(side-a)
Reyhand dengan menahan senyum agar tidak mencuat masih menikmati reaksi wajah Nadia Kasih Ayunda yang merah merona, mulut menganga, mata membulat lebar.
Sedetik kemudian mereka disadarkan dengan suara wanita yang cukup menggema disekitar ruangan
"Reyhaaaand.."
Sipemilik suara menyenggol pundak Nadia hingga gadis itu sedikit bergeser dengan cara terhuyung, wanita itu sekilas melirik Nadia dengan pandangan acuh.
Sejenak Nadia terkesima dengan penampilan wanita yang menyenggolnya.
Cantik, langsing rambut sebahu bergelombang, dengan busana cukup mencolok, dres sebawah lutut warna merah dengan tali lengan spagheti dan model punggung sedikit terbuka.
'bajunya kaya kurang bahan' batin Nadia, sambil cepat berlalu dari ruangan itu, takut bosnya kembali berubah fikiran untuk memecatnya.
"Riska..!"
Wanita yang bernama Riska dengan sigap memeluk Reyhand
"Rey, aku kangen banget sama kamu" rengek Riska dengan suara manja.
"kapan kamu datang dari Singapore? kenapa tak mengabariku setidaknya aku bisa menjemputmu ke bandara"
"surpraise Rey, sengaja aku ga memberi tahumu ingin buat kejutan ke kamu"
"tapi,, kenapa aku tidak terkejut dengan surpraismu, karena kamu sudah terbiasa seperti itu"
"iihhkk, jahat kamu Rey" Riska mengerucutkan bibirnya dengan laga manjanya, Rey hanya tersenyum simpul
"Rey.."
"hhmmm"
"iihk sebel orang kangen jauh-jauh datang dari Singapore, malah dicuekin siih"
"sorry Ris aku agak sibuk" Rey menanggapinya dengan mata dan tangan fokus kelayar laptopnya.
"Reeeyyy.." Riska merajuk kesal dengan sikap cuek Reyhand
"ok, ok"
Akhirnya pemuda itu mengalah, dengan segera menutupkan laptopnya, Riska tersenyum senang
"gitu doong, peka dikit napa sih?"
"iya, iya sayang trus kamu mau apa?"
Riska semakin memasang wajah gembira saat pemuda itu memanggilnya sayang, sebutan yang langka untuk seorang Riska yang teramat mencintai sosok cowgan seperti Rey..
"aku mau kau ajak keliling mall milikmu ini Rey, kan kamu udah janji kalau aku pulang dari Singapore mau ajak aku jalan-jalan keliling mall ini"
"ya sudah ayoo aku ajak kamu keliling sampai pusing"
Riska bergelayut manja ditangan Rey.
Rey hanya mengedikkan bahunya.
***
Fikiran Nadia Kasih Ayunda masih seputar kata-kata pak bosnya. Tanpa sadar dirinya telah berada didekat Adilla.
'dari mana pak bos tau aku mau bikin dia jadi bubuk ya..?' batinnya.
"Nadiaa, gimana nasibmu, kamu ga dipecat kan? trus motormu juga apa sudah dapat ganti rugi?"
"aduuhh Dill, satu-satu dong kalo nanya, pusing aku jawabnya"
"hihihi, abis aku penasaran, tadi kamu lama sih sama pak Rey"
"Dill akuu.."
Nadia menggantungkan kalimatnya wajahnya dibuat lesu, sontak wajah Nurfadilla berubah sedih dan cemas, diapun memeluk Nadia dengan perasaan iba.
"sabar ya Nad, mungkin kamu ga cocok kerja disini"
Nadia mencoba menahan tawa, melihat mimik muka sahabatnya yang begitu bersedih, bahkan matanya terlihat mulai berkaca
"kamu kenapa sih Dill pake mewek segala?"
"iihhkk kamu Nad, aku kan sedih kamu dipecat dan kita ga jadi bareng-bareng dong"
"emang siapa yang mecat aku Dill..?"
"maksudmu Nad?" Adilla mengerutkan kening melihat Nadia menahan tawa.
"Nadiiaaaa..."
Nadia terpingkal-pingkal menatap muka sahabatnya yang merah padam. Dengan wajah cemberut Adilla mencubit Nadia berkali-kali saking gemas merasa tertipu oleh sahabatnya.
"aduuhh ampuun dill sakit hihi"
Tawa Nadia tiba-tiba berhenti, matanya melihat dua pasangan pria tampan dan wanita cantik nan sexi menuju ke arahnya
"pasangan yang serasi" batinnya.
"Nadia"
"ah eehh i- iya pak bos"
Nadia gelagapan saat tahu yang diperhatikannya sudah berdiri didepannya.
Reyhand menyunggingkan senyum kecil Nadia memanggilnya dengan sebutan pak bos.
"aku lupa tadi, tentang motormu, pulang nanti bawa motormu ke bengkel, masalah biaya aku yang tanggung jawab"
"baik pak bos, terima kasih banyak"
Nadia melirik ke arah Riska yang masih mengaitkan tangannya dilengan Reyhand lalu mengangguk hormat ke arah gadis sexi itu, namun dibalas senyuman sinis dengan tatapan yang merendahkan.
"kamu sudah selesai Rey?"
"iya,,"
Riska menarik tangan Rey untuk segera menjauh dari tempat itu.
"Dilla.."
"hhmm,, apa Nad?"
"kamu tahu cewek itu? siapanya pak bos?"
"itu bu Riska, selama ini kuliah model di Singapore, kalo hubungannya sama pak Rey sih aku ga tau Nad"
"tapi kalo dilihat dari sikap bu Riska sepertinya mereka pacaran ya Dill"
"mungkin.."
Nadia mangut-mangut matanya terus menatap kedua insan itu hingga lenyap dari pandangannya.
*****
(side-b)
Nadia menghempas tubuh lelahnya diatas tempat tidur, badannya serasa remuk.
Nadia menempati sebuah rumah kontrakkan, tidak terlalu besar tapi nyaman, memiliki kamar mandi sendiri, dapur, kamar tidur dan ruang tamu yang sederhana.
Nurfadilla sendiri ikut serumah dengan tante Anita, adik dari ibunya Adilla yang telah lama menjanda ditinggal mati suaminya karena kecelakaan. Tante Anita memiliki seorang putra yang masih kecil.
Adilla sempat membujuk Nadia untuk ikut serumah dengannya, tapi Nadia menolak dengan alasan ingin hidup mandiri tanpa harus merepotkan orang lain.
Namun tempat mereka saling berdekatan hanya jarak beberapa meter saja, sehingga memudahkan mereka untuk saling mengunjungi.
***
Reyhand memasuki rumah mewah keluarga Hadinata terlihat gurat kelelahan diwajahnya..
"assalamualaikum"
"wa'alaikumssalan kamu baru pulang sayang, ko pulangnya malem Rey?"
Amanda Alizond menyapa sang putra. wanita paruh baya namun terlihat masih segar dan cantik, kulit bulenya sangat kentara karena Amanda asli keturunan Belanda, seorang wanita mualaf menjunjung tinggi agama yang sekarang dianutnya. Karena itu Amanda sejak jadi mualaf selalu mengenakan jilbabnya.
"Rey jalan-jalan dulu mih sama Riska"
"lho Riska ada di Indo Rey? kapan dia kembali dari Singapore?"
"kemarin mih"
"trus, sekarang mana Riskanya?"
"sudah Rey antar pulang, mih. Rey ke kamar dulu mau istirahat capek"
"ya sudah, kamu mandi sana, trus makan malam dulu sebelum tidur"
Rey segera pergi dari hadapan Amanda, sebelum mamihnya banyak bertanya tentang Riska
"Rey selalu begitu kalau mamih bertanya tentang Riska" sahut Amanda sambil menggelengkan kepalanya.
***
Suasana makan malam terasa khidmat, suara Amanda memecahkan keheningan
"Rey.."
"hhmmm.."
"kapan mamih sama papih punya cucu dari kamu?"
"uhuukk, uhuukk"
Rey tersedak makanan saat mendengar perkataan mamihnya.
"astaghfirullah Rey, kalau makan pelan-pelan dong" ucap Amanda sambil menyodorkan minum, dan tangan satunya mengusap punggung putranya.
"mamih sih, kalo ngomong macem-macem"
"mamih ngomong bener ko ga macem-macem, iya kan pih?"
Prasetya mengiyakan ucapan istrinya.
"Rey belum kefikiran kesana mih"
"kenapa? kamu kan sudah cukup dewasa untuk berumah tangga?"
"Rey belum punya pasangan yang cocok mih"
"kan ada Riska?"
Rey menghela nafas, sejenak menghentikan makannya.
***
Selera makan Reyhand jadi hilang, jika orang tuanya sudah mulai membahas masalah perjodohan ini.
"Rey, mamih rasa Riska cocok jadi pendamping kamu, dia cantik, baik dan sepadan sama kamu, lagi pula Riska sepertinya sayang kamu Rey"
"mih, Rey sayang sama Riska seperti Rey sayang sama kak Artha, tak lebih mih"
"Rey, mamih sama papih semakin tua, kapan lagi papih bisa menyaksikan pernikahan anak laki-lakinya kalau tidak sekarang-sekarang sebelum kami meninggal. Lagi pula dengan menikah kamu telah menyempurnakan hidup dan agamamu" Prasetya menjelaskan dan menasehati putranya panjang lebar.
"betul kata papihmu Rey, kalau kamu ga cinta sama Riska, nanti juga kalau sudah menikah cinta mengikuti kalian"
"aahh sudahlah mih, Rey males kalau udah bahas masalah ini"
Rey beranjak dari kursi makannya,dan segera pergi memasuki kamarnya.
"Rey, mamih belum selesai ngomong"
Rey tak menggubris panggilan mamihnya
"tuh liat pih, anakmu susah dikasih taunya sih"
"sudah lah mih, jangan terlalu menekan dia, Rey sudah dewasa bisa memilih jalannya sendiri asal tidak macam-macam biarkan saja dulu"
"aahh papih selalu begitu, anak sama bapak sama saja"
Prasetya hanya menggelengkan kepala menghadapi istrinya yang marah dan ngomel-ngomel.
Tak berselang lama Rey keluar dari kamarnya dengan menggunakan jaket dan sepatu santai, tangannya menimang-nimang kunci mobil.
"Rey mau kemana kamu?" tanya sang mamih
"keluar, cari angin segar"
"pulangnya jangan malam-malam Reeyy.."
"iya miihh"
***
Rey melajukan mobilnya dengan santai, suasana malam kota Jakarta masih dipadati bermacam kendaraan dan lalu lalang manusia.
Bahkan mall milik keluarga Hadinata juga masih terlihat ramai, tapi Rey tak berniat kesana, toh sudah ada orang-orang kepercayaannya.
Rey melintas didepan sebuah bengkel dimana motor Nadia yang ditabraknya berada disana untuk diperbaiki.
Rey menghentikan mobilnya persis didepan bengkel yang masih beroperasi itu.
"ada yang bisa saya bantu pak" tanya seorang montir dengan sopan.
"apa motor vario yang berwarna pink yang tadi sore dibawa kesini sudah selesai diperbiki?" tanya Rey. matanya mengedar kesetiap motor yang berjajar.
"maksud bapak motor vario pink yang diujung sana?"
Montir itu menunjuk ke arah motor yang warnanya cukup mencolok diantara warna motor yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel