Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Senin, 19 Oktober 2020

My Boss… I Love U #14

Cerita bersambung
(side-a)

Ddrrttt..., suara ponsel milik Reyhand untuk yang ke tiga kalinya, Rey dengan kesal meraih hp dan melihat nama Riska yang tercantum dipanggilannya.

“Angkat dulu telponya siapa tahu penting,” ujar Nadia.
Rey mematikan ponselnya tanpa niat mengangkat telpon dari Riska.
“Aku tidak mau merusak suasana kita dengan telpon yang tidak penting.”

Nadia hanya bisa menghela nafas.
***

Reyhand mengajak makan malam Nadia Kasih Ayunda sekaligus mengantar pulang kekasih hatinya.
Kebahagiaan terpancar jelas dikedua wajah dua insan yang dilanda cinta ini.


Reyhand sudah memantapkan hatinya untuk segera meminang gadisnya, seperti yang dikatakan Artha kakaknya.
“perjuangkan yang ingin kamu miliki sebelum ia dimiliki orang lain atau sebelum janur kuning melengkung.”
Reyhand ingat betul kalimat itu dan janji akan memperjuangkannya.

Mereka menikmati makan malam di Resto yang cukup terbuka.
Tanpa mereka sadari sepasang mata penuh kemarahan dan kebencian sedang memperhatikan mereka.

“Brengsek sudah kuduga, mereka memiliki hubungan, pantas Rey tidak mau menerima telponku, rupanya wanita sialan itu sedang bersamanya,” umpat Riska wajahnya merah padam menahan amarah yang siap meledak.

Riska keluar dari mobilnya dengan langkah lebar menghampiri Restoran dimana Reyhand dan Nadia berada.
Riska langsung menggebrak meja makan cukup keras membuat Rey dan Nadia terlonjak.

“Aawww, astaghfirullah bu Riska.”
Riska menyiramkan minuman yang ada di meja ke arah Nadia. “Dasar perempuan munafik.”
“Riska! apa-apaan kamu?”
“Harusnya aku yang nanya, apa-apaan kamu sama perempuan murahan ini?” balas Riska jarinya menunjuk ke arah wajah Nadia.
“Kamu memang keterlaluan Riska,” geram Reyhand.
“Kamu yang keterlaluan Rey, pantas kamu tidak mau angkat telponku, ternyata kamu sama perempuan munafik ini.”
Riska mengangkat tangannya siap menampar Nadia, namun ditahan oleh tangan Reyhand.

Tubuh pemuda itu menghalangi Nadia dari sasaran Riska. Semua yang ada yang di restoran menonton keributan dan berbisik-bisik.
“Jangan pernah kamu sakiti Nadia!”
“Rey aku ga suka kamu dekat-dekat dengan cewek murahan seperti dia.”
“Terserah aku dekat dengan siapa saja bukan urusan kamu.” dengan geram Reyhand menunjuk ke arah wajah Riska.
“Rey, sudah tolong hentikan kasian Riska.”
“Diam lo cewek munafik gue ga butuh simpati elo. Oh elo udah berani nyebut nama Rey rupanya.”
“Cukup Riska jangan bicara lagi! ayo Nadia!”
Reyhand melangkah pergi sambil menarik tangan Nadia.
***

Riska mencekal tangan Reyhand yang hendak pergi dari hadapannya. “Rey aku tak akan biarkan kamu pergi dengan perempuan rendahan itu.”

Reyhand mendengus kesal. “Berhentilah menyebutnya perempuan rendahan, namanya Nadia, dan dia calon istriku, kamu mengerti Riska?”
Suara Rey penuh penekanan agar dipahami oleh Riska yang hatinya sedang dibakar emosi.
sontak gadis itu langsung tertegun, merasa syok mendengar Rey menyebut wanita yang dibencinya calon istri.

Reyhand kembali membawa Nadia ke mobilnya setelah tanpa sadar Riska melepas cekalan tangannya.
Setelah Reyhand tak nampak lagi dihadapannya, emosi Riska kembali memuncak. Setengah berlari ia memasuki ke mobilnya dan berusaha mengejar mobil Reyhand.
***

Mulut Keduanya bungkam selama perjalanan, seakan asyik bermain dengan fikirannya masing-masing.
Keduanya sama sekali tidak menduga dengan kehadiran Riska di Resto hingga mengacaukan segalanya.

“Kenapa berhenti..?” tanya Nadia Kasih Ayunda begitu sadar Rey menghentikan mobilnya.
“Sudah sampai,” jawab Rey singkat.
“Oh, aku fikir masih jauh” timpal Nadia dengan wajah malu.
“Kau tidak usah turun jika masih betah bersamaku.”
“Eehh apa maksudmu? tentu saja aku akan turun.” Wajah Nadia merah seperti kepiting rebus saking malunya sambil turun dari mobil.

Reyhand terkekeh sambil mengikuti Nadia berjalan ke arah rumah kostnya dan berhenti didepan pintu.
“Kau baik-baik saja? Maaf atas kejadian tadi.”
“Aku baik-baik saja.” ujar Nadia, menampakkan senyum manisnya.
“Masuklah sudah malam, bajumu basah cepat ganti agar tidak masuk angin, besok aku akan menjemputmu.”
“Iya, terimakasih.”
“Selamat malam sayang, love you.” bisik Reyhand sambil mengecup lembut kepala Nadia.
“Love you to my bos.”
Rey tersenyum “Assalamualaikum.”
“Wa’alaikumssalam, hati-hati.”
“Iya, masuklah,” perintah Rey sekali lagi.
***

“Brengsek.” umpat Riska memukul stir, lalu turun dari mobilnya.
Setelah yakin mobil Reyhand tidak terlihat, Riska menghampiri kostan Nadia lalu mengetuk pintu kost.
“Rey, kok balik lagi kenapa ya?” gumam Nadia heran.
Pintu kembali diketuk “iya sebentar!” seru Nadia.
Nadia terperanjat Saat pintu dibuka. “Bu Riska!”

Dengan kasar Riska mendorong Nadia kembali ke dalam rumah hingga terjengkang.
“Astaghfirullah bu Riska, ada apa…?”
“Ada apa? Gue mau peringatkan elo untuk menjahui calon suami gue.” gertak Riska dengan tatapan nyalang.
Dengan emosi penuh Riska menjambak jilbab Nadia hingga terlepas.

==========
(side-b)

Suasana sekitar rumah kost Nadia Kasih Ayunda cukup sepi, sebagian sudah terlelap dalam mimpi, sehingga tidak ada yang mengetahui kegaduhan dirumah Nadia yang ditimbulkan Riska.

“Astaghfirullah bu Riska tolong hentikan, istighfar bu!”
“Diam lo jangan ajari gue kalimat itu jika elo sendiri setannya.”
“Apa maksud bu Riska?”
Dengan suara bergetar dan air mata yang mengalir Nadia mencoba bangkit dari tersungkurnya, namun Riska kembali mendorong tubuh gadis itu dan terjerembab diatas sofa.

“Eeh belum sadar juga ya, percuma elo pake jilbab jika kelakuan elo sama saja dengan setan pelakor ingat pe-la-kor.”
“Astaghfirullah, setahu saya pak Rey tidak hubungan sama bu Riska jadi saya bukan pelakor.”
Plaak, plaak suara tamparan mendarat dipipi putih kanan kiri Nadia, menimbulkan darah kental mengalir disudut bibir yang sobek, gadis itu terpekik kecil.

“Denger sekali lagi, gue sama Rey akan segera menikah, kami sudah merencanakan hari pernikahannya. Jika elo masih mau hidup jauhi calon suami. Gue ga akan segan-segan membuat hidup elo menderita.”
Setelah bicara panjang lebar Riska melangkah keluar.

“Aahh satu lagi na-di-a, elo berkaca lah! ga pantas pegawai rendahan seperti elo dapetin seorang bos seperti Rey, helloow jangan mimpi. Rey hanya kasihan sama elo bukan.”

Riska menyunggingkan senyum sinis, lalu benar-benar pergi meninggalkan Nadia yang teronggok pasrah, tangisnya pecah dalam dekapan kedua lengannya. Tubuhnya serasa sakit dan linu akibat perlakuan Riska yang mendorongnya sedemikian rupa.

Pipinya begitu sakit dan panas, namun semua itu tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya atas ucapan dan perlakuan Riska.
“Yaa Alloh astaghfirullah aladzim.”

Nadia berusaha bangkit disisa-sisa tenaganya menuju kamar lalu merebehkan tubuhnya yang dirasa begitu lemah dan air mata yang tak mampu berhenti.
***

Setelah aksi anarkisnya dirumah Nadia, ada kepuasan tersendiri bagi Riska.
Gadis itu memasuki sebuah club dengan musik hingar bingar. Setelah memesan minuman terlebih dahulu Riska duduk disebuah kursi agak dipojok.
Begitulah hiburan untuk Riska tak segan memasuki dunia malam.

Seorang pemuda menghampiri Riska dari gelagatnya dia seperti sudah mengenal Riska.
“Hello honey,” sapanya sambil ikut duduk disamping Riska yang terlihat cuek dengan kehadiran pemuda tampan yang terlihat blasterannya.
“Jangan ganggu gue Johan!” ujar Riska ketus sambil menatap jengah wajah pemuda yang bernama Johan.
***

Tubuh Riska mulai terlihat condong, efek banyak menegak minuman beralkohol.
Riska kembali meraih minumnya namun Johan merebut gelas dari tangan Riska
“Sudah cukup elo minum Ris!”
“Ahh siniin minuman gue.” Tangan Riska mencoba meraih gelas yang dipegang Johan.
“Elo dari dulu ga berubah Ris. Gue pikir elo udah berhenti kaya ginian.”
“Cuma dengan cara ini gue bisa ngilangin stres gue Han.”
“Elo salah, justru perbuatan elo ini semakin membuat elo tambah rusak.”
“Eh Han gue ga butuh ceramah elo, jangan sok suci, munafik lo.”
“Gue ngaku kalo gue brengsek, gue ga munafik, gue hanya khawatir sama elo Ris.”
“Apa pedulimu hah?”
“Gue peduli karena gue masih sayang sama elo.”
“Sayang, elo bilang sayang sama gue bulshit tau ga lo.”
“Gue dari dulu serius sama elo, tapi elo selalu mikirin Rey orang yang jelas ngga cinta sama elo.”
“Tahu apa elo tentang Rey? tentu saja Rey cinta gue, dan gue akan segera menikah sama dia.”

Johan menghembuskan nafas kasar.
“Berhentilah berharap sama Reyhand, gue rela mengganti posisi Rey di hati elo Ris.”
“Johan, Johan sampai kapanpun gue ga akan lepasin Rey, gue butuh elo disaat gue kesepian aja.”
Johan mengepalkan tangan geram, wajahnya menyiratkan kemarahan tiba-tiba Johan menarik tubuh Riska yang sudah mabuk parah.
“Lepasin gue Han! gue masih butuh minum.”

Riska berontak dari dekapan Johan, pemuda itu semakin menyeretnya keluar area club.
Dengan susah payah Johan membuka pintu mobil Riska sambil tangannya mendekap erat tubuh lemas gadis itu agar tidak terjerembab.
***

Johan berhasil membawa Riska ke apartemennya dan membaringkan tubuh gadis yang sudah tidak sadarkan diri itu diatas kasurnya.
“Rey, jangan tinggalin gue,” lirih suara Riska dengan mata terpejam.
“Gue akan buat elo, tidak bisa ninggalin gue,” Bisik Johan.
***

Nadia Kasih Ayunda beranjak dari sajadahnya selesai melaksanakan sholat subuh. Seluruh tubuhnya masih sangat sakit dan linu, sudut bibirnya terlihat masih bengkak meskipun sudah dikompres berkali-kali.

Selesai membereskan alat sholatnya Nadia berniat kerumah tante Anita untuk menemui sahabatnya Nurfadilla.

“Assalamualaikum Dilla.”
“Wa’alaikumssalam, bentar Nad!” Suara Adilla dari dalam, tak lama pintu dibuka.
“Ayo masuk Nad, eh tunggu! Astaghfirullah Nad wajahmu kenapa?”
“Engga apa-apa Dil,” jawab Nadia singkat sambil masuk ke dalam rumah.

Bersambung #15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER