Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Senin, 24 Januari 2022

Aku Disini Menunggumu #10

Cerita Bersambung

Mirna bergerak cepat, setelah mendapat lampu hijau dari Aerin untuk mengenalkannya kepada pria yang ia recommended, ia mulai mengatur acara ketemuan. Dan Aerin cukup kaget ketika mendapat telepon bahwa blind date pertamanya adalah malam ini, hanya selang sehari setelah ia bertemu Tante Mirna.

Aerin mencoba untuk protes, tapi apa daya Tante Mirna bilang bahwa dia akan sangat malu bila Aerin membatalkan secara sepihak. Aerin yang merasa sudah terlalu banyak membuat Tante Mirna terbebani olehnya, akhirnya pasrah.

Dan, disinilah Aerin berada malam ini. Melangkah masuk ke Hause Rooftop Kitchen & Bar.

"Selamat malam," sapa waiter ramah.
Aerin yang memakai printed silk dress selutut berwarna biru tampak wah banget.

"Selamat malam. Aku ada janji ketemu dengan Arland Romeo," terang Aerin sambil membaca nama yang tertulis dengan pulpen pada telapak tangannya.
"Mari saya antar, Pak Arland sudah tiba."

Aerin mengikuti sang waiter melewati beberapa meja. Hause Rooftop berada di Lt 6 dengan pemandangan malam yang sangat indah. Ini kali pertama ia kesini.
Seorang pria berwajah putih dengan rambut klimis tersenyum kearahnya. Aerin membalas tersenyum.

"Hi, aku Aerin" sapa Aerin mengulurkan tangannya setelah waiter meninggalkan mereka.

Arlan bangkit dari duduknya dan menyambut uluran tangan gadis yang telah membuat pria-pria yang duduk di sekitar mereka, mencuri-curi pandang.

"Arlan" Arlan menarik kursi buat Aerin.
"Terimakasih," ucap Aerin sambil melihat ke sekeliling dan pandangannya terhenti pada meja panjang di depannya, pada sebuah sosok yang juga sedang menatapnya bersama dengan orang-orang di sekeliling sosok tersebut.

Aerin tertegun sesaat, tidak tau harus tersenyum, tertawa atau melambaikan tangan. Akhirnya ia hanya mengalihkan tatapan ke Arlan. Ia tau sosok itu masih terus menatapnya.

"Tante Mirna cerita banyak tentang kamu."

Arlan membuka pembicaraan setelah ia tau Aerin memperhatikan sekeliling mereka.

"Semoga yang diceritakan yang baik-baik saja. Dimana Mas Arlan kenal tanteku?"
"Om Nando dan papaku teman semasa kuliah. Aku sudah lama tau kamu."
Aerin tersenyum. "Oh ya? Kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Beberapa kali di rumah Tante Mirna." Arlan tersenyum.

Tentu saja Aerin tidak mengingatnya. Beberapa kali ia melihat Aerin di acara rumah Tante Mirna. Aerin tipe yang memandang lurus saja ke depan searah langkahnya, tanpa melirik kesana-sini apalagi berbasa-basi. Dia hanya menyapa orang-orang yang dikenalnya saja.

"Sorry, aku tipe yang tidak suka keramaian. Kalau aku datang ke pesta, itu karena rasa sungkan saja."

Arlan tertawa, Aerin yang sedang menikmati crispy duck con, makan dengan lahap.
***

Arya yang duduk bersama teman-temannya dengan posisinya pas berhadapan dengan Aerin, melirik sesekali. Arya masih ingat betul saat tadi siang Aerin bilang kalau ia tidak nyaman makan dengan orang asing. Hm... apa maksudnya? Kenapa sekarang ia melihat Aerin makan dengan sangat lahap bersama orang asing?
Arya bisa membaca gerak bibir Aerin saat pertama kali mengucapkan namanya, memperkenalkan diri kepada pria itu. Jelas sekali kalau keduanya baru saling mengenal.

"Itu namanya Aerin," ucap Sandy salah satu teman Arya.
"Arya pasti kenal, bos FF Group," sambung Victor, membuat yang lain tersadar kalau Arya adalah bosnya Aerin.

Arya tertawa geli.

"Kenapa? Kalian termasuk yang kirim bunga minggu lalu?" Goda Arya, teman-temannya saling melihat lalu tertawa.

Aerin yang asyik mengobrol mendengar tawa dari seberang. Ia tidak melihat kesana karena ia merasa mereka sedang memperhatikannya.

"Gue udah kirim bunga yang ke 4 kali. Lu berapa kali?" Iman bertanya ke yang lain. Mereka tertawa lagi.
"Dan sia-sia saja kan? Dia itu bukan tipe yang suka beredar dimana-dimana. Eksklusif dan sangat tertutup."

Arya tersenyum melihat ekspresi Baldi saat mengucapkan itu.

"Eh, gimana Aerin di kantor?" Tanya Sandy penasaran.

Arya berpikir sebentar sambil ngelirik Aerin yang sedang menghabiskan minuman jusnya. Piring makannya juga terlihat bersih. Benar-benar menikmati makan malamnya bersama orang asing.

"Eksklusif dan sangat tertutup."

Arya mengulang ucapan Baldi, lalu tertawa, membuat yang lain melotot kepadanya karena mereka tau Arya tak serius menjawab.
Blind Dates pertama berjalan cukup sukses, setidaknya Aerin bersedia bertukar nomor hp, sesuatu yang jarang dilakukannya saat pertama sekali bertemu dengan pria yang baru dikenal. Arlan cukup asyik buat temen ngobrol, soal ketertarikan hati... itu masih butuh waktu.

==========

"Mbak Ririn...!"

Terdengar teriakan dari arah meja resepsionis. Aerin yang hampir masuk ke lift, mengurungkan niatnya.
Wiwid melambaikan buket bunga dengan wajah menggoda.

Aerin menuju ke meja resepsionis. "For me?"
"Ya...iyalah, siapa lagi staf Global yang dapat kiriman buket selain Mbak Ririn?" Goda Wiwid sambil tertawa.

Aerin melihat ke buket Anggrek Bulan berwarna ungu yang disodorkan Wiwid, dan membuka kartu yang terselip.

'Thank you for having dinner with me, Arlan.'

Wiwid memperhatikan Aerin yang tersenyum. Hm... kali ini sepertinya Aerin mengenal sang pengirim buket. Tidak ada ekspresi bingung seperti kemarin-kemarin saat dia membaca kartu yang terselip di buket.

"Makasih, let's have free lunch together. Call me, okay?"

Wiwid mengangguk sambil membalas lambaian tangan Aerin yang buru-buru melangkah ke lift VIP.
Aerin sudah masuk ke lift, pintu lift hampir tertutup ketika sebuah tangan menahannya. Aerin yang sedang memperhatikan indahnya warna Anggrek Bulan ungu di tangannya, melihat ke sosok yang baru masuk ke lift.
Keduanya saling menatap sebelum pandangan Arya beralih ke buket di tangan Aerin, lalu kembali menatap Aerin yang melihat kearah lain.

"Good morning," sapa Arya dengan wajah tersenyum.

Aerin melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangannya. Dia sedang menenangkan dadanya yang berdebar kencang.

"Morning, Pak Bos," jawabnya pelan.
"How was your dinner?"

Aerin tau Arya menyindirnya karena semalam ia tidak menegur Arya. Aerin tersenyum lebar menampakkan gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Perfect! And I got this bouquet from my date last night," jawab Aerin dengan senyum menggoda, menatap Arya. Mencari sedikit saja ekspresi cemburu di wajah Arya, tapi ia tidak menemukannya. Ekspresi Arya sangat wajar.

"See you, Pak Arya," sambung Aerin begitu pintu lift terbuka di lantai 14. Arya mengangguk dan menatap Aerin sampai dengan pintu lift tertutup.
***

"Rin, training schedule nya sudah ada?" Tanya Andy yang kebetulan memang akan menemui Aerin.

Aerin yang berdiri mematung di luar pintu, tampak kaget.

"Kenapa? Ini masih jam 9 pagi, don't daydream."

Aerin yang memakai kemeja kotak-kotak putih, tertawa.

"Sepertinya aku memang akan sering melamun, mas."

Andy mendelik dan ikutan tertawa.

"Schedule sudah oke, tunggu aku print."

Keduanya masuk ke ruangan IT yang sangat hening saat itu. Computer check up sedang berlangsung. Aerin memberi isyarat Andy untuk menunggu di balkon biar tidak mengganggu konsentrasi pasukannya.
Andy melihat sekilas jadwal untuk area Sulawesi yang akan berlangsung akhir bulan ini selama 3 hari.

"Good. Submit ke HRD dan finance hari ini."
"Sip, mas."
"So semua training akan complete segera?"
Aerin mengangguk. "Iya mas, sesuai yang kita susun dulu. Bulan depan aku bisa fokus ke hal-hal kecil sebelum aku pergi," ucap Aerin dengan sangat yakin.

Andy tau kalau Aerin sudah memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa membujuknya. Dan, masa yang tercantum di kontrak kerja Aerin akan segera tiba.
Andy menatap Aerin yang memandangnya dengan wajah tersenyum, tanpa beban. Tentu saja, dengan kapasitas Aerin sebagai hacker... Global yang memerlukan Aerin, bukan sebaliknya. Global sudah sangat beruntung bisa mendapat IT expert sekelas Aerin dengan gaji standard IT expert biasa.
***

Salah satu perubahan drastis dan membuat semua orang happy setelah hampir 2 minggu Arya ngantor di Global adalah kenaikan gaji yang dikompensasikan ke penyediaan makan siang gratis dan makan malam gratis bagi yang lembur dan yang bekerja di shift malam.

Cafetaria Global yang sebelumnya menjual menu makanan ala kadarnya sekarang sudah punya staf khusus cafeteria dengan seorang chef yang siap menghidangkan masakan bergizi kepada mereka. Dan ruangan cafeteria juga disulap menjadi sangat nyaman buat istirahat siang.

Wiwid dan Vita sudah menunggu Aerin di meja sudut dekat kolam ikan mini, suara gemericik air sungguh sangat membuat nyaman.

"Itu dia..." ucap Wiwid yang melihat Aerin baru masuk ke cafetaria dan sedang melihat ke sekeliling. Keduanya melambaikan tangan.

Aerin tersenyum sambil memberi kode untuk menunggu. Dia segera menuju ke etalase menu makan siang dan memilih menu yang disukainya. Dari penampakannya, sepertinya enak sekali. Ini kali pertama Aerin makan gratis di cafeteria setelah program free meals berjalan 4 hari.
Ketiganya ngobrol asyik sambil menikmati makan siang, sampai sebuah sosok muncul dan duduk di meja di depan mereka.

Aerin menatap sekilas ke Arya yang tersenyum ke arah mereka. Begitu banyak meja kosong, kenapa harus di meja di depan mereka?
Kejadiannya persis seperti kemarin malam dengan posisi Arya yang berhadapan dengannya. Tak lama ada sosok lain yang mendekati meja Arya, Pak Bass Direktur Bank Global, salah satu anak perusahaan FF Group.
***

Arya dan Pak Bass tampak serius ngobrol sambil makan.

"Rin, kesini sebentar."

Pak Bass yang dari tadi sudah melihat Aerin yang duduk di meja belakangnya, berpaling ke belakang. Aerin tersenyum, ia tau Pak Bass pasti tidak akan melewatkan waktu untuk menyapanya bila ke Global.

"Sebentar ya," ucap Aerin sambil bangkit, permisi ke Vita dan Wiwid.
"Apa kabar, Pak?" Sapanya.

Pak Bass pindah ke kursi sebelahnya dan memberi Aerin isyarat untuk duduk di kursi depan Arya.

"Baik. Kamu sehat?"

Aerin mengangguk. Arya hanya diam memperhatikan keakraban keduanya.

"Kemarin semua komputer di kantor sempat blank selama 1 menit, tadi pagi kejadian yang sama juga. Menurut kamu itu kenapa?"
"Mas Ben bilang apa pak?" Ben adalah IT expert Bank Global.
"Gangguan jaringan."
"Impossible, gak ada hubungan dengan gangguan jaringan. Minta Mas Ben cek secara detail Pak, ada kemungkinan ada yang mencoba ngehack."

Penjelasan Aerin membuat Pak Bass berkeringat dingin.

"Can you help?" Tanya Arya yang ikutan khawatir.
"No need my help. IT expert Pak Bass punya kapasitas untuk itu. Ntar bapak info aja perkembangannya ke aku atau minta Mas Ben diskusi dengan aku. I don't want to cross the line," jawab Aerin tegas.

Pak Bass tersenyum sangat paham.

"Oke, boss," canda Pak Bass yang membuat Aerin tertawa.
"Aku balik ke meja sebelah. Enjoy your lunch Pak," ucap Aerin sambil bangkit dan menuju ke Vita dan Wiwid.
***

"Arya, kamu sudah punya pacar atau calon istri?" Tanya Pak Bass begitu Aerin meninggalkan mereka. Arya tertawa.
"Kenapa, om?"
"Sudah saatnya kan? Umur sudah 34 tahun, tunggu apalagi? Jangan kayak om, keasyikan melajang...baru sadar buat menikah di usia 45 tahun."
"Aku lagi menunggu seseorang. Tepatnya, lagi mencari seseorang," jawab Arya dengan pandangan ke depan.

Aerin sedang menerima telepon disana.

"Karena itu kamu kembali ke Jakarta?" Arya mengangguk.
"Dia seperti menghilang, teman-temanku yang dulu mengenalnya juga tidak punya kabar tentang dia. Aku juga sudah minta bantu temanku yang bisa melacak... tapi gak ketemu juga. Entah apa yang salah, mungkin dataku yang tidak lengkap."

Pak Bass menatap keponakannya itu yang tampak memendam banyak rasa.

"Tidak bisa gadis lain kah?" Tanyanya dengan senyum menggoda. Arya tertawa kecil.
"Bisa om, tapi ntar...tunggu aku ketemu dia dulu. Aku tidak mau ada penyesalan. Aku yakin aku pasti akan ketemu dia, dan aku tau dia pasti tau kalau aku sudah kembali. Dia tipe yang pantang menyerah."
"Semoga kamu segera ketemu dia... tapi kalau pun tidak, kamu bisa mempertimbangkan seseorang yang om recommended."

Arya tertawa lagi. Om Bass, sepupu papanya...selalu suka bercanda.

"I'm serious. Ririn."
Arya mendelik dan secara reflek menatap ke depan. "Aerin?"

Pak Bass mengangguk.
Aerin yang hari ini memakai rok pendek hitam dengan stocking hitam, sedang bangkit dan menuju ke dekat kolam, dia masih menelpon dengan ekspresi serius.

"She is perfect. Pintar, baik hati dan tulus, anaknya lurus, tidak macam-macam. Tapi dia sangat tertutup soal privasinya. Sudah banyak pria yang meminta bantuan om untuk dikenalkan kepada Ririn, tapi dia menolak."
"Iya, dia sosok yang bisa membuat pria meleleh di pandangan pertama, jatuh cinta di pertemuan kedua," ucap Arya yang kemudian tertawa bersama Pak Bass.

Ada yang Arya tidak sebutkan bahwa Aerin terlihat tak nyaman bersamanya. Aerin jarang sekali menatapnya, tapi bila berbicara dengan pria lain... Aerin akan menatap tajam seperti ingin membaca isi kepala lawan bicaranya.

Bersambung #11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER