku”
bisik hati Nadia.
“Masuklah” suara Rey menginterupsi fikiran Nadia yang tak sadar telah berada didepan pintu yang sudah terbuka dan Rey berada didalamnya. Nadia masih terpaku.
“Kamu tidak usah takut aku tidak akan berbuat macam-macam, masuklah”
Kata-kata Reyhand membuat Nadia merasa malu, ia memasuki ruangan itu dengan hati berdebar.
Ruangan ini begitu luas lengap dengan fasilitasnya, entah tempat apa?
“Ini apartemenku” ucap Rey seakan tahu apa yang difikirkan gadisnya
“Kau mau minum apa, aku ambilkan?”
“Aahh ti- tidak usah nanti aku ambil sendiri”
Gugup Nadia. Rey mengambil minuman pepsi kaleng lalu duduk dishofa dihadapan Nadia yang sama duduk di sofa dengan wajah menunduk.
Jantung Nadia semakin berdegup kencang, apa lagi Reyhand menatapnya begitu lekat, membuat dirinya semakin gelisah
“Bersantailah, kau pasti lelah setelah seharian bekerja” sahut Reyhand.
Nadia mengangguk dan mencoba merelaxkan tubuhnya yang dirasa tegang. Nadia melirik Rey yang masih menatapnya sambil menyunggingkan senyum.
***
Nadia Kasih Ayunda membuang muka menghindari tatapan mata Reyhand yang seperti ingin menelannya hidup-hidup.
Dengan jantung berdegup kencang Nadia bangkit dari duduknya. Gadis itu melangkahkan kakinya yang sedikit gemetar menuju balkon luar yang pintunya sengaja dibuka lebar.
Matahari sore menyemburatkan warna senja, diatas balkon ini Nadia bisa melihat pemandangan pantai yang cukup jauh dari apertemen, namun lautnya begitu terlihat jelas membentang lengkap dengan riak ombaknya.
“Indah sekali,” desisnya.
Nadia menghisap udara segar khas laut, seakan membawa ketenangan setelah beberapa saat otaknya serasa tegang ketika didalam bersama Reyhand.
“Kau menyukainya?”
Nadia terkesiap, matanya melirik Rey yang sudah berdiri disampingnya. Tangannya dilipat didepan dada, matanya menatap lurus ke depan.
“Sunset itu indah bukan?” ujar Reyhand tangannya menunjuk ke arah matahari tenggelam dimana warna jingganya memancar indah.
“Aku sengaja membawamu kesini, untuk melihat keindahan itu bersamamu.”
Nadia menoleh kearah Rey, kebetulan Rey juga sedang menatapnya.
Nadia buru-buru mengalihkan matanya kembali ke arah sinar jingga.
“Kenapa bersamaku?” tanya Nadia dengan suara dibuat setenang mungkin mesti nyatanya ada getar halus menyertai suaranya.
“Aku mencintaimu, karena itu setiap ada keindahan aku ingin kau bersamaku.”
Nadia kembali menatap Rey seakan mencari kesungguhan dari tiap kalimat yang diluncurkan pemuda itu. Nadia tidak menemukan kebohongan tapi yang ada ketulusan di mata Reyhand.
“Nadia.” Reyhand menarik tangan Nadia untuk menyentuh dadanya. Rey merasakan tangan halus milik Nadia bergetar.
“Menikahlah denganku, rasakan oleh tanganmu degup jantungku yang begitu cepat.”
“Pak bos."
“Bisakah disaat kita berdua kau tak menyebutku pak bos.”
Hati Nadia bergemuruh hebat, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
“Tolong sebut namaku!” pinta Reyhand.
“Re-Reey, a-aku.”
Dengan reflex Reyhand menarik Nadia kedalam pelukannya.
Nadia terkesiap untuk kesekian kalinya atas sikap dan perlakuan Reyhand yang selalu tiba-tiba.
Nadia tak kuasa menolak, hatinya semakin bergemuruh tanpa sadar kepalanya bersandar di dada bidang Reyhand.
“Rey, a-aku juga mencintaimu,” lirih suara Nadia.
“Aku tidak mendengarnya!”
“Aku mencintamu.” Nadia mengulang kalimatnya, bibirnya bergetar seakan dirinya pun tidak percaya dengan ucapkannya.
“I love u too sayang.’ Bisik Rey di telinga Nadia, mata Nadia terpejam meresapi ucapan Rey.
Bersambung #14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel