Cerita Bersambung
Pukul 9 kurang 10 menit, Aerin naik ke lantai atas. Vita sudah menunggunya disana.
"Wow, I love your hair color."
Pujian tentang warna rambut barunya sepertinya akan jadi hot topic hari ini. Aerin tertawa. Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku blazernya.
"Hadiah dari yang ulang tahun buat yang tidak berulangtahun. Mana kado buat aku?" Tagih Aerin dengan wajah sengaja dibuat sebel.
"Pasti ada dong sayang, wait..."
Vita bangkit menuju ke bagian belakang ruangannya. Tak beberapa lama, muncul dengan membawa sebuah kotak kue bening yang di dalamnya ada Cheese Cake berbentuk hati.
Aerin tertawa senang.
"Fresh from my kitchen, harus dihabisin...tidak boleh dibagi ke anak IT."
Vita tau banget, Aerin pasti akan berbagi apapun makanan yang di dapatnya dengan anak IT.
"Oh, I love it. Thanks so much, Mbak."
"So, aku buka yang ini ya..."
Vita membuka kotak berbungkus kertas kado berwarna emas. Matanya terbelalak saat melihat tulisan di box kecil di dalamnya TIFFANY & Co.
"Ririn, ini mahal banget." Aerin tersenyum.
"Take it easy, mbak. Hadiahin ini for my sis, gak akan bikin aku miskin," canda Aerin yang membuat Vita senyum-senyum senang.
"Oh, my God. Oh..."
Dan isi kotaknya adalah sepasang anting berbentuk teardrop. Vita sampai menutup mulutnya, menahan biar ia tidak menjerit
"Suka?"
"Makasih banyak. Bahkan suamiku belum pernah kasih hadiah semahal ini."
Aerin tertawa geli. Vita yang memang suka memakai anting, langsung mencopot anting yang sebelumnya dipakainya, dan mengganti dengan anting hadiah dari Aerin.
"Cantik banget, mbak," puji Aerin senang.
"Makasih. Happy birthday, my little sister. Semoga selalu bahagia, selalu punya hati yang baik, sehat wal afiat dan segera bertemu Mr Right...."
Pukul 09.00 pas.
"Can I come in?" Tanya Aerin, ia memang sangat strict dengan waktu. Apalagi hari ini adalah hari pertamanya bekerja setelah cuti.
"Wait, tamu Pak Arya belum keluar," ucap Vita yang ragu untuk menelpon Arya, mengingatkan meetingnya dengan Aerin. Tamu Arya sudah hampir 1 jam belum keluar-keluar.
"I don't have free time today, mbak. Let's reschedule the meeting for tomorrow," saran Aerin yang memberi solusi.
Pukul 10 tepat ia harus memulai computer check up bersama stafnya dan itu mungkin akan berakhir sampai malam. Ada 250 lebih staf di kantor pusat Global dan 85% diantaranya memakai komputer kantor yang secara regular mereka cek.
"Wait ya." Dengan ragu Vita menekan beberapa nomor. Hubungan tersambung.
"Pak Arya, ada meeting deng..."
Vita menghentikan bicaranya. Di seberang yang menjawab bukan suara Arya. Aerin memperhatikan perubahan ekspresi wajahnya.
"Sip, oke."
"Batal?"
"Pak Arya masih ada meeting via video call. Can you wait?" Aerin menarik napas panjang.
"Berapa lama?"
"Aku juga tidak pasti."
Pria yang sudah 19 tahun ditunggunya, sudah ada di dalam ruangan yang hanya berjarak sekitar 6 meter dari posisinya berada, tapi masih ada kendala untuk bertemu. Itu membuat Aerin menertawakan dirinya sendiri.
Aerin menekan sejumlah nomor di hpnya, menelpon.
"Rio, tolong bawakan laptop ku ke tempat Mbak Vita ya."
Vita tersenyum lega, Aerin mau menunggu. Tak beberapa lama Mario datang dengan membawa laptop Aerin.
Aerin memanfaatkan waktu kosong dengan melakukan video call ke beberapa kantor cabang. Sampai dengan ia selesai, waktu sudah menunjukkan pukul 09.30.
***
Suara pintu ruangan Arya yang terbuka, membuat Aerin dan Vita serentak melihat ke sana. Sebuah sosok yang berjalan lenggak lenggok seperti di atas catwalk. Aerin mengenali sosok itu, Indah Clarissa...cinta pertama Arya.
Jadi meeting yang harus dia tunggu adalah meeting dengan cinta pertama Arya? Indah yang menyadari ada sosok lain selain sekretaris Arya, menatap Aerin dengan pandangan penasaran. Aerin tidak perduli, dari mata penuh selidik Indah, ia tau Indah tidak bisa mengenalinya.
Vita menyapa Indah, Aerin tetap tidak bergeming. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Ada rasa sedih mendalam yang menyusup secara perlahan ke setiap denyut nadinya.
Ironi sekali, saat ia belum lagi bisa bertemu Arya...ia malah bertemu Indah, sosok yang dulu membuat ia cemburu berat. Ternyata hubungan Arya dan Indah masih berlanjut walaupun Indah dulu menolak cinta Arya. Apakah Indah gadis yang membuat Arya kembali?
Indah melangkah tak tenang menuju lift. Sudah lumayan sering ia mengunjungi Arya, baru kali ini ia bertemu sosok cantik nan stylist itu yang bersikap acuh kepadanya.
Selama ini, semua staf Arya yang ia temui selalu menyapanya dengan ramah walaupun ia tidak sepenuh hati membalas sapaan mereka. Arya memang ada bilang punya janji meeting dengan IT expert nya...apakah gadis tadi adalah orang yang dimaksudnya? Indah tiba-tiba saja merasa sangat tidak nyaman.
"Coba tanya mbak, apa aku bisa masuk sekarang?" Vita menangkap kesedihan dalam suara Aerin. Ekspresi Aerin juga penuh misteri.
Vita menelpon Arya.
"Pak Arya, Aerin sudah menunggu disini. Baik, Pak."
Vita menutup telpon dan memberi insyarat kepada Aerin untuk masuk.
Langkah Aerin tampak lemah, menuju ke ruangan Arya. Aerin berdiri mematung di depan pintu kamar Arya. Butuh waktu untuk menenangkan diri sebelum tangannya yang berkeringat dingin, punya kekuatan untuk mengetuk pintu.
Vita memperhatikan dari meja kerjanya. Ia sangat tidak mengerti apa yang terjadi. Aerin berubah total saat melihat Indah keluar dari kamar Arya tadi.
"Come in."
Terdengar suara ngebass dari dalam. Suaranya masih seperti suara Arya yang dulu. Suara sexy yang selalu dirindukannya.
Aerin menarik napas panjang, sebelum memutar handle pintu dan otomatis matanya langsung tertuju ke meja kerja CEO, tapi tidak ada seorang pun disana.
Apalagi ini? Aerin berdiri mematung sambil menenangkan debaran jantungnya yang berdetak kencang. Ia bermaksud menelpon Vita untuk bertanya, tapi....
==========
"Good morning, please sit..."
Sapaan dari samping kirinya membuat Aerin kaget dan otomatis melihat ke samping.
Disana berdiri seorang cowok atletis, berambut agak gondrong, berkulit coklat. Dia... jauh sekali dari sosok Arya yang dibayangkannya.
Arya tersenyum, mereka sama-sama kaget melihat sosok masing-masing, tapi ia bisa menyembunyikan kekagetannya sedangkan Aerin tidak bisa.
Wajah gadis cantik itu masih tetap bengong saat ia melangkah ke meja kerjanya. Pasti karena dia ingat kalau mereka pernah bertemu.
"Aerin Alessandra?" tanya Arya begitu Aerin duduk di depannya.
"Iya, aku IT Expert," jawab Aerin setelah bisa mengatasi rasa kagetnya dan berusaha untuk tidak terus memandang Arya.
"Kita pernah berjumpa sebelumnya kan?"
Sosok didepannya tampak berpikir, lalu menggeleng.
"Sorry, aku punya kelemahan mengingat wajah orang yang baru sekali dua kali bertemu. Kita bertemu dimana ya?" Aerin balas bertanya.
Arya yang pede karena berpikir Aerin mengingatnya jadi tersenyum sendiri. Lantas, kenapa Aerin sangat kaget melihat sosoknya tadi?
"Oh, di pesta ulang tahun mamanya temanku, sekitar seminggu yang lalu. Kamu menyendiri di teras belakang dan sepertinya sedang menangis. Aku menyapa kamu dan bertanya nama kamu, tapi kamu hanya merespon dengan melambaikan tangan dan langsung pergi," terang Arya sedetail mungkin. Susah untuk percaya ada gadis yang bisa melupakan wajahnya.
Aerin menatap Arya dengan mata yang sebenarnya sudah berkaca-kaca. See...sebenarnya ia telah dipertemukan dengan Arya di pesta Tante Rossa tanpa ia sadari.
Arya benar, itu memang reaksi khasnya terhadap pria yang baru berjumpa dan langsung menanyakan namanya. Aerin pada akhirnya bisa tersenyum dan menguasai dirinya.
"Ya.. aku ingat. Thanks sudah bertanya keadaanku saat itu. Sorry."
Aerin melirik jam tangannya. Pukul 09.50.
"Pak Arya, let's reschedule our meeting, I don't have free time now. Pukul 10 aku ada jadwal computer check up dan mungkin akan selesai sampai malam. So, see you next time and it's my pleasure to meet you," ucap Aerin dengan mata tajam menatap Arya.
Arya bener-bener tidak mengenalinya.
"Hai, kita bahkan belum bicara kerjaan," protes Arya setelah melihat Aerin bangkit dari kursi dan berbalik berjalan menuju pintu.
Aerin menghentikan langkahnya.
"Aku sudah menunggu diluar sejak pukul 9 tepat. You wasted my precious time," balas Aerin tanpa berpaling.
"Sorry, tapi tadi ada pembicaraan yang sangat urgent."
Arya membela diri, ia juga tidak tau kenapa harus memberi penjelasan.
"Your business is not my concern. Yang menjadi concernku adalah kerjaanku. Dan sekarang aku harus keluar dari ruangan ini karena staf IT sudah menunggu. That is it, bye." Tetap tanpa berpaling.
Suasana menjadi agak tegang dengan sikap Aerin yang tiba-tiba berubah. Arya menarik napas berat. Disaat semua orang menghormatinya, yang ini malah sama sekali tidak perduli dengan hubungan yang seharusnya antara atasan dan bawahan.
"Stop!" teriak Arya yang mulai terganggu dengan sikap Aerin.
Kali ini gadis itu berbalik dan menatapnya dengan pandangan sebel dan Arya merasa sangat mengenal pandangan sebel itu.
"Kalau bos belum suruh kamu keluar, kamu tidak boleh keluar. Come back here and sit!" Perintah Arya dengan suara tegas sambil menunjuk kursi di depannya untuk Aerin duduk.
Aerin bengong dan menatap Arya yang menekan tombol speaker PABX.
"Vita, please info ke IT staff. Computer check hari ini, batal. Aerin will have a full day meeting with CEO. So, please cancel all my schedule for today. Dan tolong suruh seseorang bawa laptop Aerin ke ruangan saya. Thanks," ucap Arya dengan tatapan penuh kemenangan.
Vita yang mendengar nada suara Arya, bisa merasakan ada yang tidak beres terjadi di dalam.
"You can't do that!" protes Aerin dengan suara keras.
"Yes, I can. I am the CEO!"
Aerin terdiam. Tentu saja, CEO punya hak melakukan itu. Aerin seolah tersadar, apakah reaksinya terhadap meeting yang tertunda, agak berlebihan? Sehingga membuat Arya malah mempersulitnya. Meeting yang seharusnya hanya 1 jam sekarang akan menjadi full day meeting.
***
Mbak Vita muncul membawa laptopnya. Arya melihat Vita yang sangat seksama memperhatikan Aerin. Aerin hanya tersenyum kecil dengan wajah masih agak sebel.
"Kamu mau minum apa dan mau makan apa buat lunch?"
Aerin udah bisa membayangkan sepanjang apa meeting yang harus dilaluinya. Masih jam 10 Arya sudah mempersiapkan lunch buatnya.
Vita tertawa kecil melihat wajah Aerin yang tampak menahan diri untuk tidak meledak.
"Aku siapin jus jeruk sekarang ya? Dan spaghetti plus ice lemon tea buat lunch."
Tentu saja Vita sangat tau apa yang disukai Aerin.
"Pak Arya mau apa?"
"Black coffee, nasi for lunch. Saya mau yang berkuah dan hangat. Soup, soto, whatever."
"Baik Pak. Saya balik ke depan. Aerin, cheers up!" Goda Vita sambil mengerdip-ngerdipkan matanya.
Aerin tak bereaksi. Mbak Vita sungguh terlalu, dia menikmati kesengsaraannya. Arya menyembunyikan senyumnya melihat wajah Aerin.
***
"Can we start?"
Aerin tidak menjawab. Ia mulai menghubungkan kabel projector ke laptopnya. Arya melihat ke pancaran sinar projector. Aerin mengetik cepat dan dalam sekejap muncul skema database Global.
"Ini salah satu kerjaan rutinku setiap harinya. Memeriksa software yang kita pakai, mencari celah kelemahannya dan mengupgrade sistemnya. Semua software ini tergabung dalam 1 database yang mempunyai 10 level pertahanan untuk menghindari hacking"
Aerin mencoba menjelaskan dengan bahasa sesederhana mungkin.
"Kenapa hanya 10, tidak lebih?"
"10 level sudah lebih dari cukup karena yang bikin sistemnya itu... an international certified hacker."
Aerin menatap Arya, menanti reaksinya. Arya yang juga menatapnya, speechless.
"Perlu hacker dengan level yang sama untuk bisa menembus database Global, itupun belum tentu bisa tembus. Kalaupun bisa, butuh waktu berhari-hari untuk bisa naik ke level 2. Dan saat si pengganggu mencapai level 2, otomatis komputernya... BOOM! Meledak dengan sendirinya karena overload virus."
Arya mendelik. "Wow....really?"
Aerin mengangguk.
"Gimana dengan kantor cabang?"
"Keamanan kantor cabang tergantung pada keamanan database kantor pusat. So selama kantor pusat tidak ada gangguan, kantor cabang juga akan aman."
Arya mengangguk puas.
***
Saat Vita membawa jus jeruk dan black coffee, keduanya terlihat sangat serius. Kehadirannya tidak membuat keduanya berpaling.
Begitu juga saat Vita kembali membawa makan siang dan menaruhnya diatas meja makan mini. Aerin tampak asyik memainkan spidol di atas whiteboard, Arya menjadi pendengar yang aktif mengajukan pertanyaan. Sikap Aerin juga sudah kembali seperti Aerin yang biasanya, tidak ada wajah sebel dan sedih seperti tadi pagi.
"Aku lapar, ini sudah seperti memberikan kuliah." Arya tertawa.
Tentu saja, ia sudah mengexplore begitu dalam tentang dunia IT dan Aerin adalah sosok yang tepat untuk memberinya penjelasan.
"Oke, ayo lunch."
Arya bangkit melangkah ke dapur mini di bagian kiri ruangan kantornya.
"Can I invite Vita to join us? Aku nggak nyaman lunch dengan orang asing."
Aerin sebenarnya menghindari kekikukannya. Bisa-bisa ia tidak bisa menelan makanan.
Arya menahan senyumnya.
"Orang asing, aku?"
Arya menunjuk ke dirinya, Aerin mengangguk.
"Sure, you can invite Vita," ucapnya sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.
Sungguh terlalu, tidak nyaman lunch dengan orang asing...apa maksudnya itu?
***
Vita yang happy mendapat ajakan lunch bareng, segera muncul dengan membawa lunchnya dan cheese cake Aerin. Ketiganya menikmati makanan sambil sesekali ngobrol. Aerin menatap Arya yang lahap dengan soup dagingnya.
Arya tau Aerin sering secara sembunyi memperhatikannya. Aerin melihatnya dengan ekspresi sedih bahkan Arya sempat melihat matanya yang berkaca-kaca. Aerin lebih banyak diam, tidak terlalu merespon pembicaraan dirinya dan Vita.
"Kamu mau soup?" Tanya Arya begitu Aerin tertangkap basah memperhatikannya lagi.
Gadis yang sudah melepas blazernya, tampak begitu pure dengan kemeja putihnya.
"A..apa?" respon Aerin kaget.
Vita tertawa.
"Pak Arya tanya, kamu mau soup?" jelas Vita.
Aerin langsung menggeleng. "No, thanks," jawabnya sambil melanjutkan makan.
***
Dulu sekali, ia yang sering mengekor Arya, akan ikutan makan bila Arya makan. Arya yang tak suka diikuti... biasanya akan membawa piring makannya ke ruangan lain untuk menghindarinya.
Di lain kesempatan, saat ia pengen makanan yang sedang dimakan Arya, Arya menyuruhnya mengambil makanan yang sama di dapur. Dia tidak mau berbagi makanan dengannya.
Suatu saat ada temen perempuan Arya main ke rumah, ia melihat Arya berbagi makanan dengan temannya. Saat itu ia langsung menangis tersedu-sedu tidak bisa mengontrol rasa sedihnya. Jadi saat sekarang Arya menawari soup yang sedang dimakannya, itu adalah sesuatu banget.
"Pak Arya mau cheese cake?"
Tawar Vita. Arya mengangguk.
"1 slice saja," jawab Arya sambil melihat Vita memotong cheese cake berbentuk hati.
"Ini kue ulang tahun buat Aerin," terang Vita.
Aerin yang belum selesai menghabiskan spaghetti nya, diam saja.
"Oh, yang last week banyak kiriman buket?" Arya ingat betul, itu hari pertamanya ngantor di Global.
Vita tertawa.
"Iya. Kasihan banget pria-pria yang udah rempong kirimin hadiah ulang tahun. Yang berulang tahun gak akan ingat siapa mereka."
Penjelasan Vita mengkonfirmasi kenapa Aerin tidak mengingat wajahnya setelah mereka bertemu sebelumnya. Keduanya tertawa.
Aerin hanya tersenyum. Itu memang kelemahannya yang ia sukai. Otaknya sudah full dipenuhi dengan memori wajah seorang remaja pria bertubuh gendut yang sekarang menjelma menjadi sesosok pria atletis dengan wajah yang sangat nyaman dipandang. Otaknya tidak punya space kosong untuk mengingat wajah pria lain yang baru dikenalnya.
***
Meeting berlanjut. Arya menahan senyum melihat Aerin yang beberapa kali menguap tanpa menutup mulutnya. Tapi begitulah, saat menguap saja sangat enak dipandang.
"Ada yang mau ditanyakan lagi?"
Aerin menutup laptopnya. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Arya mengangguk.
"Kenapa kamu memilih bekerja di Global?" Pertanyaan yang diluar perkiraan Aerin.
Wajah didepannya itu agak kaget dan butuh waktu beberapa saat untuk menjawab.
"Memangnya tidak boleh?" Aerin balas bertanya.
"Seorang lulusan computer science MIT seharusnya bekerja di silicone valley atau di perusahaan IT ternama. Kenapa bisa berakhir di Global?"
"Pak Arya ingin aku resign?"
"No!" response Arya cepat.
Aerin tertawa.
"So, no question! Kecuali kalau Pak Arya mau aku resign," jawab Aerin santai sambil bangkit.
"See you," pamitnya sambil berbalik dan melangkah keluar ruangan.
Tahukah kamu? Aku stuck disini karena menunggumu. Karena aku tau suatu saat kamu pasti akan kembali kesini.
Bersambung #10
Izin Penerbitan
PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN
Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
POSTING POPULER
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Setangkai Mawar Buat Ibu #01 - Aryo turun dari mobilnya, menyeberang jalan dengan tergesa-...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari * Dalam Bening Matamu #1- Adhitama sedang meneliti penawaran kerja sama dari sebuah perusa...
-
Cerita Bersambung Karya : Tien Kumalasari * Kembang Titipan #1- Timan menyibakkan kerumunan tamu-tamu yang datang dari Sarangan. Ada s...
-
Cerita Bersambung Oleh : Tien Kumalasari Sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang tak sampai dipelaminan, karena tidak direstui oleh ayah...
-
Cerita bersambung Karya : Tien Kumalasari Maruti sedang mengelap piring2 untuk ditata dimeja makan, ketika Dita tiba2 datang dan bersen...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar secara santun dan simpel