Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Senin, 26 Oktober 2020

My Boss… I Love U #21

Cerita bersambung
(side-a)

Johan berlari ke arah yang dimaksud Nurfadilla, sedang gadis itu berlari ke arah yang berlawan. Adilla berlari menuju masjid hotel dimana orang-orang sedang berkumpul untuk mendengarkan ijab qobul pengantin pria.

Johan tak kesulitan menemukan kamar pengantin, karena pintunya dihiasi bunga khas pengantin. Tanpa ba bi bu lagi Johan langsung masuk dan mendapati Riska masih berusaha mencekik Nadia.
Nadia terus berusaha berontak melepaskan diri dari cengkraman tangan Riska yang semakin kuat menekan lehernya sehingga nafasnya sesak.

“Riskaaa … apa yang kamu lakukan …?” teriak Johan sambil menarik tubuh Riska sekuatnya, hingga cengkraman tangan Riska di leher Nadia terlepas.
“uhhuukk … uhuukk” Nadia terbatuk, nafasnya serasa hampir habis.
Gadis itu terduduk lemas di atas tempat tidur, sambil mengusap lehernya yang dirasa sakit.
“Brengsek … lepasin gue Johan, gue harus kasih pelajaran lagi perempuan brengsek itu.”
“Sadar Riska, gue fikir elo sudah sadar dari perbuatan elo yang gila,” seru Johan dengan suara geram.
“Gue akan sadar kalau gue sudah puas melenyapkan perempuan rendahan itu …” teriak Rska dengan nada berapi-api.

Johan menguatkan pelukkannya agar Riska tidak terlepas. Jika Riska lepas dari dekapannya takut membahayakan nyawa Nadia.
***

Di tempat yang berbeda di waktu yang bersamaan Reyhand telah selesai mengucapkan ijab qobul dengan lancar, kini dia menyandang status sebagai suami Nadia.

Disaat suasana hening, semua orang sedang melakukan do’a bersama dengan khidmat, tiba-tiba Adilla muncul sambil berteriak disela-sela nafasnya yang terengah. “Pak Reeey … tolooonngg … Pak …!”
Sontak semua yang hadir terkejut mendengar teriakkan Adilla yang bergema di masjid itu. Rey langsung berdiri dan berjalan cepat ke arah Adilla yang juga setengah berlari ke arahnya.
Semua yang hadir ikut berhamburan mendekati Adilla dengan pikiran diliputi penasaran.

“Adilla ada apa? kenapa kau teriak-teriak?” tanya Reyhand dengan wajah keheranan.
“Pak Rey, to-tolong, Yaa Alloh ….” Adilla begitu kesulitan bicara karena nafasnya yang tersengal.

Robby yang ikut rombongan orang-orang di masjid menghampiri kekasihnya, “ada apa Adilla? tarik nafas dulu, lalu ceritakan apa yang terjadi?”
Adilla menarik nafas kuat, lalu menceritakan keadaan Nadia yang di sergap Riska.

“Nadia … Nadia sedang dicekik bu Riskaaa …” seru Adilla dengan suara bergetar.
Reyhand langsung berlari begitu Adilla selesai bicara, diikuti yang lainnya. Sedang Robby memapah Adilla sambil menenangkan gadisnya.

Semua yang berada di masjid terutama kedua orang tua pengantin berbondong-bondong menuju kamar hotel dimana Nadia berada dalam cengkraman Riska.

Suara riuh dan istighfar saling bersahutan dari mulut mereka.
***

Riska berhasil lepas dari dekapan Johan, gara-gara kaki Johan terbentur ujung tempat tidur, sehingga tubuhnya oleng mengakibatkan pegangannya pada Riska terlepas.
Merasa tubuhnya sudah bebas dari Johan dengan sigap Riska mengeluarkan sebuah benda dari tas yang disampirkan di pundaknya.

“Riska … apa-apaan kamu? untuk apa kamu bawa benda itu?”
Johan dan Nadia terkejut begitu tahu benda yang dikeluarkan oleh Riska sebuah senjata api. Johan hendak merebutnya namun Riska lebih cepat mengarahkan moncong pistolnya ke arah Johan.

“Mundur lo … gue bilang munduuurr …!” teriak Riska.
Johan mundur beberapa langkah, “Riska, tolong Ris turunkan pistol itu, gue mohon.”
Johan mencoba membujuk Riska. Namun gadis itu semakin kesetanan. “Tidaaak … hidup gue sudah hancur dan semua gara-gara wanita brengsek itu.”

Riska mengarahkan pistolnya ke arah Nadia. Nadia semakin ketakutan, tubuhnya gemetar sambil berlinang air mata.
“Riska tolong lepaskan pistol itu. A-aku akan batalkan pernikahanku asal kau mau lepaskan benda itu.”
“Apa lo bilang? Semua sudah terlambat, lo dengar Nadia! terlambat …” seru Riska dengan wajah garang
“Ris, gue sayang sama elo, tolong turunkan pistolnya, gue janji akan menolong elo,” bujuk Johan berharap Riska mau mendengarkannya.

Johan hendak mendekati Riska, namun Riska semakin kalap. Johan kembali ditodong.
“Astaghfirullah’aladzim, Riska … apa yang kau lakukan …?” teriak Reyhand begitu datang dan terkejut bukan kepalang melihat Riska menodongkan sebuah senjata api.

Johan melihat kesempatan dapat melumpuhkan Riska, saat gadis itu lengah karena memalingkan wajahnya ke arah Reyhand.

Dengan gerakkan cepat Johan merebut pistol di tangan Riska akibatnya jadi aksi tarik menarik. Saat Johan mendekap tubuh Riska suara letusan dari pistol mengejutkan semua orang yang telah berkumpul di sekitar kamar.

Johan ambruk bersimbah darah. Suara letusan pistol dari pelatuk yang tertarik oleh Riska melesatkan timah panas langsung mengenai dada bahkan tembus ke jantung Johan
Suara letusannya menggemparkan seisi kamar hotel.

“Johaaaann …. ”
***

Suara sirine mobil dan ambulan yang bergaung memekakkan telinga, meninggalkan halaman hotel tempat pernikahan Reyhand dan Nadia.

Dua mobil yang berbeda membawa dua orang yang terpisah.
Riska berada didalam mobil polisi, setelah diamankan orang-orang yang berada dilokasi kejadian. Gadis itu masih meraung histeris meneriakan nama Johan yang berada di mobil terpisah, di dalam ambulan.

Johan tidak sadarkan diri, kondisinya sangat kritis, darah sudah terlalu banyak yang keluar.

Orang tua Riska yang baru datang berniat undangan, merasa syok saat tahu bahwa putrinya digiring polisi. Alda langsung pingsan begitu mendengar Johan tertembak oleh putrinya.

Begitu Alda siuman Handoko mengajak istrinya untuk segera pergi ke kantor polisi dimana putrinya sekarang berada.
Mereka tak habis fikir Riska benar-benar nekad dan entah darimana mendapatkan senjata berbahaya itu.
***

Sejak kejadian tragis yang hampir merenggut nyawanya di kamar hotel bagian pengantin, Nadia masih trauma. Gadis itu terlihat sangat syok dengan kejadian yang menimpanya.
Air matanya masih enggan untuk berhenti, walaupun Reyhand sudah menenangkannya berkali-kali, “aku takut Rey. Kau lihat sendiri bagaimana Riska itu-”
“sstthhh … sudah sayang. Kau tidak perlu takut lagi, semuanya sudah diatasi.” Reyhand memotong ucapan Nadia.

Rey memeluk Nadia dengan sangat erat sambil mengelus lembut punggung Nadia yang kini sudah menjadi istrinya.
“Kau tidak usah khawatir sayang, aku akan menjagamu. Dengarkan aku, kita harus melanjutkan acara kita ini, para tamu dibawah sudah tidak sabar ingin segera melihat bidadariku turun kesana,” bujuk Reyhand tangannya menghapus lembut air mata yang masih mengalir di pipi Nadia.

“Tapi aku masih takut Rey. Bagaimana aku bisa melanjutkan resepsi ini dan pura-pura bahagia, sedangkan ada orang yang bertaruh dengan nyawanya karena menyelamatkanku.”
“Aku mengerti perasaanmu, tapi kita tidak mungkin membatalkan yang sudah berjalan. Kita tidak mau mengecewakan impian orang tua kita bukan? kita tidak mungkin mengusir tamu yang sudah datang. Setelah kejadian tadi aku yakin hati semua orang merasa syok, namun sebisa mungkin mereka menyimpan perasaan mereka, karena merekapun tidak ingin mengecewakan kita.”

Reyhand tak henti membujuk istrinya, begitu juga dengan Artha yang berada dekat dengan mereka ikut membujuk adik iparnya. Bahkan Amira dan Amanda ikut serta memberi dukungan dan kekuatan pada putri mereka yang sedang terguncang.

Akhirnya Nadia berhasil dibujuk dan penata rias dengan senang hati mulai menata ulang make up yang sudah tidak berbentuk kembali menjadi cantik seperti semula.
Meskipun tidak bisa menutupi sepenuhnya mata bengkak efek menangis namun tidak mengurangi kecantikkan gadis itu.
***

Nadia diapit Reyhand, Artha juga kedua orang tua mereka berjalan menuju hall tempat resepsi pernikahan mereka dilangsungkan.

Para tamu yang hampir memenuhi bangunan hotel memandang takjub kearah sepasang pengantin yang begitu cantik dan tampan. Tepuk tangan dan Pujian bergema menyambut raja dan ratu sehari itu dengan suka cita.

==========
(side-b)

Suasana gembira dan rasa bahagia terpancar dari wajah orang-orang yang hadir dipernikahan Reyhand dan Nadia Kasih Ayunda.

Ucapan selamat dari para tamu, sahabat dan kerabat membuat Nadia sejenak melupakan rasa kalut dan sedihnya atas kejadian yang menimpanya.
***

Di sebuah meja tamu khusus keluarga tak jauh dari stage, nampak Ardhan duduk berdampingan dengan Sarah sang calon istri, juga Adilla dengan Robby mereka berempat memandang takjub ke arah Reyhand dan Nadia.

Ada do’a tulus yang terucap dalam hati Ardhan untuk sang pengantin. Ardhan menolehkan wajahnya ke arah gadis yang duduk di sampingnya. Gadis itupun sama sedang melihat ke arahnya dengan bibir menyunggingkan senyum manis.

Ardhan berjanji dalam hati akan mengubur dalam-dalam rasa cintanya pada Nadia. Ia sadar ada Sarah yang sangat mencintainya, selalu setia dan sabar menghadapinya.

“Maafkan aku sayang. Aku janji akan membahagiakanmu,” bisik hati Ardhan sambil mengusap lembut kepala Sarah.
“I love you,” bisik Ardhan di telinga Sarah, membuat wajah gadis itu merona.
“I love you too,” balas Sarah penuh kebahagiaan.
***

Resepsi pernikahan telah usai, para tamu undangan telah berpulang ketempatnya masing-masing. Meninggalkan segelintir manusia dan para petugas khusus hotel dan kru dari WO.

Nadia merajuk malam ini tidak ingin menginap di kamar hotel yang juga sebagai kamar pengantinnya. Kamar itu membuatnya teringat kejadian na’as tadi siang.
Nadia merengek ingin ikut pulang ke apartemen dimana orang tuanya berada, atau paling tidak ia ikut pulang ke rumah mamih Manda asalkan jangan dikamar hotel ini.

“Rey aku ga mau tidur disini, aku masih trauma.”
“Ayolah sayang, ini malam pertama kita, kamar ini sudah disiapkan untuk kita, kau tidak perlu takut ada aku yang akan memelukmu.”

Wajah Nadia menyemburat merah saat Rey mengatakan ini malam pertama. Seribu macam perasaan menghinggapinya Nadia.
Reyhand tersenyum nakal melihat wajah istrinya yang malu-malu, dengan gemas pemuda itu mendekapnya lalu mencium pucuk kepala Nadia.

“Tapi, aku tetap tidak mau di sini.”
“Trus, kamar pengantinnya kita tinggalkan saja gitu?”
“Iya Rey, pokoknya aku ga mau tidur di sini,” jawab Nadia sambil melepaskan dekapan suaminya.
Reyhand malah mengeratkan pelukannya, “lepaskan dulu Rey, Aku ingin ganti baju. Rasanya sudah tidak nyaman terus-terusan pake gaun pengantin ini.”

Akhirnya Rey melepaskan juga pelukkannya dan membiarkan Nadia masuk ke dalam kamar mandi untuk ganti gaun pengantin dengan pakaian biasa.

“Perlu bantuan tidak, sayang …?” seru Rey sambil berdiri di depan pintu luar kamar mandi.
“Tidak! aku bisa sendiri.”
“Yakin tak perlu bantuan? kalau perlu bantuan aku masuk.”
“Jangan Rey, sudah kubilang aku bisa sendiri,” jawan Nadia dengan suara dibuat kesal.

Matanya melirik ke arah kunci pintu, “Alhamdulilah terkunci” gumamnya.
Nadia takut Reyhand masuk disaat dia sedang telanjang untuk ganti baju. Samar-samar terdengar suara kekehan dari luar.

“Menyebalkan,” gumamnya lagi, wajahnya kembali memerah karena malu.
Kenapa harus malu toh pada akhirnya Rey bakal tahu keadaan tubuhnya. Entahlah yang jelas Nadia merasa belum siap jika suaminya melihat tubuh polosnya sekarang. Tiba-tiba Nadia bergidik geli dan merinding membayangkannya.
***

Reyhand akhirnya membawa Nadia Kasih Ayunda ke rumahnya. Jika harus membawa Nadia ke apartemen miliknya rasanya tidak mungkin, karena meskipun apartemennya luas namun memiliki satu kamar tidur, dan itupun sudah ditempati kedua orang tua Nadia. Jadi tak ada lagi kamar untuk mereka berdua.

“Lho kalian kesini? emang ga nginep dihotel dikamar pengantin?” tanya Amanda sambil memeluk bahu Nadia yang sudah menjadi menantunya.
“Nadia ga bisa tidur disana mih, kasian masih trauma dengan kejadian tadi siang”
“ooh, ya sudah ngga apa-apa mamih juga ngerasain perasaan kamu”
“iya mih terima kasih, Nad masih takut..”
“iya, iya mamih juga ngerti ko sayang, untung mamih batalin perjodohan Rey sama Riska, kalau enggak duuhh mamih ga bisa bayangin punya mantu macam Riska, astaghfirullah aladzim”
Amanda bergidik ngeri membayangkan kenekadan gadis yang pernah dijodohkan dengan putranya. Nadia tersenyum simpul melihat tingkah mertuanya
“ya sudah sana istirahat dulu, kalian pasti capek”
“iya mih, Nad kekamar dulu ya mih”
“kalau papih kemana mih?” tanya Rey sebelum pergi mengikuti Nadia.
“papihmu ada dikamar lagi istirahat”
Reyhand mangut-mangut lalu pergi menyusul Nadia ke kamarnya.
***

Ddrrrttt.. Rey merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya yang berdering.
Tanda panggilan dari Rizky tertera dilayar ponselnya.
“hallo assalamualaikum”
“wa’alaikumssalam, Rey ini gue Rizky”
“iya tahu, ada apa..?”
“sorry gue ganggu malam pertama elo, ada situasi darurat nih”
“sialan lo,, darurat apaan..?”
“Johan Rey, dia tidak tertolong”
“maksud lo Ky..?”
“Johan meninggal satu jam yang lalu”
Ada nada sedih disuara Rizky saat menyampaikan berita kematian Johan
“innalalillahi waina lillahi rojiun, lo serius Ky?”
“iya Rey, ini gue masih dirumah sakit”
“ok,, gue kesana sekarang, bagaimanapun juga Johan sahabat gue”
“ok Rey gue tunggu, assalamualaikum”
Telpon dimatikan sepihak
“ada apa Rey? bagaimana keadaan Johan?”
Meskipun nadia mendengar pembicaraan Rey dengan orang yang bernama Rizky tentang kondisi Johan, namun ia masih ingin mendengar langsung dari mulut suaminya
“Johan meninggal sayang”
“astaghfirullah yaa Alloh, innalillahi wainalillahi rojiun”
Nadia mengelus dadanya, tanpa sadar cairan bening mengalir dipipinya.
Meskipun nadia tidak mengenal Johan tapi pemuda itu telah menolongnya bahkan mempertaruhkan nyawanya.
“sayang, aku harus pergi ke rumah sakit, Johan sahabatku aku ingin melihat jasadnya untuk yang terakhir sebelum dibawa ke Surabaya”
Tangan Rey menangkub wajah Nadia dan mengusap air mata gadis itu dengan ibu jarinya.
“Rey apa aku perlu ikut?”
“tidak usah sayang, kau sudah cukup kelelahan hari ini, aku pergi sendiri, disana sudah ada Rizky”
“baiklah Rey..”
“kau tidak apa-apa kutinggal sendiri?”
“tidak Rey, aku akan baik-baik saja disini, pergilah Rizky menunggumu”
“baiklah sayang aku pergi dulu, kau tidak usah menungguku tidurlah” ucap Reyhand sambil mencium kening Nadia lalu mengecup lembut bibir mungil istrinya.
Nadia merasa tubuhnya bergetar mendapat perlakuan dari suaminya.
Rey segera pergi meninggalkan Nadia.
“Semoga Alloh menerima setiap amal ibadahmu Johan,,terimakasihku tak terbatas untukmu, yaa Alloh terimalah dia disisi Mu Aamiin”
Nadia merebahkan tubuh lelahnya diatas tempat tidur milik Reyhand.

Bersambung #22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER