Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Selasa, 27 Oktober 2020

My Boss… I Love U #22

Cerita bersambung
(side-a)

Nadia benar-benar terlelap tak mampu menahan kantuk yang teramat sangat. Sebelumnya gadis itu sempat melirik ke arah benda bulat yang tergantung didinding dimana jarumnya menunjukkan pukul satu malam.
Suaminya belum kembali dari rumah sakit untuk melihat jasad terakhir Johan sebelum dibawa pulang ke Surabaya.
***

Suara adzan subuh membangunkan Nadia Kasih Ayunda dalam tidur lelapnya. Gadis itu bermaksud untuk bangun namun tubuhnya terasa berat karena mendapati sebuah tangan kekar melingkar dipinggangnya.

Nadia hendak menyingkirkan tangan itu namun ia urungkan, malah wajahnya mencari sosok sipemilik tangan.
Seraut wajah tampan dengan mata terpejam tepat berada dekat didepannya hanya berjarak beberapa senti, nafasnya yang teratur menerpa lembut pipinya.

Dengan sangat pelan Nadia mengusap rahang tegas milik Reyhand.
Ada perasaan bersalah dihatinya kenapa ia tidak menunggu suaminya pulang malah tertidur duluan.
Dirinya tidak tahu jam berapa Rey pulang dari rumah sakit dan sudah tertidur disampingnya.
Setelah puas menatap wajah suaminya yang tertidur, Nadia perlahan bangun dan mencoba menyingkirkan tangan Rey dari pinggangnya, namun tangan itu semakin erat memeluknya.
Nadia mengernyitkan dahi Rey sedang tidur tapi pelukkannya sulit dilepaskan malah bertambah erat.
“aku masih ingin memelukmu tidurlah lagi” suara parau Reyhand dengan mata masih terpejam, Nadia mengakat alisnya.
“tapi Rey ini sudah pagi”
“sebentar lagi sayang”
Sambil terus memeluk Nadia, wajahnya ia carukkan dileher istrinya, membuat Nadia merasa geli karena nafas Rey berhembus dilehernya membuat gadis itu sedikit merinding.
“Rey ayo bangun nanti keburu habis waktu subuhnya”

Rey melonggarkan pelukkannya, matanya mulai terbuka dan menatap nanar ke arah Nadia yang sudah bangun dan duduk diatas tempat tidurnya.
“maafkan aku tidak menunggumu pulang” lirih suara Nadia. Rey tersenyum lalu bangkit dari tidurnya dan duduk disebelah Nadia.
“tidak apa sayang, kan aku sudah bilang tidak usah menungguku”
“tapi kenapa kau tidak bangunkan aku saat pulang?”
“aku tidak tega bangunkan istriku yang tertidur begitu lelap, bahkan aku menciummu berkali-kali kau tak terbangun hhmm..”
“Maaf..”
Nadia menunduk malu benarkah Reyhand menciumnya berkali-kali saat ia tertidur tanpa merasakannya.
Rey terkekeh pelan sambil menarik kembali Nadia kedalam pelukkannya dalam posisi duduk.
Dengan lembut Rey mencium leher jenjang Nadia membuat gadis itu melenguh kegelian.
“hentikan Rey..”
Tolak Nadia halus tangannya mendorong pelan tubuh suaminya
“kenapa sayang, bukankah kita sudah halal?” bisik Rey tanpa menghentikan ciumannya
“ma-maksudku sebentar lagi matahari muncul kita belum sholat tubuh” ucap Nadia dengan wajah memerah diperlakukan sedemikian rupa oleh Reyhand.

Pemuda itu tersadar dan baru ingat adzan subuh berlalu dari tadi, akhirnya Rey menghentikan aktifitasnya dan mengadukan keningnya dengan kening nadia.
“Baiklah sayang, masih ada waktu nanti malam, malam besok dan malam seterusnya” ujar Rey sambil mengecup kening Nadia
“hhmm,, aku mandi dulu Rey”
Nadia beranjak dari tempat tidurnya. Rey kembali merebahkan tubuhnya sambil menunggu Nadia mandi
“aku temani mandinya sayang”
“eehh tidak usah, aku mandi sendiri saja”
“tapi aku ingin menemanimu”
“Reeyy bagaimana aku bisa mandi kalau kau menemaniku, kau pasti mengangguku dikamar mandi’
hardik Nadia sambil melototkan matanya ke arah Rey, pemuda itu hanya terkekeh, dia suka sekali jika sudah membuat Nadia kesal dan malu.
***

“Pagi, Mih, Pih,” sapa Reyhand sambil menghempaskan bokongnya di sofa di samping mamihnya. Reyhand mencium pipi sang Mamih
“hmm, segar sekali lihat anak mamih,” celetuk Amanda menatap intens putranya.
“seger dong, Mi. Kan udah ada yang ngurus,” jawab Rey asal.
Prasetya terkekeh menanggapi perkataan putranya.
“Nadia mana mih?” tanya Rey dengan wajahnya celingukkan mencari sosok istrinya.

Rey menyunggingkan senyum kecil membayangkan dirinya sekarang sudah memiliki seorang istri. Rasa hangat menjalar dalam hatinya.

“Istrimu ada di dapur lagi bantuin si bibi.”
“Kok di dapur, Mih?”
“Dia yang minta dan maksa sama mamih pengen buat sarapan untuk kita. Ya sudah mamih izinkan, lagian mamih pengen tau menantu mamih pinter masak apa enggak?”
“Mamih tidak usah khawatir, Nadia pinter dalam segala hal. Dia type yang sesuai dengan keinginan mamih,” ucap Reyhand yakin dengan pilihannya.

“Hari ini ga ngantor Rey?” tanya Prasetya.
“Engga Pih, masih capek. Paling lusa Rey bisa ke kantor. Soalnya besok Rey mau bantu orang tua Nadia berkemas untuk pulang.”
Prasetya mangut-mangut menanggapi perkataan putranya.
“Rey, tadi ada telpon dari orang tua Riska dia minta maaf pada kita khususnya pada Nadia, dan Riska dibawa ke tempat khusus rehabilitasi untuk pemeriksaan kejiwaannya, karena selama di kantor polisi Riska tak henti menjerit histeris. Jadi, anak itu harus ditangani oleh ahli psikologis. Yaah … sambil menunggu sidang panggilan kasus penembakan dan kepemilikan senjata ilegal yang dibawa Riska,” papar Prasetya panjang lebar.

Prasetya menjelaskan kronologisnya keadaan Riska yang sekarang. Prasetya mendapat informasi dari Handoko langsung.

Rey menarik nafas berat. Sungguh tidak disangka nasib Riska akan seperti itu.
***

Nadia sedang asyik di dapur, tangannya dengan lincah mengaduk masakan.
Pekerjaan dapur tidaklah menyulitkan bagi Nadia.

Gadis itu sudah terbiasa membantu sang Bunda jika ada kegiatan masak-memasak. Hasil masakkannya tidak perlu diragukan lagi rasanya. Seperti halnya sekarang, Bi Narsih sedang mencoba mencicipi hasil masakkan majikan barunya.

Bi Narsih sempat menolak untuk dibantu, bahkan melarang Nadia untuk memasak karena itu adalah tugasnya. Namun Nadia memaksa ingin mencoba masak sendiri dihari pertamanya di rumah mertua.

“Masyaa Alloh, non Nadia pinter juga masaknya. enak sekali, non,” puji bi Narsih sambil mengacungkan dua jempol tangannya.
“Alhamdulillah, selesai juga masaknya.”
“Pasti nyonya Manda tambah sayang sana non Nadia. Sudah cantik, ramah, pinter masak lagi.” Kembali Bi Narsih memuji Nadia.

“Bibi bisa aja,” balas Nadia sedikit tersipu.
“Eheem ….”
Suara deheman mengalihkan wajah Nadia dan Bi Narsih dari wajan yang berisi masakkan.
“Rey ….”
“Eeh, tuan muda.”

Sahut Nadia dan Bi Narsih bersamaan. Reyhand berdiri bersandar di frame pintu dengan tangan disilang di depan dada.
“hmm,” gumam Reyhand.

Bi Narsih beranjak pergi setelah mendapat anggukkan dari Rey.
Pemuda itu menghampiri Nadia, dengan gerakkan lembut Reyhand memeluk pinggang istrinya menumpukan telapak tangannya di perut datar Nadia.

“Rey-”
“Jangan bilang lepaskan. Biarkan aku seperti ini,” potong Reyhand sebelum Nadia meneruskan aksi protesnya.
“Tapi Rey aku lagi masak.”
“Tadi aku dengar masaknya sudah selesai ” timpal Reyhand sambil mengecup pipi Nadia yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
“Rey, tolong lepaskan! masakku memang sudah selesai tapi belum aku pindahkan.”
“Pindahkan saja. Aku cuma memeluk pinggangmu bukan tanganmu.”

Nadia menyerah, tangannya berhenti sejenak dari kegiatan masaknya, lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah Reyhand, “nanti orang-orang melihat kita, Rey. Dan kau lihat, tanganku kotor nanti kena bajumu.”
“Tidak masalah, tinggal ganti saja bajunya.”
“Rey-”
Nadia terperangah, matanya membelalak, Reyhand telah membungkam mulut Nadia dengan bibirnya.

Rey melumat bibir Nadia cukup lama membuat Nadia gelagapan.
Nadia mendorong pelan tubuh Reyhand dengan nafas tersengal.

Reyhand tersenyum, kali ini merasa menang telah mencium bibir Nadia dengan durasi yang cukup lama. Reyand kembali hendak memajukan wajahnya, namun Nadia mengusapkan tangannya yang berminyak ke pipi Reyhand. Sontak Reyhand memundurkan tubuhnya sambil mengusap pipinya yang licin. “Apaan ini?”

Nadia tertawa melihat ekspresi lucu wajah Reyhand.
“Ya ampun Nadia … wajahku kau lumuri minyak,” gerutu Reyhand sambil memandang gemas ke arah Nadia yang menertawakannya.
Reyhand pura-pura memasang wajah geram, dengan perasaan gemas mendekati Nadia.

Nadia langsung berlari menghindari Reyhand. Rey tidak mau diam mengejar istrinya yang berlari ke arah ruang tamu di mana Amanda dan Prasetya berada.
Nadia tiba-tiba menghentikan tawa dan larinya saat sadar dia berada dimana.

Reyhand berhasil menangkap Nadia, dan langsung memeluk Nadia dari belakang.
Amanda dan Prasetya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak dan menantunya.

==========
(side-b)

Setelah kepulangan orang tua Nadia, Reyhand mengajak istrinya untuk menempati apartement miliknya, Nadia tidak keberatan dengan keinginan Reyhand, disamping ingin menghabiskan waktu bersama, alangkah baiknya ia hidup mandiri bersama suami tidak harus tergantung kepada orang tua Reyhand.

Malam ini Nadia Kasih Ayunda terlihat fres dengan mengenakan pakaian tidur terlihat santai rambut indahnya dibiarkan tergerai. Nadia keluar dari kamar mencari Rey, ia tidak mendapati suaminya di ruang tamu hanya suara televisi yang menyiarkan seputar berita.

Nadia melirikkan matanya ke arah balkon luar ternyata Reyhand berdiri di sana, sedang menikmati malam sambil memandang ombak yang bergemuruh dari kejauhan.
Nadia menghampiri Rey dengan langkah perlahan, setelah begitu dekat dengan gerakkan lembut Nadia melingkarkan tangannya ke perut Rey dari belakang, kepalanya ia sandarkan ke punggung suaminya menghirup aroma wangi khas tubuh Rey yang sudah menjadi candu baginya.

“kenapa sayang…?”
Suara Rey bertanya dengan halus, tangannya mengelus jemari Nadia yang bertumpu diperutnya.
Karena lama tak ada jawaban dari mulut Nadia, Rey memutar tubuhnya menghadap gadis itu.

“Kenapa,,? kau merindukanku hmm..?”
Nadia menyembunyikan wajahnya yang sudah merona merah didada bidang suaminya, sekan mencari kenyamanan di sana. Rey mengusap lembut punggung istrinya.
“Aku mencintaimu sayang, tetaplah selalu bersamaku apapun yang terjadi” ucap Rey sambil mengecup pucuk kepada Nadia serta menghirup aroma shampo Vanila kesukaan istrinya.
“aku juga mencintaimu,, aku akan selalu ada untukmu Rey, hingga Alloh berkehendak lain memisahkan kita lewat ajal”
“Terima kasih sayang”
Rey mencium lembut kening Nadia, lalu turun mengecup matanya, hidung mungil gadis itupun tak luput dari sambaran bibir Reyhand.

Rey mencium bibir Nadia dengan hati-hati, Nadia memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang diberikan suaminya, tangannya mulai melingkar ke belakang leher Reyhand.

Keduanya segera melepaskan pagutan mereka setelah dirasa nafasnya sesak. Sejenak mereka menarik nafas dalam-dalam, dengan gerakan spontan Reyhand menggendong Nadia ala bridelstil dan membopongnya Nadia menuju arah kamar, Reyhand membaringkan tubuh istrinya di atas tempat tidur sangat hati-hati seakan Nadia adalah barang pecah yang harus diperlakukan dengan baik. Reyhand mulai mencium kembali istrinya, membuat Nadia sedikit kegelian. Rey berhenti sejenak, matanya memandang sayu ke arah Nadia.
Sudah selayaknya pasangan-pasangan yang diridhoi Alloh menikmati hasil dari perjuangan mereka dalam bentuk cinta.

"Nadia.."
"Hmm.."
"Aku sangat mencintaimu" bisiknya di telinga Nadia.
Rey melanjutkan kegiatannya yang sempat dihentikan. dia terus menciumi Nadia sambil tangannya melepaskan kancing bajunya. Satu persatu apa yang melekat di tubuh Nadia jatuh ke lantai. Disusul Rey sendiri yang melepas pakaiannya juga hingga keduanya tidak memakai apapun.
Tanpa henti bibir Rey menelusuri seluruh lekuk tubuh Nadia, hingga Nadia menggelinjang kegelian.
Sesekali terdengar keluhannya lembut "oohh..". Dan...

"Aaa.... auwh.." jerit tertahan terdengar lirih di telinga Rey, ketika dia memulainya.
Nadia merasakan perih di bagian bawah tubuhnya seperti disayat sembilu. Jemarinya meremas seprey untuk melampiaskan rasa sakitnya. Rey berusaha meredakan gerakannya agar Nadia tidak terlalu sakit.
Tidak lama kemudian ada desiran nikmat yang dirasakan Nadia. Tangannya berpindah ke tubuh Rey.
"Oohh... aa..hhh" rasa itu semakin memuncak tak tertahankan.
Sepuluh menit kemudian... "Aakhgg..." Rey menghentakkan gerakannya pertanda akhir dari semuanya.
Dipeluknya tubuh Nadia sangat erat dalam dekapannya. "Alhamdulillah.." bisiknya.
Keduanya saling berhadapan dan saling membelai kekasihnya untuk melepas lelah.
Dengan izin Alloh mereka telah melaksanakan setengah dari agamanya.

Dengan izin Alloh pula mereka menyatukan jiwa raga mereka menjadi satu, yang dimana kelak membuahkan hasil dari percintaan mereka yakni generasi-generasi penerus yang akan membawa mereka ke dalam perjuangan dan kehidupan yang sebenarnya.

Mereka saling memandang. Bibir keduanya menyunggingkan senyum, tangan Rey mengusap lembut wajah pucat istrinya.
“Maafkan aku sayang telah menyakitimu”
Nadia menggeleng pelan.
“Tidak seharusnya kau minta maaf, ini sudah kewajibanku sebagai seorang istri menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk suami” lirih Nadia dengan ketulusan dan kebanggaan yang tak terhingga. Kehormatannya yang dijaga selama 23 tahun telah ia persembahkan untuk lelaki halalnya, begitu juga Reyhand.

“Terima kasih sayang kau sudah menjaga kehormatanmu untukku, tidurlah kau pasti lelah”. Rey mendekap istrinya penuh kasih.
***

Nadia Kasih Ayunda dengan cekatan memasangkan dasi di leher suaminya. Nadia sudah terbiasa dulu suka membantu ayahnya memasang dasi, jadi itu hal yang mudah baginya.

Tangan Rey memegang pinggang ramping Nadia, sekali-sekali bibirnya mencuri ciuman di pipi sang istri.
Ini kali kelima Rey dengan jahil mencium bibir Nadia.

“Rey, bisa diam tidak sih? jadinya ga beres-beres pasang dasinya,” hardik Nadia, memprotes ulah suaminya.
Reyhand tak menggubris hardikan Nadia, malah semakin senang melihat mimik kesal yang diperlihatkan Nadia atas ulah jahilnya.

Cup, kembali Rey mencium namun kali ini mendapat cubitan super maut dari Nadia.
“Aaww … sakit sayang ampun, lepasin,” seru Rey meringis kesakitan.
“Ngga akan aku lepasin kalau jahilmu ga berhenti,” gertak Nadia, masih menyubit pinggang Reyhand.
“Ok … aku ga bakal cium-cium lagi janji, lepasin yang, duh sakit amat.”

Nadia melepaskan cubitannya setelah Reyhand mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya tanda menyerah dengan wajah meringis.

Nadia terkekeh. “Makanya sabar sedikit kenapa sih? ini sudah waktunya berangkat kerja.”
“Tapi, aku malas pergi, boleh sehari ini saja aku tidak kekantor?” pinta Rey seperti anak kecil yang membujuk ibunya agar tidak masuk sekolah.
“Tidak! sudah cukup istirahatmu, Rey.”
“Aku masih ingin berdua denganmu, please.”

Nadia menggeleng, baginya sudah cukup Reyhand beristirahat dari sejak pernikannya yang sudah berjalan delapan hari dan kepindahannya ke apartemen empat hari yang lalu.

Dan selama empat hari pula mereka menghabiskan waktu bersama dengan hal-hal yang membuat mereka benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan.
Kebahagiaan yang tak terlukis dari kedua wajah pasangan pengantin baru.
Pagi, siang, malam seakan merekalah yang merasakan. Namun ada titik jenuh dan lelah bagi Nadia jika Rey terus berada bersamanya.

Seperti saat ini Nadia kukuh membujuk Rey untuk kembali beraktifitas di kantornya. Selama Reyhand tidak ke kantor Mickha lah kepercayaan keluarga mengurus mall milik keluarga Reyhand.

“Ayo, berangat Rey,” kata Nadia, membawakan tas milik suaminya yang berisi dokumen yang harus ditandatangani seperti biasa tanpa bisa diwakili.

Akhirnya Rey berangkat juga ke kantornya dengan syarat istrinya harus ikut menemani dia.
Nadia menurut, lagi pula ia ingin sekali bertemu dengan sahabatnya Nurfadilla di tempat mereka dulu bekerja.

Bersambung #23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER