Setelah berkutat dengan tesis yang membuatnya kurang tidur dan kurang makan, akhirnya tibalah saatnya untuk sidang. Telapak tangan Seno berkeringat karena gugup. Walaupun profesor yang akan mengujinya adalah orang baik, tapi tetap saja rasa takut gagal itu ada.
Seno tidak bisa membayangkan kalau ia gagal berarti pernikahannya dengan Nisa akan diundur, padahal persiapannya sudah 90% yang sudah diurus dengan baik oleh WO.
Sekarang giliran Seno masuk.
"Halo, good afternoon," sahut Seno sambil sedikit membungkukan badannya dengan sopan.
"Sit, please." Salah seorang profesor berucap sambil menggerakan tangannya mempersilahkan Seno duduk di kursi yang menghadap kepada para penguji. Seno duduk lalu menghela nafas untuk mengusir rasa gugupnya.
Empat orang profesor di depannya sedang membaca tesis Seno. Lalu profesor pembimbing Seno berucap.
"Please tell us about your thesis, Mr. Senopati."
Seno berdeham pelan. Dengan lancar dan tenang Seno berpidato sedikit sebagai pembukaan. Ia perlahan berdiri ke samping layar proyektor yang menghadap ke para profesor yang mengujinya.
Seno menerangkan secara detail satu persatu materi tesisnya yang terpampang di layar proyektor. Setelah berbulan-bulan Seno melakukan penelitian deskriptif, eksperimen, dan penelitian evaluasi akhirnya ia bisa menyelesaikan tesisnya tepat waktu.
Sebenarnya bagi Seno ini sedikit mudah karena ia mengambil materi tentang perusahaannya sendiri dalam menghadapi persaingan global.
"Creativity, work team, and brilliant idea, that's the key," sahut Seno mengakhiri penjelasannya.
"Please give us a concept example of that brilliant idea," sahut Profesor yang duduk paling pinggir, Seno lupa namanya siapa.
Yang jelas profesor itu paling cantik diantara mereka berempat, karena dia cewek satu-satunya.
"Aduh ini mah kerjaannya si Aldi sebagai copywriter" Seno berucap dalam hati.
"Sure." Seno memejamkan matanya sejenak, mencoba berpikir.
Lalu ia teringat pernah melayani klien sebuah perusahaan coklat bar. Tuh klien rewel banget, banyak maunya dan kerasnya enggak ketulungan, persis ibu-ibu di pasar yang minta diskon mati-matian untuk satu kali beli cabe. Katanya kalau iklannya biasa-biasa saja, nanti konsumen tidak ngiler saat melihat iklan mereka.
Jadi Seno dan timnya harus berpikir keras bagaimana mendapatkan sebuah ide briliant untuk membuat iklan mereka bagus.
Kurang lebih Seno mengatakan, untuk mendapatkan ide briliant harus mencari kelebihan produk itu terlebih dulu, selanjutnya ia harus mencari info dari berbagai pihak sebagai riset pribadi dalam skala kecil sampai besar bagaimana produk tersebut di pasaran.
Setelah itu berdasarkan marketing brief yang dibuat, dan berdasarkan reasearch yang dilakukan oleh copywriter, maka untuk memudahkan pekerjaan disusunlah sebuah creative brief.
Dalam tahap ini copywriter akan mengolah kekuatan ataupun kelemahan produk dibandingkan produk pesaing.
Kemudian, copywriter harus yakin akan keistimewaan produk tersebut.
Akan sulit untuk mempengaruhi calon konsumen untuk membeli produk yang akan diiklankan jika kita sendiri kurang yakin akan keunggulan atau keistimewaan produk yang kita tawarkan.
Marketing brief yang dibuat oleh klien harus dibandingkan dengan saingannya, apa kira-kira kompensasi untuk kelemahan itu.
Jangan mengada-ada. Tugas seorang copywriter adalah meminimalisasi kelemahan dan memaksimalkan kelebihan.
Jangan menipu konsumen. Dalam penyampaian pesan dapat dilakukan dengan dramatisasi; namun, tidak dengan berbohong.
Dramatisasi adalah memberikan informasi yang benar dengan cara melebih-lebihkan sifat atau keadaannya, dengan maksud untuk menarik perhatian sasaran (konsumen).
Lebih jauh lagi, penyampaian itu harus bersifat menghibur.
Ide brilian menurut Seno sama saja dengan pemikiran out of the box.
Untuk sebuah iklan coklat bar, buatlah si model ketika memakan coklat itu menunjukan ekspresi kaget akan keenakan coklat itu dengan storyboard dan visual yang meyakinkan agar konsumen ingin memakan coklat itu juga.
Seno menghela nafas, ia tidak yakin dengan jawabannya. Karena sepertinya bukan itu jawaban yang dimaksud oleh profesor. Tapi ya sudah lah.
Seno hanya bisa pasrah, apapun yang terjadi nanti Seno sudah siap menerimanya.
"Ok thank you, Mr. Senopati," sahut profesor cewek tadi.
Sekarang sudah dua jam berlalu. Tapi nampaknya Sidang tesisnya belum akan berakhir.
"I heard you already have an advertising company in Indonesia and you as the CEO," ucap profesor pembimbing.
"Yes, that's right sir." Seno berucap malu-malu.
"Wow, is very good." Seorang profesor yang berkepala plontos terlihat kagum.
"You are still young, but can already establish your own company. I am very impressed. Good, Mr. Senopati," sambungnya.
"Thank you, sir," ucap Seno senang.
Akhirnya setelah hampir tiga jam, sidangnya selesai juga. Seno menyalami satu-satu profesor lalu keluar dengan lega, dan sekarang tinggal menunggu hasilnya ia lulus atau tidak. Biasanya kelulusannya akan diumumkan melalui situs universitas dua hari ke depan.
***
Pagi itu Seno cepat-cepat membuka laptop untuk melihat hasil sidang kemarin. Tangannya gemetar, sumpah ia gugup banget.
Dan tidak butuh lama untuknya menemukan nama Senopati Aryan Kusuma dalam deretan nama-nama yang lulus.
Seno langsung merunduk lalu sujud syukur. Padahal saat sidang kemarin ia tidak yakin kalau ia bisa lulus.
Lalu beberapa hari setelah pengumuman kelulusan itu, profesor pembimbingnya bilang,
"We were very impressed because you were able to set up an advertising company. That is good."
Ternyata seperti itu. Berarti kalau Seno tidak punya perusahaan periklanan sendiri ia tidak lulus dong. Ya sudahlah yang penting sekarang ia sudah lulus dan ia bisa pulang ke tanah air. Lalu nanti saat wisuda Seno sudah bisa berfoto dengan sang istri.
Sebelum pulang, Seno berpamitan dulu ke para tetangganya, terutama pada pasangan suami istri terromantis yang pernah Seno kenal. Mr dan Mrs Armand.
Seno di peluk hangat oleh suami istri itu. Bagi Seno mereka sudah seperti orang tua sendiri. Walaupun belum lama kenal tapi rasanya seperti sudah kenal bertahun-tahun. Mereka sangat baik pada Seno.
"I hope you can come to my wedding," sahut Seno.
"Forgive us dear, but it seems we can't come. You must know we always pray for your happiness," sesal Mrs. Armand.
"Thank you, mrs. But I will be very happy if you can come."
"We are very sorry, dear." Wajah Seno terlihat sedih, tapi ia tidak bisa memaksa. Sekali lagi Seno dipeluk oleh mereka sebelum Seno benar-benar pergi.
Sekarang Seno sudah berada di Manchester International Airport, ia tidak sabar untuk segera sampai di Jakarta.
Lalu sekitar 14 jam Seno terombang-ambing di udara, transit sebentar di Abu Dhabi, akhirnya sampai juga di tanah air tercinta.
Saat sampai di bandara Soeta waktu menunjukan pukul 01:45 dini hari karena Seno berangkat dari Manchester pagi menjelang siang hari.
Tidak ada sambutan romantis yang ia dapatkan dari calon istrinya, mungkin sekarang dia lagi tidur nyenyak sambil ngiler.
Yang menunggu dengan setia di bandara hanya Wisnu, supir pribadi keluarganya.
Wisnu memasukan barang-barang Seno ke bagasi. Lalu langsung melesat membawa Seno ke rumah orang tuanya, bukan ke apartemen.
"Mas, ada titipan tuh dari mbak Nisa," kata Wisnu sambil nyetir.
Seno yang sedang terkantuk-kantuk di jok belakang langsung melek.
"Apaan pak?"
"Nih, mas." Wisnu menunjukan titipan dari Nisa yang ada di jok depan dengan dagunya karena tangannya sibuk menyetir.
Seno bangun lalu mengambil bungkusan itu.
"Pizza?" Seno bertanya sendiri.
Kenapa Nisa ngasih Seno pizza? Apakah dia sengaja biar perut Seno off side lagi? Sudah susah payah Seno ngegym tiga kali seminggu saat di Manchester, sampai perutnya sekarang seperti roti sobek. Seno menggeleng lalu menyimpan pizza itu kembali.
"Loh mas, kenapa enggak dimakan?"
"Enggak ah, buat pak Wisnu aja deh, saya udah kenyang," kilah Seno.
"Nanti mbak Nisa marah loh kalau tau pizzanya enggak dimakan. Katanya saya harus ngeliatin kalau pizzanya benar-benar dimakan sama mas Seno."
"Ya udah pak Wisnu boong aja, bilang kalau pizzanya habis saya makan semua, oke?"
"Oke deh, tapi saya enggak tanggung jawab ya kalau ketauan."
"Iye, tenang aja. Enggak bakal ketahuan kok."
***
Siang ini Nurul ibunya Seno, memasak berbagai macam menu untuk menyambut kepulangan anak bungsunya. Seno bangun tidur saat jam makan siang. Ia merasa badannya sangat capek sampai ia tidak mendengar kalau telefonnya berdering beberapa kali.
Dari kantor dan tentunya dari Nisa.
Seno mengirim pesan pada Nisa meminta maaf tidak mengangkat telefonnya karena ia baru bangun.
"Waduh, mama enggak salah nih masak sebanyak ini? Nanti siapa yang makan?" seru Seno sambil melotot pada meja makan.
"Ya kamu lah," jawab Nurul santai. Kenapa semua orang ingin Seno gendut lagi?
"Ini sih buat makan satu kampung, ma. Oh iya ada mas Agam ya? Seno liat mobilnya di depan."
"Iya. Sengaja ke sini buat ketemu kamu, kangen katanya."
"Sekarang di mana dia?"
"Tauk tuh, tadi sih sama papa kamu di belakang," jawab Nurul. Seno berlalu ke belakang menemui kakak dan papanya.
Agam terlihat senang ketika melihat Seno berjalan ke arahnya.
"Widih calon penganten udah datang," seru Agam sambil mesem-mesem. Seno nyengir sambil menunduk malu.
Agam memeluk adik satu-satunya itu dengan erat.
"Ponakan gue yang cantik gak ikut?" Seno bertanya setelah Agam melepas pelukannya.
"Enggak, dia lagi demam. Oh iya, gimana perasaan lo menjelang melepas masa lajang?"
"Biasa aja." Seno mendengikkan bahu dengan santai. Agam duduk di samping papanya, sedangkan Seno bersandar pada tiang menghadap kakak dan papanya yang sibuk dengan ponsel sambil sesekali membenarkan posisi kacamatanya.
"Ngomong-ngomong, lo yakin mau kawin sama janda? Aduh sayang sekali," kata Agam. Seno nyengir, ia tahu apa yang dimaksud Agam.
"Menurut gue, malam pertamanya enggak akan seru kalau istri lo udah enggak perawan," sambung Agam.
"Betul itu." Papanya menyambar, tapi dengan pandangan tidak lepas dari ponselnya.
"Sen, lo harus ngerasain gimana rasanya perawan. Gue jamin lo enggak bakal lupa seumur hidup. Tapi, kalau emang jodoh lo sama janda, apa boleh buat."
Seno bergeming sesaat. Lantas ia bersidekap sambil meluncurkan senyumnya pada Agam.
"Menurut gue, pernikahan itu bukan urusan ranjang doang, tapi banyak banget hal yang lebih penting dari itu. Harus saling menghargai dan pengertian, komunikasi yang baik, sampai urusan nafkah. Gue gak peduli Nisa janda atau perawan, karena gue tahu, gue enggak bisa hidup tanpa dia. Beneran enggak bisa. Serius. Gue bahagia sama dia. Bukankah tujuan pernikahan semua orang adalah sakinah, mawadah, warahmah? Dan gue yakin 100% gue bisa meraih semua itu sama Nisa."
Agam dan papanya melohok. "Wah, adek gue udah dewasa ternyata. Kalau lo bahagia, gue juga bahagia," ujar Agam terkesima.
"Dan satu lagi. Nisa itu janda tapi bukan sekedar janda," sahut Seno sambil mencondongkan badannya pada Agam.
"Maksud lo?"
"Udeh ... Hal ini cuma gue yang boleh tahu, haha." Seno berkata sambil ngeloyor pergi.
"Apaan sih maksudnya?" Agam bertanya sendiri.
Papanya mengangkat bahu acuh.
***
Persiapan pernikahan sudah selesai, undanganpun sudah disebar. Kali ini pernikahan diadakan di salah satu hotel bintang lima di kawasan elit Jakarta selatan.
Keluarga Nisa dari Sukabumi diboyong semua ke Jakarta dan menginap di hotel tempat akad dan resepsi.
Pernikahan Nisa sama Seno sangat kontras dengan pernikahannya terdahulu bersama Viko.
Keluarga Seno adalah keluarga besar, terlebih ini pernikahan putra bungsu keluarga Aryan Kusuma. Sebuah keluarga darah biru, karena ayah Seno merupakan keturunan bangsawan keraton Surakarta, jadi wajar kalau pernikahan ini diadakan secara besar-besaran dan terkesan mewah.
Tiga hari sebelum pernikahan, mereka mengadakan meeting terakhir dengan WO, lalu setelah itu mulai melaksanakan ritual-ritual sebelum akad nikah. Karena pernikahan mereka menggunakan adat Jawa Solo, jadi tahapan rangkaian upacara sebelum akad nikah itu tergolong banyak sekali.
Pertama, pasang Tratag dan Tarub. Tanda resmi bahwa akan ada hajatan pada masyarakat.
Tarub berarti hiasan dari janur kuning yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah.
Kedua, Kembar Mayang. Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini biasa menghiasi asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar mayang dan upacara panggih.
Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.
Ketiga siraman, upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir batin.
Tahapan-tahapannya yaitu calon mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu calon pengantin duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan orang lain yang ditunjuk.
Ke empat, Adol Dhawet (Jual dawet). Usai siraman, dilakukan acara jual dawet. Penjualnya adalah ibu calon pengantin wanita yang dipayungi oleh ayah calon pengantin wanita.
Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, menggunakan pecahan genting sebagai uang.
Kelima adalah Paes. Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan wajah bercahaya, kemudian merias wajah calon pengantin.
Paes menyimbolkan harapan kedudukan yang luhur.
Ke enam, Midodareni. Upacara Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari.
Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.
Yang terakhir Nyantri atau Nyantrik. Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya calon pengantin pria berserta pengiringnya.
Dalam acara ini calon pengantin pria mohon diijabkan. Karena ijab kobul di adakan esok hari jadi kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan sanak saudara terdekat.
Walaupun Nisa orang sunda, tapi upacara-upacara itu wajib dilakukan karena Nisa akan menikah dengan laki-laki yang masih keturunan keraton Surakarta.
Jujur ini sangat asing bagi Nisa, tapi dengan patuh Nisa melaksanakan semua ritual itu, dan rasanya sangat melelahkan namun senang.
Lalu sebuah pesan dari Seno membuat semua lelah itu lenyap seketika.
"Nis ... Gue rindu sama lo. Siap-siap besok lo resmi jadi istrinya Senopati Aryan Kusuma, {emoji ketawa}"
Nisa tersenyum, lalu membalas "semoga malam ini lo bisa tidur, biar besok elo enggak salah nyebut nama gue jadi nama salah satu mantan lo saat ijab kobul nanti hahaha."
Beberapa detik kemudian Seno membalas.
"Geblek ... Amit-amit jabang bayi."
Nisa ngakak sendiri di kamar.
***
Seno mematut diri di depan cermin sambil sesekali membenarkan posisi blangkonnya.
Seorang perias meletakan sebilah keris ke punggung Seno, dan mengalungkan bunga melati.
Baju beskap putih langenharjan dan batik wiron bermotif sidoasih prada sangat cocok dipakai Seno. Seno terlihat gagah dan tampan.
"Cie ... Anak mama nikah juga akhirnya," goda Nurul sambil memandang anak bungsunya di cermin.
"Apaan sih mama." Seno menunduk malu.
"Sen, mama sebenarnya udah tahu, kamu tuh dari dulu udah cinta kan sama Nisa? Sampe kamu bela-belain beli apartemen di samping apartemennya Nisa." Seno mendelik kaget pada mamanya.
"Ah, mama sok tau," kilah Seno.
"Yang jelas mama sama papa seneng banget kamu akhirnya nikah sama cewek yang kamu cintai. Kalau dipikir-pikir saat mama melihat Nisa seperti melihat mama dulu. Mama yang dari masyarakat biasa harus menikah dengan papa kamu yang masih ada turunan keraton kesunanan. Mama stres banget harus melakukan berbagai upacara adat. Pasti Nisa juga sama tuh."
"Iya. Terima kasih ya ma, udah nerima Nisa di keluarga kita," ujar Seno tulus. Nurul mengangguk sambil tersenyum.
"Ya udah yuk siap-siap, akad nikah segera dimulai," sahut Nurul lalu keluar ruangan.
***
"Senopati Aryan Kusuma, saya nikahkan dan saya kawinkan kamu dengan anak kandung saya yang bernama Danisa Alia dengan mas kawin logam mulia seberat 100 gram, dibayar tunai," sahut ayah Nisa sambil menggenggam erat tangan Seno di atas meja ijab kobul.
"Saya terima nikah dan kawinnya Danisa Alia binti Dodi Heryawan dengan mas kawin yang tersebut, tunai." Seno berucap lantang dengan sekali tarikan nafas. Lalu saksi-saksi langsung berucap SAH ... SAH ... SAH ....
Tak lama kemudian setelah ijab kobul, mempelai wanita keluar.
Seno sempat menahan nafas beberapa detik dan menelan saliva, ketika pupil matanya menangkap sosok wanita yang sangat dicintainya keluar dan berjalan perlahan ke arahnya diapit oleh dua orang bridesmide.
Inilah pertemuan pertamanya dengan Nisa setelah beberapa hari ini mereka tidak diperkenankan bertemu.
Nisa menggunakan kebaya panjang klasik berwarna broken white berhias payet-payet keemasan bermotif bunga manggar dan bagian bawah berbalut kain motif batik Sidoasih prada.
Tata rias pengantin wanita Solo Putri, laksana putri raja dengan paes hitam pekat menghiasi dahi. Rias rambut dengan ukel besar laksana bokor mengkureh (bokor tengkurep), berhias ronce melati tibo dodo, diperindah perhiasan cundhuk sisir dan cundhuk mentul di bagian atas konde.
Semua mata menatap terkesima dengan kecantikan mempelai wanita.
"Sen, lo menang banyak. Istri lo cantik mampus," ucap Dean salah satu sahabat Seno yang diundang untuk menyaksikan prosesi akad nikah.
"Iya." Sandy menimpali.
Seno tersenyum pada Nisa setelah ia duduk di samping Seno.
Nisa membalas malu-malu. Setelah acara ijab kobul plus rentetan adat lainnya, seperti liron kembar mayang, gantal, nidak endog, sindur, kacar kucur, dulangan, sungkem dan masih banyak lagi, sekarang waktunya istirahat dan makan siang nanti langsung dilanjut dengan acara resepsi.
Undangan yang diundangpun enggak main-main banyaknya, dari masyarakat biasa, pejabat pemerintah, sahabat, sampai para klien.
WO yang mengatur pernikahan sudah memilah-milah waktu, kapan untuk tamu penting dan kapan untuk para sahabat. Agar semuanya bisa berbaur.
Untuk tamu penting waktunya pada siang sampai sore hari, sedangkan untuk teman dan sahabat pada malam hari (termasuk pembaca sekalian 😆)
***
"Nis, mulai sekarang manggil gue 'mas' ya?" sahut Seno ketika mereka sudah di kamar hotel.
"Mas Seno? Aduh, geli gue." Nisa tertawa. Seno juga ikut tertawa. Aneh banget rasanya. Mereka sahabatan sekian tahun, dan sekarang status mereka berubah menjadi suami istri.
"Iya ya, gue juga geli dengernya. Ya ... Seenggaknya lo manggil gue 'mas' kalau ada orang tua aja. Oke?"
"Oke. Tapi seiring berjalannya waktu gue pasti manggil elo 'mas' walaupun enggak di depan ortu kita."
Hening
Keduanya duduk diam di bibir tempat tidur yang sudah dihias sedemikian indahnya dengan bunga-bunga. Kikuk, deg-degan, bingung harus ngapain, capek juga seharian ini duduk di pelaminan menerima tamu.
Tapi_Seno menginginkan sesuatu, namun tidak tahu harus gimana memulainya.
"Bunganya bagus ya?" Seno basa-basi.
"Iya." Nisa mejawab singkat. Lalu diam lagi. Lama.
Mulai jengah dengan keadaan, Seno memberanikan diri mendekati Nisa.
Saat Seno sudah berada di dekatnya, jantung Nisa seketika berdebar hebat, kalau ada heart rate monitor, detak jantung Nisa mungkin sudah melebihi dari denyut normal.
"Nis, apa boleh?" Suara Seno seperti menggema di kepala Nisa.
Apakah malam ini Nisa akan kehilangan mahkotanya? Rasa takut seketika menyelubunginya bulat-bulat. Walaupun Seno adalah pria yang sangat ia cintai dan sekarang sudah jadi suaminya, tapi bagi perempuan melakukan hubungan suami istri untuk pertama kali pasti akan merasa takut.
Melihat Nisa gusar, Seno lantas bicara lagi.
"Tapi_kalau lo belum siap enggak apa-apa kok."
"Enggak, bukan gitu." Nisa cepat-cepat membantah takut suaminya kecewa.
"Aku siap," katanya sambil menatap lurus ke mata suaminya. Senyum Seno langsung merekah.
"Kita sholat isya dulu yuk," ajak Seno. Nisa mengangguk.
Lalu Nisa pergi duluan ke kamar mandi untuk wudhu dan buang air kecil.
Tapi baru beberapa saat Nisa masuk kamar mandi, ia keluar lagi menemui Seno memasang wajah sedih.
"Sen ... Gue dapet." Seno melongo tidak tahu apa yang dimaksud istrinya.
"Dapet apa?" tanya Seno polos.
"Dapet, Sen. Maksudnya gue mens."
Gubraaakkkkkkkkkkkkk
Seno langsung membenamkan wajahnya ke bantal.
"Tunggu seminggu lagi ya ...." sahut Nisa sambil senyum-senyum.
*TAMAT*
Tolong "Cintaku Ada Diantara Mega" utk episode 33 & 34 di unggah lagi. Trims.
BalasHapusEpisode 33 & 34 menjadi episode 17 Cintaku Ada Diantara Mega di sini https://cerita-sambung.blogspot.com/2021/10/cintaku-ada-diantara-mega-17.html, karena penayangan nya disini dipadatkan 2 episode sekaligus.
BalasHapus