Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Senin, 06 September 2021

Kamila #1

Cerita bersambung
Karya : (un-known)

Kamila terdiam merenungi nasibnya, menyesali diri sendiri. Mengapa dia mau saja menuruti kemauan Eva -temannya-untuk datang ke acara pentas seni semalam. Kini, ia terbaring di ranjang rumah sakit karena trauma fisik dan psikis yang disebabkan oleh seseorang. Ya, pemuda yang mengambil paksa harta paling berharganya sebagai perempuan.
Semakin ia ingin melupakannya, wajah itu menjadi bayang paling menakutkan. Ia ingat pertama kali pemuda itu menyapa.

"Hai, cantik. Sendirian?" Pemuda yang baru turun panggung, menghampiri Kamila yang duduk agak jauh dari pentas.
"Enggak." Kamila menjawab singkat, ia risih jika berdekatan dengan lelaki asing, karena dibesarkan dalam lingkungan pondok pesantren.

"Boleh kenalan?" Pemuda itu menjulurkan tangan kanannya.
"Kamila," jawabnya dengan menolak berjabat tangan. Kamila pun membuang pandangan ke arah lain, untuk menghindari kegugupannya.
Kilat kemarahan di mata pemuda itu begitu mencolok. Pasalnya, ia tidak pernah diabaikan sebelum ini. Ia yang biasanya dipuja oleh perempuan karena penampilannya yang keren di panggung atau karena ia adalah anak dari seorang pemilik perusahaan retail besar di kota ini.
Eva pun datang, menyelamatkan keadaan.
"Va, aku mau pulang sekarang. Kata kamu cuma sebentar acaranya." Kamila mengingatkan.
"Hai, Shal! Kalian sudah kenalan?" Eva menyapa pemuda itu.
"Ok, Va. Gue ke sana dulu." Pemuda itu pergi ke arah belakang panggung.
"Va, kamu kenal dia?"
"Semua orang juga kenal dia, Mil. Dia kan sering masuk TV. Namanya Faishal."
HP Eva bergetar, dia mengernyit membaca pesan dari nomor tak dikenal.

==========

Handphone Eva bergetar. Dia mengernyit melihat pesan dari nomor tak dikenal.
"Mil, kita makan dulu, ya!" ajak Eva dan disetujui Kamila.
Eva memilih tempat makan yang terdekat dari lokasi acara. Eva memesan nasi goreng dan jus jeruk.
Kamila yang sudah bosan sejak tadi, menurut saja pada pesanan Eva, dia sudah tidak berselera. Yang dia inginkan adalah minum yang banyak. Begitu jus jeruk disajikan, dia langsung meminumnya.

Setelah minum, Kamila merasa pusing. Kemudian tak sadarkan diri. Kepalanya membentur meja.
[Shal, Mila udah gak sadar nih! Cepetan kesini!]
Tak lama, Faishal datang lalu membawa Karmila ke sebuah gudang di belakang panggung.
Kamila tersadar ketika ia telah diikat tangannya. Ia bingung dan ketakutan berada di ruangan gelap. Kemudian mencoba untuk melawan dan berteriak ketika seseorang menyentuhnya.
"Kamu ... apa yang akan kaulakukan?" tanya Kamila ketika ia melihat wajah itu. Saat pemantik rokok dinyalakan.
Lalu terjadilah apa yang terjadi.
Sirine terdengar meraung-raung. Lalu terdengar gaduh orang berlari dan berteriak.
"Polisi ... polisi!"
Polisi pun menyisir area pentas dan sekitarnya, karena mendapat laporan adanya pesta narkoba.
Faishal diamankan posisi karena tertangkap tangan sedangkan Kamila langsung dibawa ke rumah sakit oleh ambulance.
Sampai saat ini, Kamila masih di rumah sakit, menjalani perawatan. Ada beberapa bagian tubuhnya yang memar.
Sedangkan Faishal, masih di kantor polisi. Ia tersadar telah merusak seorang gadis perawan. Sebelumnya, dia tidak pernah berbuat seperti itu. Dia melakukannya dengan perempuan atas dasar suka sama suka.
Entah apa yang merasukinya, sejak dia melihat gadis itu dari atas panggung ketika bernyanyi. Dia merasa tertantang karena gadis itu tidak pernah memandangnya.
"Apa-apaan, kamu, Shal! Selalu bikin malu keluarga saja. Berita semalam sudah beredar di media!" geram Pak Arman kepada Faishal -anak pertamanya- di kantor polisi. Dia tak bisa menahan emosinya.
Faishal hanya diam.

==========

Faishal hanya diam, dia benci dengan ayahnya yang hanya mementingkan perusahaan. Sejak kecil ia merasa tidak diperhatikan. Apalagi sang ayah memilih wanita lain dan melepaskan ibunya.
"Shal, sadarkah kamu sudah merusak seorang gadis baik-baik?"
"Biarkan Isal di sini, menebus kesalahan."
"Penjara tidak akan menebus kesalahanmu. Sebelum kamu didera 100 kali, dosamu belum terampuni."
"Apa hukum dera ada di sini?"
"Segeralah tobat, Shal! Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab."
Faishal mengembuskan napas berat.
"Papa akan mengurus perkara ini secepatnya, sebelum berkas masuk ke kejaksaan dan papa akan menutup mulut media."
***

Kamila mendapati banyak kiriman bunga di bilik kamar rumah sakit.
"Dari siapa, semua bunga ini, Ma?" tanya Mila pada ibunya.
"Mama juga gak tau, tadi perawat yang bawa ke sini," jawab Bu Tari.
Pintu terbuka, Eva masuk setelah mengucap salam. Dengan wajah bersalah, ia ingin memeluk Kamila. Namun, Kamila menghindar.
"Mil, maafin aku. Akulah penyebab semua ini. Kalau saja aku tidak tertarik dengan tawaran Faishal ...."
"Stop. Jangan sebut nama itu lagi," ketus Mila tanpa mau melihat temannya itu.
"Aku ditawari untuk dikenalkan dengan gitaris band dia. Aku ngefans banget sama dia."
"Sudah cukup? Silahkan keluar!"
"Mil, kamu mau maafin aku, kan?"
"Aku maafin, tapi aku tidak akan berteman dengan pengkhianat," jawab Kamila tegas.
Eva pun keluar sambil menangis.
Tak lama kemudian, datang seorang bapak dengan membawa bunga.
"Kamila, saya memohon maaf atas semua yang terjadi."
"Anda siapa?" tanya Kamila bingung.
"Kenalkan, saya Arman, orang tua Faishal."
"Oh. Silahkan pergi dari sini. Apakah semua bunga ini dari Anda?"
"Ya, benar."
"Bawa semua keluar."
"Mila, kendalikan dirimu." Bu Tari mengingatkan anaknya.
"Saya yang tanggung semua biaya perawatan Kamila. Dan saya akan kirim hadiah untuknya." Pak Arman bicara kepada Bu Tari.
"Cukup. Silahkan Anda keluar."
***

Keesokan harinya, Kamila masih menatap kosong ke jendela.
"Kak, makan dulu, ya?" Cherika membujuk Kakaknya, "atau Chery beliin ketoprak, mau?"
"Nanti aja, Cher. Belum pengen makan sekarang." Padahal Dia belum makan sejak kemarin.
Kamila masih menatap jendela hingga tiga orang teman kuliahnya datang mengalihkan.
"Hai, Mil. Kangen kamu, ih." Herien langsung memeluk Kamila.
"Ayo cepet masuk kampus lagi, kita ngegaje bareng," kata Nisa.
"Mil, tau gak, pak dosen gebetan Nisa udah nikah," hibur Airy sambil mengejek Nisa.
"Yee, emang dia doang gebetan Nisa." Kamar pun menjadi ramai. Untungnya cuma Kamila pasien di kamar ini.
Kamila merasa terhibur dengan kehadiran teman-temannya. Sebagai mahasiswi semester tiga di sebuah fakultas kedokteran, tentu Kamila mempunyai cita-cita.
Ia bahkan telah menuliskan target-target untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan. Dan tentu saja, dia telah merencanakan untuk menikah dengan tunangannya, mas Rafif yang saat ini sedang kuliah di Kairo, Mesir.
***

Semalam, dia dan teman-temannya yang terjaring razia menjalani tes urine. Hasilnya negatif menggunakan narkoba. Ia hanya meneteskan bius cair ke minuman Kamila. Obat itu dia dapat dari temannya.
Faishal pulang ke rumah ayahnya. Biasanya dia tinggal di apartemen. Dia malas untuk bertemu ibu tirinya.
"Shal, kamu harus bertanggung jawab. Kamu harus menikahi gadis itu," desak pak Arman ketika mereka makan malam.
"Belum tentu juga dia mau," jawab Faishal.
"Kamu harus berusaha. Papa saja sudah mengirimkan mobil ke rumahnya, sebagai permohonan maaf."
"Ayo, Kak Isal pasti bisa!" Zain -adik Faishal- memberi semangat ala-ala fanboy yang membuat Faishal bergidik.

==========

Faishal memijit kepalanya yang tak sakit setelah ia membaca berkas yang diberikan ayahnya. Ternyata Kamila calon dokter dan juga alumni pesantren.
Sesak kian menyempitkan dada, ia melempar semua berkas itu dan berjalan menuju balkon.
"Ya, Alloh, aku telah merusak gadis baik-baik," sesalnya.
Seminggu sudah kejadian malam itu berlalu. Faishal berusaha mencari rumah Kamila. Dengan bantuan GPS, ia dapatkan yang dicari.
Rumah sederhana, di dalam perumahan kecil. Faishal melihat mobil putih baru di depan rumah itu, mungkin itu pemberian ayahnya. Ia keluar dari mobil kemudian membuka pagar besi setinggi pinggang.
Tidak biasanya dia merasa tegang ketika mau bertemu dengan perempuan. Ia cemas jika ditolak kedatangannya. Mungkin karena dosa yang dia perbuat.
Faishal mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tak lama, terdengar jawaban salam dan pintu dibuka oleh seorang gadis yang terlihat lebih muda dari Kamila.

"Kakak cari siapa?" tanya gadis itu.
"Apa benar, ini rumah Kamila?"
"Betul. Kakak ini siapa?"
"Saya, Faishal. Hmmm--" Dia mulai gugup.
"Oh, Faishal yang itu, ya?" Gadis itu mulai mengerti siapa dirinya.
"Aku Cherrika, adiknya kak Kamila. Panggil aja Cherry." Gadis itu malah memperkenalkan dirinya. Cherry keluar dan menutup pintunya.
"Kakak kamu, ada di dalam?"
"Kakak belum mau keluar kamar sejak pulang dari rumah sakit. Dia gak mau ketemu siapapun, kecuali keluarga inti aja."
"Ada hal penting yang harus saya sampaikan."
"Kayaknya Kak Mila belum siap kalau sekarang. Nanti saja Kak Faishal datang lagi, kalau kak Mila sudah mau keluar."
Setelah bertukar nomor telepon dengan Cherry, Faishal pulang. Dia berharap mendapatkan informasi perkembangan Kamila dari adiknya.
***

Kamila memandang rinai yang turun dari langit melalui jendela kamarnya. Namun, pikirannya melampaui apa yang ia lihat. Ia memikirkan, apa yang terjadi bila mas Rafif tau kondisinya saat ini.
Meski ia dan mas Rafif sudah bertunangan, akan tetapi mereka tetap saling menjaga. Tidak saling bertukar kabar, meski hanya telpon. Mereka hanya saling mendoakan di tiap sujud.
Kamila juga belum berani datang ke kampus. Ia masih takut untuk bertemu dengan orang lain. Dan yang paling dihindari adalah seseorang yang telah merusak mimpi-mimpinya.
***

Sudah satu bulan Faishal datang ke rumah Kamila. Setiap hari, jika tidak siang, ya malamnya dia sempatkan. Ia tidak turun dari mobilnya, melainkan hanya mengawasi dari kejauhan. Berharap Kamila keluar, dan ia akan menemuinya.
Namun selama itu pula, Faishal belum pernah melihatnya. Kamila tidak pernah menampakkan batang hidungnya.
Kali ini, Faishal datang pagi-pagi. Dia lihat jam di tangan kanannya, jarumnya menunjukkan angka tujuh.
Setengah jam kemudian, pintu terbuka. Keluarlah gadis dengan jilbab hitam besarnya. Dari kejauhan gadis itu terlihat pucat. Faishal yakin itu Kamila.
Faishal masih mengamati dari dalam Civic-nya. Kamila mengambil selang dan menyambungkan dengan keran di sisi kiri beranda rumahnya. Kemudian menyiram mawar merah serta rumput gajah di taman mini itu.
Faishal menggunakan setelan celana chino krem dipadukan dengan kemeja biru telur asin. Dia memberanikan diri keluar dari mobil dan menemui Kamila.
***

Kamila kaget ketika ada lelaki yang mengucap salam. Dia menengok sebentar, lalu fokus lagi memindahkan tanaman asoka dari pot ke tanah.
"Kamila, saya mohon maaf. Saya--"

Bersambung #2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER