Cerita Bersambung
(side a)
Sesa'at Galang terdiam, wajahnya muram.
"Kenapa Galang? Kamu nggak suka?"
"Kalau aku nggak suka apakah perintah itu bisa dibatalkan?"
"Galang, perintah dari pimpinan mana bisa dibatalkan? Dengar, kalau kita berhasil, posisimu bisa lebih bagus. Dan dengan demikian penghasilan kamu juga akan jauh lebih bagus."
Galang tidak berfikir tentang penghasilan. Yang dipikirkannya adalah isterinya.
"Sehari saja bukan?"
"Sampai tugas itu selesai, bisa dua tiga hari atau seminggu, bisa dua minggu atau lebih."
"Apa?"
"Galang, kamu masih baru disini, jangan banyak tingkah yang membuat kecewanya pimpinan kita. Aku sebenarnya juga segan, tapi karena bersama kamu, ya sudahlah, aku jadi lebih semangat." kata Widi seenaknya.
Galang tak menjawab. Godaan2 Widi tak pernah berhenti. Galang harus kuat. Tapi pergi menginap selama beberapa hari bersama Widi? Alangkah beratnya, dan beratnya lagi ia harus jauh dari isterinya. Isteri yang baru saja mengucapkan kata cinta. Kata2 yang selalu ditunggunya, dan malam nanti ia akan memberikan hadiah yang indah buat isterinya. Mudah2an mertuanya menginap di hotel kedua duanya. Galang tak tau bahwa bu Broto akan mengeloni Adhi semalaman dan itu berarti tak ada kesempatan untuk bermesraan dengan sang isteri.
"Galang, oke.. ini surat tugasnya, buat aku, dan buat kamu."
Galang tak mau mendengarnya. Galang juga diam ketika Widi meletakkan selembar surat dihadapannya.Ia yakin, kepergiannya bersama Galang pasti atas permintaan Widi. Tapi apa yang bisa dia lakukan?
"Oh ya, mau keluar makan siang?" Widi mendekati Galang lagi.
"Nggak.. nggak, isteriku selalu membawakan bekal untuk makan siang."
"Waduuh.. hari gini bawa bekal? Kayak anak TK saja," kata Widi sambil tersenyum mengejek. Galang melotot marah. Tapi Widi tak pernah surut walau melihat Galang marah kepadanya. Kadang2 terbersit keinginannya untuk berhenti saja, tapi apa nanti kata isterinya?
"Mas Galang.." tiba2 Raharjo masuk. Galang tersenyum ramah.
"Tumben kemari, mana Retno?"
"Kok selalu nanyain Retno, memangnya kemanapun aku harus sama Retno? Oh ya, mas Galang tertarik sama dia?"
Galang tertawa. Ia kan hanya menggoda.
"Iisss... nggak lah, aku kan punya isteri, nanti dibilang suami nggak setia dong."
"Oh ya, mbak Widi nggak pernah cerita tentang itu, aku kira masih bujang."
"Bujang lapuk."
Dan keduanya tertawa.
"Kamu cemmburu waktu aku nanyain Retno?"
"Nggak ah.. kami hanya berteman," jawab Raharjo yang di Solo dipanggil Teguh. Tiba2 teringat olehnya Putri, dimana dia sekarang? Bagai lenyap ditelan bumi. Ada rindu yang melintas, tapi segera ditepiskannya. Teguh sadar bahwa Putri bukan jodohnya. Dia bagaikan bumi, dan Putri adalah bintang. Perlahan cintanya menipis, walau terkadang masih ada sekeping tertinggal dihatinya. Kalau saja dia tau, bahwa yang sedang diajaknya bicara adalah suami Putri. Ya Tuhan, betapa akan terlukanya hatinya..
"Kok terus ngelamun Jo?"
"Oh.. eh.. iya mas.. nggak.. nggak kok. Oh ya, nggak makan siang masa/'"
"Kamu mau ajak aku makan siang? Dikantin?"
"Iya mas, lha dimana lagi."
"Ayuk, nggak sama Retno?"
"Dia sudah duluan, nanti pasti ketemu disana."
"Oh, sudah kencan rupanya?"
"Ah, mas Galang ini lho, aku ini orang miskin, mana mau Retno sama aku."
"Lho... kok gitu, memangnya cinta itu pakai memilih milih? Kamu tau nggak Jo, aku ini juga lelaki miskin, nggak punya apa2, bekerja disini juga baru saja. Dan isteriku itu, anak orang kaya raya. Tapi dia bersedia hidup miskin bersama aku, dan kami bahagia kok."
"Syukurlah mas, dulu aku pernah saling mencintai dengan seorang gadis, anak orang kaya mas, tapi aku dihina oleh keluarganya. Gadis itu disembunyikan entah dimana, dan hubungan kami terputus. Aku terima saja, Pungguk merindukan bulan, mana mungkin?"
"Kasihan kamu Jo, apa kamu masih mencintai dia?"
"Kadang teringat, cuma cinta itu sudah tipis mas, tinggal sekeping kecil, mungkin sebentar lagi akan hilang."
"Ya sudahlah, siapa tau kamu akan mendapat gantinya yang lebih cantik, lebih baik dan bisa menerima apapun keadaanmu. Ayuk makan."
Keduanya berdiri, tapi ponsel Galang tiba2 berdering. Dari Putri.
"Hallo sayang.."sapa Galang manis.
"Ihh.. mas Galang kok gitu.."
"Lho.. salah aku?"
"Nggak biasanya aja."
"Mulai sekarang akan begitu, ada apa?"
"Mas Galang sudah makan bekalnya?"
"Belum tuh, tapi nanti pasti aku makan, ini lagi mau nemenin makan Raharjo."
"Siapa tuh?"\
"Rekan kerja yang baru, mau kenalan? Nih ada orangnya."
"Eeh, nggak ah.. ngapain .. ya sudah sana, jangan sampai kekenyangan, nanti bekal yang aku bawain nggak kemakan lagi."
"Nggak, jangan khawatir. Bapak masih disitu?"
"Bapak sudah ke hotel, tapi ibu mau menginap disini semalam lagi, pengin ngelonin Adhi semalam penuh katanya."
"Waduhhh."
"Kok Waduh mas?"
Galang hanya tertawa, tawa yang pait karena membayangkan kegagalannya bermesraan dengan isteringa . Benar2 gagal karena ibu mertuanya masih disana. Dalam hati Galang berjanji, besok kalau sudah punya uang banyak, akan dibelinya sebuah rumah yang agak besar, yang ada dua atau tiga kamar didalamnya, sehingga kalau se waktu2 mertuanya datang dan ingin menginap....
"Maaas... masih disitu kah?"
"Oh, ya.. ya... baiklah, aku nemenin Jo dulu ya? Aku akan segera pulang."
"Ya mas.."
Ponsel ditutup dan keduanya berjalan kearah kantin. Kalau Widi melihatnya pasti kesal karena Galang tadi menolak diajak makan Widi dan sekarang bersedia ketika Raharjo mengajaknya. Tapi Galang tak perduli. Ia ingin membuat Widi jera mengganggunya.
"Mas besok mau berangkat ke Medan ya?"
"Kok kamu tau?"
"Iya, kan pak Haris tadinya menawarakan ke saya, tapi mbak Widi minta supaya mas Galang yang menemaninya."
"Waduh, bener2 tuh Widi."
"Memangnya kenapa mas?"
"Nggak, nggak apa2," jawab Galang sambil menahan kekesalan katinya.
***
Galang sudah sampai dirumah, tapi wajahnya muram. Kenyataan bahwa besok pagi ia harus berangkat ke Medan bersama Widi sangat membuatnya gusar. Sekarang ia tau bahwa ini kemauan Widi, karena seharusnya yang berangkat adalah Raharjo.
"Kok kelihatan capek mas? " sapa isterinya ketika Galang duduk santai disofa. Putri telah menghidangkan teh hangat sebagai penghilang dahaga. Galang sekarang merasa bahwa Putri memang mencintainya.Bukan hanya kata2nya di telepon siang tadi, tapi juga sikap dan perhatiannya, dan itu sungguh membuatnya bahagia.
"Ibu masih dikamar?" tanya Galang.
"Ibu nggak mau melepaskan Adhi, besok mau ditinggal pulang ke Solo sih."
Galang tersenyum.
"Syukurlah mertuaku sangat mencintai anakku."
"Iya mas, tapi mas belum menjawab pertanyaanku lho, kok kelihatan capek?"
"Lagi kesal aku."
"Lho, sama siapa?"
"Besok aku harus berangkat ke Medan."
"Lho...?"
"Tugas, aku berat meninggalkan kamu dan Adhi."
Putri duduk mendekati suaminya. Galang merengkuhnya, dan Putri menyandarkan kepalanya dibahunya yang bidang.
"Mengapa begitu tiba2?"
"Iya tuh. Pengin marah aku, tapi namanya tugas, bagaimana lagi. Aku kan orang baru, jadi kalau ada perintah menurut saja. Orang lamapun kalau disuruh atasan mana bisa membantah?"
"Iya sih mas."
"Kamu ikut yuk."
"Mas Galang itu bagaimana, kalau aku ikut, Adhi bagaimana?"
"Diajak lah,"
"Jangan ah mas, belum ada sebulan masa diajak pergi jauh2 begitu."
"Iya sih.."
"Jangan sedih mas, kan cuma ke Medan, itu nggak jauh. Berapa hari sih?"
"Belum tau, ya sampai tugas selesai pastinya."
"Mudah2an nggak lama ya.. "
"Kalau lama aku mau pulang saja."
"Lho.. kalau belum selesai?"
"Biar saja, habisnya kangen dong sama kamu."
"Mas Galang ah.. nanti kalau mas Galang kangen, Putri nyusul deh."
"Haaa... benarkah?"
Putri mengangguk.
"Nanti malam kamu tidur diluar ya?"
"Dimana?"
"Disini, sama aku.."
"Iih.. mana bisa tidur berdesakan begitu...sempit ah.."
"Biarin, kan biar leluasa ibu ngelonin Adhi.. "
Tiba2 ponsel Galang berdering. Galang melirik kearah ponsel itu, dari Widi. Galang membiarkannya.
"Mas, telephone tuh.. dari mbak Widi."
"Biarin saja."
"Mas kok gitu, barangkali penting lho mas."
Tapi Galang diam saja. Karena nggak enak, Putri mengangkatnya.
"Galang, aduh, lama sekali sih, lagi bermesraan sama isteri ya?" belum disama Widi sudah menyemprot, Putri membiarkannya.
"Kamu nggak usah membawa baju terlalu banyak, aku sudah menyiapkan semuanya." lanjut Widi. Putri terkejut. Widi sudah menyiapkan baju untuk suaminya? Tiba2 ada perasaan tak enak dihati Putri. Sejauh apakah hubungan Widi dan Galang?
"Galaaang."
"Saya Putri mbak."
==========
(side b)
Putri diam menunggu. Diseberang sana Widi sedang terkejut. Ia tak menyangka isteri Galang yang menerima telpone nya.Sesa'at ia tak bisa berkata kata begitu mendengar bahwa Putri lah yang menerimanya.
"Oh, ya ampun... ma'af Putri," akhirnya Widi mampu mengeluarkan suara.
Putri tak menjawab.
"Putri, ma'af, aku hanya memperingatkan Galang, dia suka sembrono, padahal besok mau bepergian jauh."
Putri tetap diam. Beribu pertanyaan berkecamuk dalam hatinya. Ada rasa ingin marah, kesal, ingin menangis juga. Cemburukah Putri? Ya pastilah, perempuan mana tak akan cemburu apabila suaminya mendapat perhatian dari perempuan lain.
Galang yang melihat sikap Putri tampak aneh segera mengambil ponselnya, tapi kemudian menutup pembicaraan itu.
"Putri, ada apa? Wajahmu kok tiba2 pucat?"
"Nggak apa2 mas," jawab Putri sambil berdiri. Tapi wajahnya sungguh tak enak untuk dipandang. Ketika Putri mau melangkah pergi, Galang memegang tangannya sehingga Putri terduduk kembali, nyaris duduk dipangkuannya. Galang merangkulnya.
"Ada apa?" tanya Galang sambil mencium kening isterinya.
Putri bangkit dan duduk menjauh dari suaminya.
"Mengapa sayang? Widi bilang apa?"
Putri mengusap setitik air mata yang membasahi pipinya.
"Lho, ada apa? Katakan ada apa Putri, Widi bilang apa? Dia itu kadang2 memang keterlaluan, itulah sebabnya aku segan mengangkatnya. Bilang apa dia?" tanya Galang sambil memegangi bahu isterinya. Keduanya berhadapan, sangat dekat, Tak tahan Galang menciumnya, melumat bibirnya yang tipis dan terus mendekapnya ketika Putri meronta. Akhirnya Putri pun mendimkannya. Ada perasaan nikmat yang merayapi hatinya, tapi ketika ingatan akan telepon itu kembali melintas, Putri segera mendorong suaminya.
"Putri, katakan ada apa?"
"Sejauh apa hubungan mas sama dia?" akhirnya Putri berucap, dengan wajah sengit. O.. itu sebuah kecemburuan. Galang tersenyum senang.
"Kamu cemburu? Hayo katakan, kamu cemburu kan?"
Putri merengut. Tapi wajah kusam itu sama sekali tak mengurangi kecantikannya. Galang heran, wajah itu baik tersenyum atau merengut, tatap saja menawan. Galang mengelus pipinya, tapi Putri menepiskannya.
"Sebenarnya Widi mengatakan apa? Jangan hiraukan dia, aku juga tak pernah menghiraukannya," hibur Galang.
"Dia akan mengurus semua keperluanmu, pakaian, dan semuanya. Dia akan mewakili isterimu," kata Putri pelan, dengan sedikit isak.
"Galang memeluknya. Kamu jangan mendengarkan apa yang dia katakan.. Dia memang begitu, sok perhatian, tapi aku tak pernah memperhatikannya. Kamu harus percaya padaku, Putri."
Putri terdiam.
"Tapi kalau memang kamu tidak suka, aku akan membatalkan kepergianku sama Widi."
Putri terkejut mendengarnya.
"Itu kan perintah atasanmu?" tanya Putri lirih.
"Biarkan saja, tak apa2 seandainya aku harus dipecat."
"Mas..."
"Lebih baik aku kehilangan pekerjaanku daripada kehilangan cinta isteriku."
Putri memandangi suaminya. Galang tampak bersungguh sungguh. Baginya isterinya tak ada bandingnya. Ia tak mau Putri mencurigainya. Lebih baik ia tak usah berangkat.
"Jangan mas, berangkatlah," akhirnya kata Putri.
"Nggak usah, aku juga sebenarnya segan. Harusnya Raharjo yang berangkat, tapi Widi meminta aku yang berangkat."
Putri memegangi tangan suaminya.
"Baiklah, aku percaya pada mas, besok harus berangkat."
"Apakah aku akan kehilangan cinta isteriku?"
"Tidak akan mas.." bisik Putri pelan. Galang memeluknya erat2. Pelukan itu dilepaskan ketika mendengar bu Broto berdehem.
"Oh, bude," kata Galang tersipu.
"Nggak apa2, bude hanya ingin bilang, Adhi menangis, kayaknya dia haus."
"Biar aku menyusukannya dulu bu, setelah itu mau menyiapkan pakaian mas Galang," kata Putri sambil melangkah ke kamar. Bu Broto mengikutinya.
"Memangnya Galang mau kemana?"
"Besok pagi dia mau bertugas ke Medan bu," jawab Putri sambil mengangkat anaknya yang sedang merengek rengek.
"Ke Medan?"
"Iya bu. Ayo sayang, minumlah, oo.. kamu haus ya ?"
"Jadi kamu nanti akan sendirian dong nduk."
"Nggak bu, kan ada simbok."
"Apa sebaiknya aku nggak usah pulang dulu besok, supaya bisa menemani kamu?"
"Jangan bu, nanti bapak marah. Kasihan juga kalau ibu kelaman ninggalin bapak."
"Kamu nggak apa2, ditinggal suamimu?"
"Kan cuma sebentar bu, paling cuma beberapa hari."
"Baiklah, kamu hati2 lho nduk, kalau ada apa2 tilpun ibu."
"Iya bu, jangan khawatir."
"Galang bilang nanti malam mau mengajak kamu dan Adhi ke hotel untuk menemui bapak."
"Iya bu, Putri mandi dulu, lagian mas Galang biar istirahat sebentar."
"Baiklah nduk."
***
Setelah malam harinya bertemu pak Broto, pagi harinya Galang mengantarkan mertuanya tersebut ke bandara, dengan pesawat paling pagi. Setelah itu ia harus berangkat ke kantor, sekalian juga berangkat untuk bertugas.
Sebelum berangkat sekali lagi Galang bertanya kepada isterinya, benarkah ia boleh bertugas hari itu?
"Putri, sungguh kalau kamu keberatan, aku akan membatalkannya. Resiko terberat akan aku terima, asalkan aku tidak kehilangan kepercayaan isteriku."
"Berangkatlah mas, aku percaya pada mas."
"Sungguh?"
"Sungguh mas, kalau kamu sampai tergoda, ingatlah selalu aku.."
"Dan anakku....Itu pasti, yang penting adalah kepercayaanmu."
"Aku percaya mas."
"Dan titip anakku, jaga dia baik2, kalau ada apa2 kabari aku. Aku akan menelpon setiap hari."
Putri mengangguk. Ia hanya mengantarkan suaminya sampai didepan rumah, karena Galang berangkat langsung dari kantor.
***
Galang sampai di kantor dengan wajah muram. Keramahan Widi ditanggapinya dengan nada dingin.
"Galang, kamu kenapa?"
"Widi, aku ingatkan kamu, ada batas diantara kita. Jangan sok perhatian sama aku, sampai2 isteriku merasakan hal yang membuatnya curiga."
"O.. isteri kamu cemburu? Baguslah, bukankah cemburu itu pertanda cinta?" Widi berucap seakan tak ada sesuatupun yang membuat Putri cemburu. Baguslah kalau cemburu, ini kan belum seberapa, siapa tau apa yang akan terjadi di Medan nanti. bisik batin Widi penuh harap.
Ia meletakkan sebuah tas besar diatas meja Galang.
"Apa ini?"
"Aku membawa baju2 yang semalam aku beli untuk kamu."
"Nggak usah, isteriku sudah menyiapkan semuanya."
"Hanya untuk jaga2 Galang, jangan menolaknya, ini baju2 bagus, harganya juga mahal, tak mungkin aku membelikan kamu baju sembarangan. Lihat, merk semua nih."
"Tidak dan tidak, bawa saja barang2 itu kembali, berikan kepada siapapun yang kamu mau, aku sudah membawa cukup dari isteriku."
"Galang.."
"Sikap kamu ini yang membuat isteriku sedikit marah. Ini bukan tugas kamu, tapi tugas isteriku. Lihat, aku sudah membawanya dan itu cukup."
"Dasar sombong !"
Galang pergi keluar ruangan. Di loby ia bertemu Raharjo.
"Hai mas, sudah siap berangkat?"
"Siap nggak siap Jo, ini tugas, katanya."
"Mas Galang mau mencari siapa?"
"Ini, mau nyari satpam, aku suruh membawa mobil aku pulang."
"Oh, nanti aku sampaikan mas."
"Oh iya, atau kalau kamu mau, bawa aja mobilku selama aku pergi Jo, dirumah juga nggak dipakai, isteriku nggak bisa nyetir mobil."
"Enggak mas, aku kan selalu bersama Retno, dia juga bawa mobil kok. Begini saja, aku bawa mobil mas Galang, nanti aku antar kerumah, biar Retno bersama aku, setelah mobil aku tinggal dirumah mas Galang, aku pulang sama Retno."
"Jadi kamu mau mengantarkan mobilku kerumah Jo?"
"Dengan senang hati mas."
Bersambung #15
Izin Penerbitan
PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN
Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
POSTING POPULER
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Setangkai Mawar Buat Ibu #01 - Aryo turun dari mobilnya, menyeberang jalan dengan tergesa-...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari * Dalam Bening Matamu #1- Adhitama sedang meneliti penawaran kerja sama dari sebuah perusa...
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Kembang Titipan #1- Timan menyibakkan kerumunan tamu-tamu yang datang dari Sarangan. Ada s...
-
Cerita Bersambung Oleh : Tien Kumalasari Sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang tak sampai dipelaminan, karena tidak direstui oleh ayah...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersen...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel