(side-a)
Reyhand menghampiri motor yang ditunjuk pegawai bengkel.
Dengan seksama pemuda itu menelitinya, dan setelah merasa yakin motor itu milik Nadia, Rey menghampiri pemilik bengkel.
"apa motor vario pink itu sudah selesai?"
"semua motor yang berjajar disana sudah beres diperbaiki tinggal diambil pemiliknya"
"kalau begitu tolong antarkan motor vario pink itu ke alamat ini"
Rey memberikan kartu alamat mall dan sejumlah uang untuk pembayarannya.
Nadia Kasih Ayunda jingkrak-jingkrak gembira saat tahu pagi ini motornya telah terparkir dibasement dalam keadaan seperti baru.
Aksi gembira nadia tak luput dari mata Reyhand yang memperhatikan dibalik kaca mobilnya, Rey tersenyum simpul sambil menggelengkan kepalanya.
"gadis itu lucu" bisik hati Rey sambil melajukan mobilnya menuju basemen atas tempat dia memarkirkan mobilnya seperti biasa.
"jadi motormu sudah kembali Nad?" tanya Nurfadilla sambil menikmati istirahatnya dengan makan siang bersama Nadia.
"iya Dill"
"siapa yang bawa motormu kesini, apa pak Rey?"
"Bukan, kata pak satpam pegawai bengkel dan sudah beres dibayarin"
Adilla mangut-mangut
"kalo bukan pak Rey siapa lagi?" gumam Adilla
"eehh Nad ada pak Rey" Adilla menyikut lengan sahabatnya
"mana..?"
Nadia mengikuti arah pandangan mata Adilla. Rey terlihat memasuki area tempat makan dan mengambil tempat duduk agak dipojok.
Gadis itu tak berkedip menatap bosnya yang terlihat sangat tampan, tangan Rey sedang memainkan ponselnya.
Rey mendongkakkan wajahnya seolah tahu ada yang memperhatikannya.
Manik matanya beradu dengan mata Nadia. Gadis itu cepat-cepat memalingkan wajahnya dengan jantung berdetak lebih cepat.
"ya Alloh Nad, dia menghampiri kesini"
"Ciuuss Dil?"
Adilla mengangguk kaku
"Boleh saya duduk disini?"
"uhuuk, uhuukk" Nadia tersedak minumannya saking kaget bosnya sudah ada didekatnya dan menarik kursi kosong untuk tempatnya duduk.
"i- iiyya pak silahkan" Adilla dengan gugup hendak beranjak pergi tapi dicegah oleh bosnya
"duduklah"
Adilla menurut dan kembali duduk
"kamu ga apa-apa?"
"sa- saya baik-baik saja pak bos" ujar Nadia dengan wajah memerah. Rey terkekeh pelan. sebutan pak bosnya serasa menggelitik telinganya.
***
Sambil duduk santai dengan kaki kiri bertumpu diatas paha kanan sekali-kali Reyhand melirik wajah-wajah gadis yang menunduk dihadapannya dengan tatapan mata yang sulit diartikan.
"Kenapa kalian pada diam?"
Rey merasa kehadirannya yang membuat mereka jadi terdiam.
Nadia Kasih Ayunda dan Nurfadilla Basri saling bertatapan, suasana rame yang tadi mereka ciptakan berdua berubah menjadi canggung.
"Mmm,, bagaimana dengan motormu, apa sudah kembali?"
Akhirnya Rey membuka suara
"Ah iya, alhamdulilah sudah, malah jadi semakin bagus"
"Baguslah"
"Te- terima kasih pak bos"
"Untuk..?"
"Yaa untuk biaya motornya" Nadia sedikit ragu, apa tidak salah ucapan terima kasihnya untuk Rey, sedang dirinya belum tahu siapa yang berjasa dalam pembiayaan motornya.
"Hhmm, itu hal kecil"
Ada perasaan lega dihati Nadia, berarti dia tidak salah sasaran.
Sedikit demi sedikit keceriaanpun mulai mewarnai obrolan mereka.
Rey sesekali terkekeh pelan menanggapi kekonyolan kedua gadis itu, ternyata mereka bersahabat sedari kecil dan satu kota kelahiran.
Adilla sering menangkap basah bosnya, dengan wajah tanpa ekspresi bosnya itu sering menatap Nadia.
Rey tak bisa memungkiri penglihatannya, bahwa Nadia memang cantik wajah dengan make up tipis terlihat natural, manik mata hitam seperti biji kenari kontras dengan bulu matanya yang lentik, bibir tipis merah alami hanya diberi lipglose sedikit mengkilat, jika tersenyum atau tertawa pipinya memerah terlihat sangat menarik membuatnya merasa gemas.
Yang paling disukai Rey dari gadis itu kealamian sikap dan penampilannya, kepolosan juga kejujuran, sifat yang langka ia temui dikota ini.
Aksi Rey yang sering memperhatikannya diketahui Nadia hingga membuat gadis itu menjadi grogi.
"Reyhaaand.."
Pemuda itu mendengar suara yang familiar memanggilnya, wajah Rey berubah datar, raut tidak suka nampak diwajah tampannya.
"Reey, ko diam aja sih aku panggil, lagian kamu ngapain disini?" tanya Riska. Matanya melirik kearah Nadia dan Adilla dengan tatapan tidak suka.
"Kamu sendiri ngapain kesini Ris?"
"Iihhkk, ko kamu ketus gitu sih Rey, tentu saja aku pengen ketemu kamu, aku kangen sama kamu Rey"
Rey merasa jengah mendengar perkataan Riska.
Sedang Nadia dan Adilla segera berdiri dan pamit hendak kembali bekerja karena waktu istirahat mereka telah habis.
==========
(side-b)
Reyhand meninggalkan area makan setelah Nadia Kasih Ayunda dan Nurfadilla Basri terlebih dahulu meninggalkannya berdua dengan Riska.
Riska dengan segera mengaitkan tangannya dilengan Rey. Meski tidak suka, pemuda itu mendiamkannya dengan sikap acuh.
"Hhmmm.."
"Tadi pagi aku kerumahmu?"
"Untuk apa?"
"Untuk bertemu mamih Manda lah, aku kan kangen sama calon mertuaku"
"Oh.."
"Cuma oh doang sih?"
"Trus, aku harus ngomong apa?" tanya Rey sambil memasuki ruang kantornya.
"Tanya dong Riska ngobrol apa sama mamih Manda, gitu?"
Riska sedikit jengkel dengan sikap Rey yang masih betah dengan sikap cueknya.
"Trus mamih ngomong apa?" tanya Rey kembali. Tangannya mulai sibuk membuka layar laptopnya.
"Mmm, mamih Manda pengen kita cepet nikah Rey atau setidaknya kita tunangan dulu"
Rey terdiam, tangannya memijit-mijit pelipis yang dirasa agak pening
"Gimana Rey?"
"Ah ehh gimana apanya Ris?"
"Reeyy, kamu ga dengerin aku ngomong sih,,? Mamih Manda pengen kita nikah atau tunangan dulu"
Rey mendengus pelan
"Maaf Ris aku belum berfikir ke arah situ?"
"Rey, sampai kapan kamu akan membuat aku menunggu terus sih?"
"Riska tolong dengar, aku bener-benar belum siap dengan dua hal itu"
"Rey aku mencintaimu, sangat mencintaimu, kapan kamu akan membuka hati untukku?"
"Aku tahu perasaanmu Ris, tapi tolong mengertilah, cinta tidak bisa dipaksakan, bersabarlah menunggu sampai aku yakin dengan pilihanku, ok"
"Sampai kapan Rey?"
Riska mulai terisak, pemuda itu merasa iba, tapi Rey tak bisa membohongi hatinya bahwa dirinya memang tidak mencintai Riska, selama ini Rey menganggap Riska seperti adiknya sendiri.
Selama ini Rey mencoba menerima Riska tapi tetap tidak bisa, Rey kurang menyukai sifat, sikap dan perilaku Riska sebagai seorang wanita. Riska terlalu bebas bergaul, penampilannya terlalu menyolok identik dengan kesexiannya, dan Riska selalu memandang rendah orang lain, kentara dengan kesombongannya. Mungkin merasa dirinya orang kaya bebas bersikap semau gue.
Sebrengsek-brengseknya seorang Reyhand jika harus memilih pendamping hidup, ingin wanita yang taat agama, sopan dan peduli kepada siapapun, dan kriteria itu sama sekali tak dimiliki Riska.
Karena itu Rey berfikir dua kali jika harus menikah dengan Riska.
***
Malam mulai merayap. Suasana mall sedikit lengang karena cuaca sedang menampakkan hujan deras dilengkapi suara guntur dan petir memekakkan telinga.
Angin dingin serasa menyelusup ke tiap pori-pori tubuh manusia, termasuk tubuh gadis yang bernama Nadia Kasih Ayunda yang menggigil dingin.
Nadia melirik jam yang melingkar ditangannya, sudah menujukkan pukul delapan malam, tapi hujan sedari sore belum menampakkan tanda-tanda akan berhenti.
Gara-gara teman aplusannya izin tidak masuk, terpaksa ia harus lembur dan sempat berdebat dengan sahabatnya Nurfadilla Basri siapa yang lembur. Alhasil Nadia mengalah karena Adilla harus menemani keponakannya yang masih kecil, berhubung tante Anita ada urusan diluar rumah.
"Aduuh lama banget nih hujan berhentinya, mana dingin lagi"
Dalam keadaan hujan lebat seperti ini ga mungkin rasanya Nadia menyerobot pulang naik motor, akan sangat berbahaya apa lagi ia tak memiliki jas hujan.
"Belum pulang?"
Sebuah suara mengejutkan Nadia yang sedang berdiri dipelataran mall
"Ahh eeh pak bos be- belum pak, hujannya ga mau berhenti"
"Hujan seperti ini akan lama berhentinya"
Wajah Nadia mulai terlihat cemas mendengar perkataan Reyhand. Entah bermaksud menggodanya atau memang benar demikian keadaan cuacanya.
Rey melirik wajah cemas Nadia
"Ikut saya.."
"Ke kemana?"
"Kamu ingin pulang bukan?"
Nadia mengangguk
"Jadi jangan banyak nanya ikuti saya"
Rey menjawab dengan suara ketus sambil melangkahkan kakinya. Nadia mengekor dari belakang.
Pemuda itu memasuki basemen tempat mobilnya terparkir, lalu membukakan pintu untuk Nadia.
"Masuklah"
Perintahnya dengan suara dingin tanpa melihat ke arah Nadia.
"Ta- tapi pak..!"
"Kamu mau bermalam ditempat ini sampai hujan berhenti"
Nadia menggelengkan kepala dengan cepat memasuki mobil bosnya. Rey menutup pintu mobil cukup keras membuat Nadia sedikit terlonjak, tangannya mengusap dada.
"Astaghfirullah aladzim pelan-pelan napa sih" gumam Nadia.
"Pasang sealbethnya" perintah Rey setelah duduk dibelakang stir.
"A- apa, yang mana?"
Nadia menampakkan wajah polos yang memang tidak paham sealbeth yang dimaksud bosnya
Tanpa menunggu lama Rey mengambil sabuk pengaman yang berada disebelah kiri bahu Nadia, Otomatis badan keduanya hampir bersentuhan. Nadia merapatkan tubuhnya kesandaran jok agar tubuhnya tak beradu.
Rey merasakan nafas lembut Nadia menyentuh pipinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel