Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Rabu, 21 Oktober 2020

My Boss… I Love U #16

Cerita bersambung
(side-a)

“Riska sedang ada urusan tentang bisnis modelingnya mbak Manda, dari kemarin dia sangat sibuk jadi tidak sempat pulang. Tadi saya sudah menghubungi Riska bahwa calon mertuanya hari ini akan datang, mungkin sebentar lagi dia pulang.”
“Oh begitu.” Amanda manggut-manggut menanggapi penjelasan panjang lebar dari Alda, matanya melirik ke arah suaminya yang dibalas anggukkan pelan oleh Prasetya.
Suara bantingan pintu mobil yang cukup keras mengejutkan penghuni rumah yang sedang asyik berbincang. Langkah cepat dari Riska memasuki rumah tanpa menyadari keberadaan orang tuanya dan orang tua Reyhand diruang tamu.

Alda dengan cepat bangkit dari duduknya. “Riska….” Panggilnya. Alda mencekal lengan putrinya.
“Apa sih mah?” jawab Riska dengan suara ketus sambil menepiskan tangan Alda.
“Kamu kenapa, Nak?”
“Riska capek mah mau ke kamar.”
“Sayang….” Wajah Alda sedikit memerah menahan malu dengan sikap Riska dihadapan tamu pentingnya apa lagi putrinya terlihat begitu kusut.
“Apa lagi mah?”
“Ada mamih Manda sama om Pras.”

Riska terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya ke arah ruang tamu dimana orang tua Reyhand sedang memperhatikan dirinya tak terkecuali papahnya yang ikut menatap tajam ke arahnya.

“Ah, eehh mamih Manda, om Pras ma-maaf Riska ta-tadi tidak melihat.” kata Riska gugup.

Riska menghampiri kedua orang tua Rey yang sedari tadi memperhatikannya. Dengan tangan gemetar Riska menyalami keduanya.
“Sekali lagi maafkan Riska mih, om.”
“Tidak apa-apa om mengerti kamu pasti lelah setelah menghadiri bisnis modelingmu.”
“I-iya om, mamih Manda Riska pamit hendak ke kamar dulu.”
“Iya, silahkan istirahatlah dulu.”
Riska berlalu setelah mendapat anggukkan dari Amanda yang sedari tadi tidak mengeluarkan suara.
“Bagaimana mbak, mas apa sudah ditentukan waktunya kapan acara pernikahan putra putri kita,” tanya Handoko setelah selesai menjalankan makan siangnya.

Mereka kembali duduk santai diruang tamu untuk membicarakan pokok utama tujuan mereka.
“Iya mbak bagaimana tentang kelanjutan perjodohan anak-anak kita, apa sudah ditentukan kapan waktu pernikahan mereka?” Alda begitu antusias.
“Begini dik Alda juga Handoko saya maupun istri sudah sepakat untuk menyerahkan keputusan perjodohan ini kepada anak kami Rey, karena dia lah yang akan menjalani kelak rumah tangganya”

Handoko dan alda saling berpandangan.
“Lalu, apakah Rey sudah menentukan apa yang dimaksud kami?”
“Sudah, tapi sebelumnya saya minta maaf.”
***

“Kami benar-benar minta maaf, jika keputusan yang kami ambil ini agak mengecewakan dik Alda sama Handoko.”
“Maksud mas Pras apa toh? Kenapa kami bisa kecewa?”

Prasteya menarik nafas dalam-dalam seakan mencoba mengumpulkan kata demi kata agar apa yang akan diucapkannya bisa diterima oleh Handoko dan Alda.

“Gini dik, Reyhand putra kami sudah menentukan pernikahannya sendiri tapi dengan gadis pilihannya bukan dengan Riska.”
“Lho bagaimana bisa begitu? Bukannya kita sudah sepakat hubungan kekeluargaan kita akan berlanjut dengan menikahkan putra putri kita?” Alda sedikit emosi, seakan tak menerima ucapan Prasetya, mengingat putrinya sangat mencintai putra mereka.
“Maafkan kami dik Alda, sebagai orang tua kami tak bisa egois memilihkan jodoh untuk anaknya sesuai keinginan kami, anakpun memiliki kebebasan untuk menentukan masa depannya asal tidak menyimpang dari norma-norma agama, awalnya iya kami ingin sekali Riska yang kelak menjadi istri Ryhand tapi…!”
“Tapi apa mbak? Apa karena sikap Riska tadi? oh ya ampun mbak Manda harusnya bisa memaklumi Riska begitu karena rasa lelahnya, setelah aktifitasnya sebagai model.”
“Oh bukan itu maksud kami dik Alda.”
“Lantas apa? Apa kekurangan Riska sehingga Reyhand menolak Riska dan menerima gadis lain?”
“Mah, pah ada apa?” Riska tiba-tiba muncul, merasa namanya disebut-sebut. Gadis itu kini terlihat segar dan santai.
“Riska sayang, sini duduk dulu, Nak!” ujar Alda membawa putrinya supaya duduk bersama mereka.

Untuk beberapa saat suasana hening.
Prasetya akhirnya kembali buka suara. “Riska, kami sebagai orang tua Reyhand memohon maaf jika perjodohan ini dibatalkan.”
“Maksud om?” Riska merasa kurang yakin dengan apa yang didengarnya, hatinya mulai bergemuruh.
“Iya sayang, mereka membatalkan perjodohanmu dengan Rey.” Dengan lembut Alda menjelaskan.
“Tidak! itu tidak mungkin! mamih Manda sama om Pras pasti sedang bercanda.”
“Maafkan kami nak, kami tidak bisa membiarkan Reyhand tidak bahagia dengan pilihan kami.” timpal mamih Manda.
“Bagaimana bisa mamih Manda bilang gitu! tentu saja Riska dan Reyhand akan bahagia karena aku sangat mencintai Reyhand.” protes Riska dengan intonasi suara yang ditinggikan.
“Riska, bagaimana pula kamu bisa mengatakan sangat mencintai Reyhand jika dibelakangnya kamu masih bisa bebas bermesraan dengan pria lain.”

Deg, Riska langsung terdiam membisu, perkataan mamih Manda langsung menohok hatinya.

==========
(side-b)

“Ma-maksud mami Manda apa?” akhirnya Riska kembali membuka suara setelah beberapa saat semua terdiam.
“Iya mbak Manda, bisa tolong jelaskan apa maksud dari perkataan mbak mengatakan Riska seperti itu?” Alda menambahkan seakan tidak terima anaknya dituduh seperti itu.
“Dik Alda bisa tanyakan langsung sama Riska, apa yang dilakukannya didepan gedung apartemen tadi bersama seorang pria, Riska juga pasti paham maksud saya.”

Alda menatap putrinya tajam dengan seribu pertanyaan yang siap dilontarkan.
“Omah, ayo kita ke tempat papih Rey, Zara udah bosan disini terus.”

Kehadiran Zara Sheinafia mengurungkan niat Alda untuk menanyakan kepenasarannya terhadap Riska.

“Iya sayang ayuk, omah sama opah juga sudah selesai, dik Alda, Handoko kami sebaiknya pamit dulu, sekali lagi mohon maaf atas keputusan kami yang tidak sesuai dengan keinginan,” ujar Prasetya.
“Iya dik, saya harap silahturhami kita tetap terjalin, meskipun Rey dan Riska tidak jadi menikah. Kami permisi dan dan terima kasih banyak undangan makan siangnya, Assalamualaikum.” sambung Mamih Manda.

Alda dan Handoko tak mencegah kepergian orang tua Reyhand. Fikiran mereka sibuk dengan fikirannya tentang seputar putri mereka. Sedang Riska begitu orang tua Reyhand telah keluar dari rumahnya ia langsung berlari ke kamarnya tanpa menghiraukan panggilan marah dari sang papah.

Riska membanting pintu kamar lalu menguncinya tak lama terdengar kegaduhan dan jerit histeris dari kamar Riska. Gadis itu merasa nasibnya begitu sial, pertama ia begitu murka saat tahu Reyhand mencintai Nadia bukan dirinya, kedua Johan kekasih gelapnya telah merenggut makhotanya dan kini orang tua laki-laki yang dicintainya telah membatalkan perjodohan mereka.

Riska benar-benar frustasi menumpahkan segala perasaan yang membludag dengan jerit histerisnya, bahkan gedoran dan teriakan orang tuanya diluar pintu kamar tak ia hiraukan.
***

Reyhand telah kembali ke ruang kantornya setelah pencarian gadisnya berbuah nihil.
Reyhand merebahkan tubuh lemasnya diatas sofa kantor, jarinya memijit pelipis yang dirasa pening.
Sungguh Rey tidak mengerti, hanya dalam jarak beberapa jam gadisnya menghilang tanpa kabar, seribu pertanyaan menumpuk diotaknya seakan siap meledak.

“Papih Rey….” Reyhand terkejut mendapati keponakannya ada disini.
“Assalamu’alaikum Rey.”
“Wa’alaikumssalam mih, pih kok ada disini?”
Tanya Reyhand dengan ekspresi heran atas kedatangan orang tuanya ke kantornya.
***

Reyhand bangkit dari rebahannya dan melempar jas kerjanya ke sofa lalu menggulung lengan bajunya hingga siku kancing kemeja atasnya ia buka seakan atmosfir ruangan kantornya dirasa begitu panas, meskipun ac selalu stand bye.
Rey mendudukan Zara Sheinafia dipangkuannya.

“Kamu ini Rey, mamih sama papih ketuk-ketuk pintu sama ucap salam ga ngerespon, kamu kenapa?” kata Prasetya.

Mata Prasetya mengedar ke seluruh ruangan kantor Rey lalu duduk dikursi kebesaran milik Rey.
“Maaf mih, pih Rey ga denger.”
Semumet itukah fikirannya hingga tidak mendengar salam dan ketukan pintu dari orang tuanya, Rey mengacak rambutnya kasar.
“Mamih sama papih habis pulang dari rumah calon mertuamu.” Amanda menyebut calon mertua seakan ingin melihat reaksi dari putranya.
“Maksud mamih?” Rey mengangkat alisnya sedikit terkejut.
“Iya habis dari rumah Riska.”
“Untuk apa mih? Kan Rey sudah bilang-”
“Denger dulu penjelasan mamihmu jangan dulu main potong.” hardik Prasetya.

Rey membuang nafas kasar, ia berjalan ke arah meja dan menyambar gelas minumnya, tenggorokkannya serasa kering.
Amanda hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putranya yang sedang kesal.

“Trus, apa perjodohan ini masih berlanjut?” tanya Rey dengan suara datar.
“Tentu saja tidak, sudah dibatalkan,” jawab Prasetya dengan nada tegas.
Rey terlonjak. gelas yang dipegangnya hampir terlepas, “Apa…?”
Reyhand melihat mamihnya mengangguk sambil tersenyum.
“Alhamdulilah” Rey mengusap wajahnya. Hatinya begitu lega mendengar kabar pembatalan perjodohannya.
“Lalu…?”
Dengan panjang lebar Amanda menceritakan semua kejadian dari awal berangkat hingga menemukan Riska dengan pria lain hingga berakhir dengan kedatangan mereka dikantornya.

Reyhand benar-benar bersyukur memiliki orang tua yang dapat memahami keinginan yang terbaik untuk anaknya.

“Naah sekarang dimana gadis pilihanmu hhmm?”
“Maksud mamih?”
“Rey, Rey dari tadi maksudnya, maksudnya, pura-pura bodoh apa memang bodoh sih?”
“Yang omah maksud tante Nadia papih Rey.”
Zara yang sedari tadi asyik dengan bonekanya ikut menampali.
“Tuh Zara aja yang masih kecil paham, masa kamu yang sudah besar ngga Rey! Sebodoh itu kah anak mamih?”

Mamihnya mendelik, Reyhand menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedang Zara terkikik geli seakan mengerti perdebatan mereka.

“Iya, iya mih, Nadia tidak ada disini”
“Maksud kamu?”
Sekarang giliran mamih Manda yang merasa bingung dengan ucapan putranya.

Bersambung #17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER