(side-a)
Mobil yang ditumpangi Reyhand dan Nadia Kasih Ayunda memasuki halaman rumah mewahnya di Jakarta, mereka telah kembali ke kota itu setelah melakukan perjalanan beberapa jam.
“Ayo sayang kita turun, sudah sampai,” ajak Rey dibalas anggukkan oleh Nadia.
Mereka melangkah beriringan memasuki rumah yang pintunya sedikit terbuka.
Hati Nadia sedikit bergemuruh, Rey merengkuh tangan gadisnya seakan menyalurkan kekuatan pada Nadia untuk berani menghadapi calon mertuanya yang sama sekali belum pernah ia temui, dan entah bagaimana sikapnya nanti kepadanya.
“Assalamualaikum,” salam Reyhand dan Nadia bersamaan.
“papih Rey…!”
“wa’alaikumssalam.”
Suara khas gadis cilik milik Zara Sheinafia dan balasan ucap salam dari dalam rumah menggema menyambut mereka.
Zara langsung menghambur dalam pelukkan Rey, sebelumnya sempat memeluk dahulu Nadia dan menciumi pipinya.
“Alhamdulilah, akhirnya kamu sudah pulang Rey.”
“iya mih,” jawab Rey sambil mencium punggung tangan mamih Manda.
“Dan ini-”
Dengan wajah berseri Amanda menatap lekat wajah cantik Nadia.
“Assalamualaikum tante,” sapa Nadia, mengikuti sikap Reyhand mencium punggung tangan Amanda.
Tiba-tiba raut muka Amanda berubah dingin. Reaksi Amanda tak luput dari tatapan Rey dan Nadia, mereka saling berpandangan.
Reyhand dan Nadia merasa heran dengan perubahan wajah Amanda yang semula berseri menjadi diam dan dingin.
“Mamih kenapa”?
“Mamih tidak suka dengan calon istrimu ini,” ucapnya sedikit ketus.
Nadia menundukkan kepalanya, jantungnya berdegup kencang, ia merasa kehadirannya tidak diinginkan.
“Maksud mamih apa? Bukankah mamih yang meminta Rey untuk membawa Nadia kemari?”
“Iya mamih tau, mamih hanya tidak suka saja, masa calon menantu manggilnya tante.”
Nadia dan Rey kembali berpandangan, tak lama Rey menyadari perubahan pada mamihnya.
“Asstaghfirullah mih, Rey kirain ada apa!”
“Maafkan Nadia mih.” ujar Nadia mulai paham dengan situasi yang sebenarnya.
“Nah gitu kan panggilnya lebih enak.”
Amanda kembali memasang wajah gembira dan segera memeluk erat calon menantunya.
Ada rasa haru yang Nadia rasakan begitu menerima pelukkan hangat dari Amanda.
“Hai Nadia!”
Artha keluar dari kamarnya dan langsung memeluk Nadia.
“Apa kabar Nad?”
“Alhamdulilah baik kak, bagaimana dengan kak Artha?”
“Alhamdulilah kakak juga baik.”
“kalian istirahatlah dulu, pasti capek setelah perjalanan jauh. Nadia kamu bisa pakai kamar Artha, jika butuh sesuatu bilang saja ada bi Narsih atau Artha.”
“Iya mih terimakasih.”
“Nanti malam kita makan bersama sekalian kita bicarakan kapan hari pernikahan kalian.”
***
Nadia merasa sangat bersyukur atas apa yang ia hadapi, miliki dan ia rasakan, semuanya terasa begitu mudah setelah sedikit menghadapi perjuangan yang cukup berat dan ia berdoa semoga Tuhan melancarkan niat yang ia ikrarkan bersama Reyhand menuju pernikahan yang mereka impikan.
“Terimakasih yaa Alloh puji syukurku kepadamu.” batin Nadia.
Hasil diskusipun membawa kesepakatan bahwa pernikahan Reyhand dan Nadia akan dilaksanan tiga minggu kedepan.
Tidak termasuk kunjungan lamaran kedua yang akan dilakukan tiga hari lagi.
Kali ini lamaran kedua dilakukan langsung oleh kedua orang tua Reyhand sejaligus membawa kembali Nadia ke Bandung.
Keinginan keluarga Reyhand acara ijab qobul dan resepsi dilaksanakan di Jakarta semua ditanggung oleh keluarga Rey, dan tinggal menunggu persetujuan dari keluarga pihak Nadia.
Nadia tak bisa menolak keinginan mamih Manda yang begitu terobsesi dengan pernikahan putra kesayangannya.
***
Nadia melangkahkan kakinya kembali di pelataran mall tempat ia dulu bekerja setelah beberapa lama tidak menginjaknya. Rasa rindu pada Nurfadilla Basri sahabatnya tak terbendung lagi.
Nadia meminta Reyhand mengantarnya ke mall milik calon suaminya ini, disinilah Nadia berada dengan Zara yang setia menemani.
Setelah mengantarkan Nadia dan Zara ke tempat yang dituju, Reyhand langsung memasuki ruang kantornya.
“Adilla…” panggil Nadia sambil menepuk pundak sahabatnya.
Adilla terlonjak langsung menghadapkan tubuhnya ke arah Nadia
“Nadiaaaa …! Ya Alloh kamu ada disini Nad?”
Nadia langsung menutup kedua telinga mendengar teriakkan sahabatnya. “Astaghfirullah Dill suaramu itu tambah cempreng aja, kecilin dikit dong napa!”
Nadia sambil memeluk Adilla penuh kerinduan.
***
Nurfadilla membelalakan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang diceritakan Nadia. “Yaa Alloh kamu serius Nad?”
Nadia mengangguk bibirnya menahan tawa melihat reaksi sahabatnya.
“Masyaa Alloh aku sangat bahagia mendengarnya. Selamat ya Nad, kamu bakal jadi nyonya bos Reyhand. Aahhkk … kamu jadi bos aku dong hikzhikz. ”
Nadia tertawa melihat ekspresi lucu Adilla.
“Do’akan aku ya Dill, semoga rencana kami berjalan lancar.”
“Tentu saja, itu pasti. Aku selalu berdo’a untukmu Nad. Alhamdulillah ternyata benar nasibmu sungguh beruntung.”
“Terima kasih banyak, Dill. Kamu memang sahabatku yang terbaik,” ucap Nadia sambil memeluk sahabatnya.
“Oh iya, Dill. Bagaimana hubunganmu dengan Robby?”
“In syaa Alloh, Robby sudah serius sama aku. Aku sudah bertemu dengan orang tuanya. Alhamdulillah mereka menerimaku dan menyayangi aku, Nad,” ujar Adilla antusias dengan wajah berbinar.
“Allahmdulillah. Semoga kalian berjodoh ya Dill.”
“Aamiin, makasih do’anya, Nad.” Adilla memeluk sahabatnya.
Nadia mengangguk dan membalas pelukan Adilla dengan senyum bahagia.
“Tante Nadia ayo ke tempat papih Rey.” Zara menarik tangan Nadia untuk segera meninggalkan tempat bermainnya.
“Iya sayang, Zara sudah kenyang bermainnya?”
“Sudah Tante.”
“Ya sudah. Yuk, kita ke tempat papih Rey. Adilla aku ke ruangan Reyhand dulu ya?”
“Iya Nad, jangan lupa ya, kabari lagi aku tanggal pernikahanmu nanti.”
“Iya, Insyaa Alloh.”
***
Nadia dan Zara memasuki ruangan Reyhand setelah mengetuk pintu dan mendapat sahutan dari dalam.
Reyhand terlihat sibuk mengotak atik laptopnya.
“Sepertinya kau sedang sibuk? Maaf menganggu.”
“Tidak apa-apa sayang. Sebentar lagi juga selesai,” jawab Reyhand dengan mata masih fokus ke layar laptopnya.
Nadia mengajak Zara duduk di sofa sambil menunggu Rey selesai dengan pekerjaannya.
Nadia menopang dagu, matanya menatap intens wajah tampan calon suaminya yang sibuk memandang layar laptop dengan tangan tak henti menekan tombol keypad.
Merasa diperhatikan Rey melirikkan matanya kearah Nadia, senyum kecil tersungging di bibirnya. Nadia buru-buru memalingkan wajahnya ke arah Zara dengan muka merah merona karena tertangkap basah oleh Reyhand sedang memperhatikan dirinya.
Tiba-tiba tangannya ditarik Reyhand yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakangnya.
Tarikan tangan Rey membuat Nadia langsung berdiri dan terjerembab kedalam pelukkannya.
Pemuda itu langsung mendekap pinggang ramping Nadia. Wajah mereka begitu dekat sehingga nafas Rey yang hangat menerpa pipi Nadia yang sudah merah padam, Nadia tertegun sejenak.
“Rey lepaskan aku!”
“Tidak! aku tidak akan melepaskanmu.”
“Tapi Rey, ada Zara disini,” sergah Nadia berusaha meronta agar terlepas dari dekapan Rey.
Reyhand semakin mengeratkan dekapannya. ”Aku merindukanmu,” bisiknya.
Reyhand mengelus lembut pipi Nadia, membuat tubuh Nadia sedikit merinding.
“Lepaskan aku Rey. Nanti Zara melihat kita, tidak baik dilihat anak kecil.”
“Kau tidak perlu khawatir Zara tidak akan melihat kita, dia sedang bermimpi,” bisik Reyhand tangannya masih mengelus pipi Nadia.
Nadia melirikkan matanya ke arah gadis cilik itu, ternyata benar Zara sudah terlelap di atas sofa, mungkin kelelahan setelah tadi puas bermain.
Reyhand semakin mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka saling bersentuhan.
“A-apa yang kau lakukan Rey? ingat k-kata mamih Manda kita belum sah me-menikah,” Nadia semakin gelagapan.
Reyhand tidak menghiraukan ucapan Nadia, pemuda itu malah tersenyum. “Aku akan menunggu waktu itu tiba, kau tidak akan lepas dari pelukkanku.”
Tok … tok … tok..
Suara ketukkan di pintu dan sebuah wajah menyembul dari arah pintu yang sudah dibuka membuat Nadia terkejut dan segera melepaskan diri dari aksi nakal Reyhand.
“permisi … maaf mengganggu saya fikir-”
“Masuklah Mickha ada apa?” potong Reyhand.
“Maaf Pak Rey, ada dokumen pemasukan barang yang harus ditanda tangani.”
“Kemarikan!”
Mickha menyerahkan beberapa map yang harus ditanda tangani oleh Rey.
Sambil menunggu dokumen selesai ditanda tangani, Mickha menghampiri Nadia. Wajah Nadia masih memerah apa lagi Mickha melihat jelas apa yang dilakukannya dengan Rey.
“Nadia ternyata pak Rey sudah menemukanmu?”
“I-iya Mbak Mickha,” jawab Nadia malu-malu.
“Mickha, ini sudah selesai,” ucap Rey sambil menyerahkan kembali dokumen itu ke tangan Mickha.
“Oh iya Pak. Hmm kau sudah menemukan pujaanmu Pak Rey”
“Tidak sulit mencarinya di kota Bandung tidak seperti mencari di Amerika,” cetus Rey mengulum senyum.
“Trus …?”
“Sudahlah, Mickha kembali kerja kalau tidak ingin aku pecat.”
“Ok … ok dasar jutek,. Sampai jumpa Nadia, hati-hati jika kau bersamanya,” timpal Mickha mengedipkan matanya.
“Jangan bicara macam-macam sama calon istriku Mickha.”
“Astaga … kalian akan menikah?”
“Mickhaaa ….”
“Iya iya. Aku paham, aku pergi ok. Jangan lupa undangannya, bye Nadia.”
“Iya Mbak Mickha.”
Tawa Nadia yang sedari tadi ditahan akhirnya meledak setelah Michka keluar.
Setahu Nadia, Mickha masih saudara sepupu dari calon suaminya.
==========
(side-b)
Persiapan pernikahan Reyhand dan Nadia Kasih Ayunda sudah berjalan 80%.
Bahkan lamaran kedua yang dilakukan orang tua Reyhand pun berjalan dengan lancar, dan diterima dengan baik, acaranya pun berlanjut dengan tema temu kangen sahabat lama antara orang tua Nadia dan orang tua Reyhand, yang ternyata mereka adalah sahabat lama masa zaman perkuliahan.
Seperti yang pernah dikatakan Gunawan ayah Nadia “dunia tak selebar daun kelor”
Jarak tak menjamin manusia tak bakal bertemu lagi, buktinya setelah puluhan tahun berpisah dan memiliki kehidupan masing-masing jika Alloh berkehendak mempertemukan mereka niscaya tak ada yang bisa mencegahnya.
Lima hari lagi menjelang pernikahan mereka, Reyhand sibuk membantu calon mertuanya pindah sementara ke Jakarta. Mereka sekeluarga menempati apartemen Reyhand, yang cukup luas untuk mereka tempati, dan lebih dekat ke hotel dimana resepsi pernikahan Rey dan Nadia akan dilangsungkan nanti.
Semua persiapan acara pernikahan mereka telah disiapkan dan diserahkan kebagian khusus tanpa harus melibatkan kedua calon pengantin.
Mereka hanya tinggal mengarahkannya saja., begitupun dengan ijab qobul akan dilaksanakan dihari yang sama dimasjid yang sudah disediakan dihotel itu.
***
“bun Rey pamit pulang, semua sudah beres kalian tinggal menempatinya, semoga tempatnya nyaman” ujar Reyhand setelah semuanya terlihat rapi.
“alhamdulilah lebih dari nyaman, maafkan bunda ya nak, sudah merepotkan kamu untuk bantu-bantu”
“tidak usah minta maaf bun ini juga sudah kewajiban calon menantu, bukan begitu yah?”
Seloroh Reyhand sambil memeluk pundak calon mertua laki-lakinya, Reyhand sudah tidak merasa canggung lagi menghadapi calon mertuanya, terbukti dari keakraban dan cara Reyhand memanggil mereka dengan sebutan ayah dan bunda.
“iya betul,, sebaiknya kamu memang segera pulang Rey, kalian berdua mulai sekarang tidak boleh bertemu sampai kalian dikatakan sah, mengerti? ”
Tegas suara Gunawan sambil menatap ke arah putrinya lalu ke arah Rey yang hanya bisa garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Reyhand menarik nafas pasrah, lima hari tidak akan bertemu pujaannya serasa berat, tapi apa boleh buat peraturan harus dijalani daripada kena kualat ayah mertuanya yang memang sedikit galak dan tegas dalam bersikap.
“iya yah, bun, Rey pamit dulu assalamualaikum”
“wa’alaikumssalam”
“hati-hati Rey” sahut Nadia sambil berdiri diambang pintu bersama Rey.
“sampai jumpa lagi dipelaminan sayang”
“iya.. ”
“aku akan sangat merindukanmu, lima hari serasa berat untukku tidak bisa melihatmu”
“cuma lima hari Rey, setelah lima hari kau akan melihatku sepuasnya, bahkan menemanimu selamanya”
“iya sayang,, ”
“Nadia,, masuk biarkan Rey pulang”
“iya ayah.. ”
Nadia menahan senyum saat Rey kembali menggaruk kepalanya dengan kasar dan mimik mukanya terlihat kesal.
“sudah sana pulang”
Usir Nadia lembut, Rey dengan berat hati akhirnya melangkah pergi.
***
Kabar pernikahan Reyhand dan nadia sampai juga ke telinga Riska, hati gadis itu serasa dibakar api cemburu yang hebat.
Kegagalannya untuk menikah dengan pemuda yang sangat dicintainya membuat Riska memendam rasa dendam yang membara.
Dalam diamnya gadis itu menyunggingkan senyum licik.
“sayang kau baik-baik saja?” tanya Johan yang sedang menemani Riska makan siang disebuah resto.
Johan telah berhasil mencairkan hati Riska untuk menerima keseriusannya untuk melamar Riska, sebagai bentuk pertanggung jawaban Johan yang telah menodai gadis itu.
“aahh iya Han, aku baik-baik saja, memang kenapa?”
“tidak apa-apa sayang, aku fikir kau tiba-tiba sakit karena dari tadi diam saja”
Riska hanya tersenyum menanggapi ke khawatiran Johan.
***
Ruangan hotel yang sangat luas ini telah dihiasi dengan dekorasi perpaduan warna putih dan soft peach, terkesan lembut, nampak sederhana namun mewah dan elegan.
Semua pihak keluarga pengantin berkumpul di masjid yang terdapat di hotel tersebut. Mereka hendak menyaksikan ijab qobul yang akan diikrarkan oleh Reyhand. Pemuda itu kini telah duduk di depan penghulu.
Reyhand terlihat sangat tampan dengan balutan tuxedo warna putih lengkap dengan kopeah warna senada dengan tuxedonya. Disamping kanan kiri duduk berpasangan kedua orang tua pengantin, tak ketinggalan hadir pula kerabat, sahabat serta sebagian tamu yang ingin ikut serta menghadiri acara sakral ini.
***
Nadia Kasih Ayunda berada diruangan terpisah, di kamar hotel yang sengaja disewa untuk merias pengantin sekaligus sebagai kamar pengantin untuk mereka nanti malam.
Nadia terlihat begitu cantik mempesona dengan balutan gaun pengantin putihnya, lengkap dengan jilbab indah warna senada dan juga pernak pernik perhiasan yang dikenakan Nadia begitu indah melekat dianggota tubuhnya.
Nadia ditemani Nurfadilla dan seorang wanita penata rias.
Walaupun Nadia menunggu di kamar hotel yang terpisah dengan Rey, gadis itu tak pernah berhenti berdoa untuk kelancaran ijab qobul yang akan dilakukan calon suaminya.
“Masyaa Alloh Nad kamu cantik sekali. Bidadari saja lewat. Aku yakin pak Rey pasti klepek-klepek liat kamu,” sahut Adilla berdecak kagum
“Bisa aja kamu Dill. Emang ikan klepek-klepek,” jawab Nadia tersipu malu.
Merekapun tertawa penuh keceriaan walau sebenarnya hati Nadia bergumuruh. Rasa bahagia, haru dan tidak percaya berbaur jadi satu.
“Dill aku haus banget.”
“Ya elaaahh … pelayan hotel ga nyiapin minum apa? ” cetus Adill tidak menemukan air minum dikamar ini
“mungkin mereka lupa saking sibuknya Dill”
“ya udah deeh kamu tunggu sebentar ya, aku ambil dulu keluar”
“iya Dill makasih”
Adilla keluar dan menutup pintu.
“bu Nadia saya permisi sebentar, mau keluar ambil sesuatu”
Ucap wanita dari wedding organizen itu meminta izin untuk meninggalkan Nadia sebentar.
“oh iya silahkan tante”
“baiklah saya keluar dulu”
Nadia mengangguk, tak berselang lama setelah kepergian wanita dari WO itu, pintu kamar diketuk, Nadia beranjak dari duduknya lalu menghampiri pintu untuk dibuka.
“Riska.. ”
Nadia menbelalakan matanya saking terkejut mendapati Riska berdiri didepan pintu kamar hotel, jantungnya berdegup kencang, perasaan Nadia mulai tidak enak dengan kehadiran Riska dihadapannya.
“halloo Nadia kita bertemu lagi”
Riska menyapa Nadia dengan seringai liciknya, tangannya mendorong tubuh Nadia ke belekang dengan kasar, Nadia terpekik kecil.
“wooww,, elo sangat cantik sekali Nadia, gue tidak menyangka pegawai rendahan seperti elo bisa begitu cantik seperti ini”
“ma-mau apa kau kemari Riska?”
“mau apa..? Tentu saja aku mau bertemu dengan pengantin wanita yaitu kamu Na-di-a”
“tolong jangan ganggu aku Riska, kumohon.. ”
“memohonlah terus padaku sebelum ku rusak wajah cantikmu atau gue hilangkan nyawa elo Nadia”
Tangan Riska mulai menyentuh leher Nadia
“a-apa yang kau lakukan? ”
Wajah nadia mulai pucat ketakutan, tangannya menahan lengan Riska yang hendak mencekik lehernya.
“gue akan melenyapkan elo, seperti elo telah melenyapkan cinta Rey buat gue”
“Nadia aku.. ”
Suara Adilla yang muncul didepan pintu terpotong saat melihat Riska ada dikamar pengantin dan tangannya sedang mencekik leher Nadia, kehadiran Adilla membawa harapan bagi Nadia agar bisa terlepas lehernya dari cengkraman tangan Riska.
“astaghfirullah, bu Riska apa yang..!”
“diam lo,, jangan ikut campur urusan gue”
“tapi bu Riska? ”
“diaamm, gue bilang diam mundur lo..”
Bentak Riska telunjuknya mengarah ke Adilla.
Adilla dengan wajah ketakutan mundur ke belakang, melihat wajah Nadia yang semakin pucat Adilla berlari keluar hendak mencari pertolongan, dan kebetulan saat gadis itu hendak lari ia melihat seorang laki-laki mengarah kepadanya.
“tolong mas, bang eehh pokoknya tolong teman saya.. ”
Dalam gugupnya Adilla berusaha minta tolong kepada laki-laki yang nampak kebingungan melihat Adilla yang gemetar ketakutan
“ada apa tolong yang jelas bicaranya”
“tolong teman saya sedang dicekik nenek lampir dikamar pengantin”
“apaa..?”
Laki-laki itu yang ternyata adalah Johan langsung berlari ke arah kamar yang dimaksud Adilla. Johan tahu betul siapa nenek lampir yang dimaksud Adilla.
Bersambung #21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel