Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Rabu, 07 Oktober 2020

My Boss... I Love U #2

Cerita bersambung
(side-a)
Reyhand semakin memfokuskan penglihatannya.
"bener,, dia gadis itu..?" gumam Rey sambil menyambar map yang tadi Mickha simpan diatas mejanya.
Dengan tidak sabar pemuda itu membuka map daftar karyawan baru dan menelusuri nama serta bagiannya
"delapan karyawan baru, pria enam orang, wanita dua orang
KANIA SARI bagian bazzar dan NADIA Kasih Ayunda bagian.. hhmmm ini dia..nadia..!"
***

"Nad istirahat dulu yuk dah waktunya, aku laper nih?"
Ajak Adilla sambil menarik tangan sahabatnya
"bentar Dill tanggung ini dikit lagi" ujar Nadia masih berkutat dengan pekerjaannya.
"udah tinggalin aja, ada Sari yang ngamplus"
"sabar dikit napa sih?"
"lapeer tau tadi pagi aku ga sempet sarapan, kalo pingsan gimana?"
"iya,, iya bawel, kalo pingsan ya tinggal pingsan, gitu aja repot" sambil menoyor pelipis Adilla.
Adilla mengurucutkan bibirnya dengan sekali sentak menarik tangan Nadia menuju area tempat makan kemudian memesan makanan plus minuman untuk ritual makan siangnya.

Nadia dengan nikmat menyeruput minumannya dengan mata mengedar ke tiap area mall yang cukup ramai.
Matanya tiba-tiba membulat menangkap sosok cowok jangkung yang membuat hatinya teramat dongkol
"aahh itu kan dia..?"
"maksudmu dia siapa?" tanya Adilla.
"dia Dill, cowok sombong yang sok kegantengan itu" ujar Nadia sambil beranjak dari duduknya hendak menghampiri.
"heii Nad mau kemana? ini makanannya bayar dulu dong"
"bayarin dulu ma kamu Dill, aku ada urusan bentar"
"uuhh dasar" rutuk Adilla mencebikkan bibirnya
"heeii kamu..!" teriak Nadia sambil menarik ujung jas pemuda yang diteriakinya
"eehh.."
Sontak pemuda itu terkejut dengan cepat membalikkan tubuhnya
"ternyata kamu ada disini hah?"
"kau lagi, cewek cerewet"
Dengan wajah datar Rey menimpali kalimat yang meluncur dari gadis yang tak diduga kehadirannya.
"apa kamu bilang..? jangan harap kamu bisa kabur lagi ya, urusan kita belum selesai"
"trus, maumu apa?" tanya Rey dengan tenang, matanya melirik kearah security yang hendak menghampirinya dan memberi isyarat untuk diam ditempat dengan mengedipkan mata.
"ngapain kedap kedip? aahh jangan pura-pura bego lagi ya?"
Nadia sudah tidak memperdulikkan tatapan heran dari para pengunjung mall.
"Naad.. kamu kenapa siihh marah-marah melulu, malu tau diliatin orang" Nurfadilla mencoba menenangkan sahabatnya yang seperti kebakaran jenggot dan belum menyadari kehadiran Rey didepannya.
***

Bukan Nadia Kasih Ayunda tidak tahu aksi mencak-mencaknya ditonton banyak orang, tapi kerusakan fatal motor kesayangannya yang membuat Nadia tidak peduli dengan keadaan sekitarnya.
"bodo amat sama mereka yang pada nonton Dill aku ga peduli, aku cuma mau minta tanggung jawab cowok jutek ini" hardik Nadia dengan jari telunjuk diacungkan tepat didepan wajah Reyhand.
Nurfadilla dengan cepat melihat laki-laki yang ditunjuk nadia, sontak wajah Adilla memucat, tubuhnya tiba-tiba gemetar saat tahu siapa laki-laki itu.
"Nad.. Nad.."
Suara Adilla mendadak serak. dengan cepat menarik tangan Nadia, tapi dikibaskan kembali
"apaan sih Dil, aku belum selesai?" tanpa melirik Adilla
"eehh cowok sombong, pokoknya aku tidak mau tau, sekarang juga aku minta ganti rugi"
"bukannya aku sudah memberikan kartu namaku?"
"masya Alloh, emangnya dengan kartu nama bisa bayar kerusakkan motorku apa?"
Adilla semakin gemas kembali menarik tangan Nadia dengan kencang. Wajah Adilla semakin ketakutan melihat wajah Rey dengan tatapan tajam dan dingin.
"Naadd, udah doong, kamu ga tahu apa..?"
"aduuhh sakit Dill, ngapain tarik-tarik tanganku, kalo tanganku putus gimana?"
"heeii, Nadia, Adilla, kalian ngapain disini, waktu istirahat kalian sudah habis, ayo kembali kerja"
Mickha Makuesta  tiba-tiba datang dengan mata melotot menghardik Nadia dan Adilla
"ii iiya mbak Mickha ini juga mau kembali kerja" sahut Adilla sambil menyeret kencang tangan Nadia
"aawww, aduuhh Dill sakit tanganku" ringis Nadia berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Adilla.

Setelah cukup jauh dari pandangan Rey dan Mickha, Adilla melepaskan cengkramannya dari tangan Nadia
"kamu sudah gila apa sih Nad?"
"kamu yang udah gila Dil, narik tanganku sampe segitunya, sakit tau?" ketus Nadia sambil meringis nahan perih ditangannya
"kamu tau ga sih Nad..?"
"engga..!"
"aku belum selesai ngomong oneeeng"
Kalau bukan ke sahabatnya udah dicekik nih makhluk
"trus mau ngomong apa lagi? gara-gara kamu dia kabur lagi Dil"
"cowok yang tadi kamu marahin itu..?"
Adilla menarik nafas sejenak
"iya,, siapa?"
"dia bos kita Naaadd..!!""
"whaaattt...???!!"

*****
(side-b)

Nadia Kasih Ayunda semakin membelalakkan matanya saat Nurfadilla mengiyakan kalimatnya
"Dillaaa kamu ga main-main kaan? kamu ga lagi bohongin aku kaan?" lirih Nadia terdengar serak.
"aku ciuuss Nad dia pak Reyhan bos kita, pemilik mall ini"
"apaaaa..?" teriak Nadia kencang
"aduuh Nad bisa dikecilin ngga siih volume suaramu, bisa budeg kupingku"
Adilla dengan kesal membungkam mulut sahabatnya.
"astaghfirullah aladzim yaa Alloh Diiill.. kenapa kamu ga ngomong dari tadi waktu disana?"
"laah kamu Nad, gimana aku bisa ngomong, kamu nyerocos ga berhenti-berhenti, susah aku ngomong sama orang yang lagi emosi"
"masya Alloh, trus gimana nanti nasibku?"
Wajah Nadia sungguh pucat, keringat mulai membanjiri seluruh tubuhnya.
"ada apa? kalian ada masalah?"
Suara bernada datar membuat kedua gadis itu menegang, wajah mereka semakin kentara dengan kepucatan, Nadia dan Adilla membalikkan tubuhnya dengan cepat menghadap Reyhand yang sudah berdiri dihadapan mereka.
"ti- tidak pak, tidak ada apa-apa" suara Adilla dibuat setenang mungkin mesti nyatanya tetap tersendat-sendat sedang Nadia menunduk sambil memilin-milin ujung bajunya.
"Nadia.."
"ii- iiya pak"
"ikut saya"
"ke- kemana?"
"ikut aja ga usah banyak nanya" sahut Adilla berbisik ditelinga Nadia, sebelum bosnya marah besar.
Rey beranjak pergi diikuti Nadia yang masih menunduk dengan tangan masih memainkan ujung bajunya
"yaa Alloh apes deeh, pasti bakal dipecat nih, gimana nanti kata bunda sama ayah, baru pertama kerja udah dipecat, bodohnya kamu Nad, Nad" hati Nadia meracau merutuki kebodohannya dan tanpa sadar menepuk jidatnya sendiri.
"kenapa?" tanya Rey tanpa menghentikkan langkahnya.
"eehh,, ti- tidak apa-apa pak"
"hhmmm.." Rey tersenyum miring mendengar gadis itu menyebutnya pak, tidak seperti kejadian tadi menyebut dirinya sombong, bego, sok kegantengan.

Mereka sampai didepan pintu ruangan yang tertutup, sejenak Rey menghentikkan langkahnya dengan mendadak duuukkk
"aawww.." kepala Nadia membentur punggung Rey. Karena sedari awal mengikuti, Nadia menundukkkan wajahnya tanpa berani diangkat.
"ma, maaf ti- tidak sengaja"
Rey menggelengkan kepalanya dengan tangan membuka knob pintu
"masuk" perintahnya.
Nadia menurut memasuki ruangan kantor milik Reyhand.
Rey menghempaskan bokongnya dikursi kebeserannya.
"kau bisa duduk?"
Nadia segera duduk tanpa bicara dengan wajah masih ditundukkan.
***

Mereka duduk berhadapan, mata hazel Reyhand menatap intens gadis yang duduk dihadapannya.
Wajah pucat Nadia Kasih Ayunda yang ditekuk mengundang senyum kecil dibibir Rey.
"kamu tahu kenapa aku memanggilmu kemari?"
Kepala Nadia menggeleng
"ini hari pertamamu kerja?"
Kepala Nadia mengangguk
Reyhand menghela nafas sejenak
"apa motormu rusak parah?"
Tanpa merubah posisi kepala Nadia kembali mengangguk
"apa kamu tiba-tiba bisu?"
Dengan nada cukup tinggi Rey menggebrag meja, membuat gadis itu terlonjak kaget
"ah, eehh ti- tidak pak, ma- maafkan saya" mata Nadia mulai mengembun.
"kamu tahu Nadia, gara-gara kamu moodku jadi berantakkan. Kesalahanmu dihari pertama kerja cukup banyak"
Nadia menggigit bibir bawahnya, rasa gemetarnya tak bisa disembunyikan. Rey tahu itu, dia menyembunyikan senyum kecilnya dibalik punggung tangannya.
"kamu sudah membuatku malu didepan para pengunjung, kamu sudah membuat batal meetingku"
Rey tanpa ampun mengeja setiap kesalahan yang dibuat Nadia, membuat gadis itu semakin menunduk, sebulir air lolos dari matanya.
"Dan kamu.."
"jangan pecat saya pak" lirih Nadia meski pelan tapi masih jelas terdengar digendang telinga Rey, namun Rey pura-pura tidak mendengarnya.
"apaa..?"
"ma- maafkan saya pak, tapi tolong jangan pecat saya"
"memang siapa yang mau pecat kamu?"
"ja- jadi pak bos tidak memecat saya" ada nada lega disuara Nadia.
"saya tidak mengatakan begitu!"
Kembali wajah Nadia ditekuk. Kali ini rona merah menyemburat dimukanya kege'eran.
"Sudah cukup basa basi ini, kali ini saya maafkan kamu, kembalilah ke tempat kerja"
Sontak Nadia mengangkat wajahnya dengan senyum mengembang.
"jadi pak bos ga memecat saya?"
Reyhand menggelengkan kepalanya
"alhamdulilah yaa Alloh, terima kasih banyak dan maafkan atas sikap saya tadi pak"
"iya, tidak apa-apa, kembalilah ke tempat kerja sebelum saya berubah fikiran"
"eehh ii- iya pak, sekali lagi terima kasih banyak, saya permisi"
Dengan wajah gembira Nadia beranjak dari tempatnya
"tunggu.."
Nadia menghentikan langkahnya dan kembali menghadap Rey.
"iya,, ada apa pak?"
"kamu serius mau meremas saya jadi bubuk..?"
Nadia membulatkan matanya dengan mulut menganga terlihat mimik polosnya terlihat lucu dimata Rey.
"dari mana bosnya tahu kata-kata itu...??" batin Nadia..

Bersambung #3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER