Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Sabtu, 22 Januari 2022

Aku Disini Menunggumu #8

Cerita Bersambung

Jilid #7

Mirna sudah 10 menit yang lalu tiba di Cafe Gran Via, tempat ia janjian dengan Aerin buat makan siang. Aerin bilang ada good news tentang dirinya, Mirna sangat penasaran. Apa Aerin sudah menemukan pria yang dicintainya?
Sosok Aerin yang memakai midi dress berwarna carmine dengan motif bunga mawar kecil, tak lama muncul. Seperti biasa, kehadirannya membuat orang-orang disekitarnya melirik.
Mirna tersenyum sambil melambaikan tangan. Keponakannya itu memang sesuatu. Padaha penampilannya sangat sederhana, tanpa make up hanya memakai lipstik tipis warna bibir, rambut di bun agak berantakan, memakai flatshoes berwarna putih dan dompet kecil warna senada. Yang paling mencolok dari sosoknya, mungkin hanya kalung dengan liontin blue diamond yang bersinar indah sekali.
Keduanya berpelukan.

"Apa kabar gadis kecil tante?" Aerin tertawa."Well, sangat amat baik. Dan apa kabar my lovely tante rempong?"

Mirna memonyongkan bibir tipisnya.

"Very good. So, good news apa?"
"Tante, aku lapar banget. Kita makan dulu."
"Baiklah...."

Mirna yang penasaran mengikuti kemauan Aerin. Keduanya menikmati makan siang sambil sesekali bercanda.
Saat dessert tiba, Aerin mengeluarkan sebuah benda kecil bergambar owl dari dompet nya.

"Tante mau tau sekarang?"

Mirna yang tak terlalu paham mengangguk. Aerin menekan tombol on, dan terdengarlah sebuah suara...

"Assalammualaikum, selamat malam semuanya. Terimakasih sudah berkenan hadir di acara khusus keluarga kami malam ini."
"Malam ini, kami mengundang saudara dan rekan-rekan sekalian untuk memperkenalkan adik perempuan kami. Adik kandung saya dan Chandra, yang berbeda ibu."

Mata Mirna berkaca-kaca dengan senyum bahagia.

"Mama kedua kami sudah meninggal saat adik perempuan kami berumur 5 tahun, dan itu sudah 24 tahun yang lalu."

Mirna menyeka air matanya yang tak terbendung. Akhirnya...segala penderitaan dan ketidakadilan telah berakhir.

"So, please welcome adik kami...Aerin Alessandra Bramantio."
"Assalammualaikum, selamat malam." Terdengar suara Aerin.
"Aerin besok ulang tahun, jadi acara ini sekalian buat merayakan ulang tahun Aerin yang ke 29 tahun. Masih single, yang masih lajang...boleh mendekat."

Aerin menekan tombol off. Tante Mirna masih terisak bahagia. Aerin bangkit dan memeluk erat tantenya. Selama ini, Tante Mirna selalu merasakan penderitaannya karena ia tidak dianggap ada di Keluarga Bramantio. Ia telah menjadi beban buat Tante Mirna.

"So sekarang tante tidak usah khawatirkan aku lagi. Aku sudah punya keluarga yang sebenarnya. Makasih tante, sorry aku sudah sangat banyak merepotkan tante." Keduanya saling terisak.

"I love you, Irin. I am happy for you. Mulai sekarang kamu harus lebih bisa menjaga diri karena kamu sudah secara resmi membawa nama Bramantio. Jaga nama baik keluarga kamu," ucap Mirna sambil mengelus kepala Aerin. Aerin mengangguk.
"Iya, tante. I love you too."
***

Seorang pria setengah baya menghampiri meja mereka. Aerin tersenyum begitu mengenali pria itu.

"Apa kabar Pak Bass?" sapanya. Pria itu menyalami tangannya.
"Baik. Kamu kemana aja? Rabu kemarin saya ke Global, katanya kamu on leave."

Biasanya kalau Pak Bass berkunjung ke Global, pasti akan singgah di ruangan Aerin sekedar buat say hello.
Pak Bass adalah direktur Bank Global, salah satu anak perusahaan FF Group. Bank Global berkembang stabil dengan cabang di beberapa Kota besar di Indonesia.

"Ada yang urgent di keluarga, Pak. Oh ya, ini kenalin tanteku."

Tante Mirna dan Pak Bass saling berjabatan tangan. Setelah beramahtamah sebentar, Pak Bass permisi karena harus kembali ke mejanya. Dia sedang menjamu makan siang para koleganya.
***

"Ada masalah yang urgent, tante."

Mirna yang sedang menghabiskan sendok terakhir ice cream, hampir tersedak.

"Aku harus sudah menikah sebelum usia ke 30," sambung Aerin dengan wajah kocak.
"What!" Aerin mengangguk.
"Itu janjiku sama papa. So, berhubung cinta pertamaku sudah kembali tapi dia sudah akan menikah, aku harus segera move on biar bisa kejar deadline. Tante punya banyak kenalan, can you arrange blind dates for me?"

Mirna terkaget-kaget tapi pada akhirnya ia tertawa senang.

"Akhirnya...sure, itu yang sudah lama tante tunggu. Kamu sudah menyia-nyiakan waktu begitu lama. Sebagian besar pria-pria yang dulu pernah meminta tolong tante untuk dikenalkan ke kamu, bahkan sudah menikah dan punya anak." Aerin tertawa geli.

Dulu saat ia kembali dari Amerika, Tante Mirna emang rempong banget sibuk mau mengenalkan ia dengan anak teman dan kolega suaminya. Aerin selalu menolak sampai Tante Mirna menyerah.

"Kamu sudah bertemu dengan Arya?" Aerin menggeleng.
"Ada meeting senin pagi." Mbak Vita sudah mengirim chat.
"Aku agak nervous, tante. Apa aku sanggup bersikap tidak kenal? Aku tidak mau dia mengenaliku. Aku takut...aku akan menangis saat melihat dia. Aku takut tidak bisa mengontrol perasaanku," suara Aerin tampak putus asa.
"Irin sayang..." Mirna menggenggam tangan Aerin yang dingin dan berkeringat.
"Kamu pasti bisa, karena kamu Irin keponakan tante. Kamu sudah melalui banyak hal dan kamu selalu bersinar. Fighting!"

Aerin tersenyum, Tante Mirna paling bisa menjadi energy booster buatnya.
***

Minggu pagi, Aerin menjemput Bagas dan mengantarnya ke bandara. Bagas nampak keren banget memakai Jam Tissot darinya.

"So, mulai hari ini...kamu akan ingat aku 24 jam," goda Aerin sebelum Bagas masuk ke dalam.
"Pasti mbak. Aku akan pakai terus jam ini. Mbak Ririn, thanks for everything. Tanpa support Mbak Ririn, aku gak mungkin bisa ikut short course ini."
"Call me if you need anything." Aerin memeluk erat Bagas.
"Can I kiss you?" Tanya Bagas dengan senyum menggoda yang membuat Aerin tertawa.

Aerin menunjuk pipi sebelah kanannya. Bagas yang mendapat lampu hijau, happy banget dan langsung mengecup lembut pipi Aerin.

"See you, study hard. Okay?"

Bagas mengangguk, memeluk Aerin sekali lagi sebelum masuk ke dalam.
Aerin baru beranjak pergi begitu sosok Bagas menghilang dari pandangannya. Ada rasa kehilangan berpisah dengan pria yang sudah ia anggap sebagai saudara laki-lakinya. Usia mereka hanya terpaut 2 tahun saja.

==========

🎵I'm a big big girl...🎵

Aerin melihat ke layar monitor Mobil. Ada nama Pak Rasyid.

"Bapak, apa kabar?"
"Sehat-sehat. Kamu dimana? Sudah ada di Jakarta?" Saya di rumah Shopie. Malam balik ke Bandung."

Shopie adalah putri tertua Pak Rasyid yang sudah menikah. Aerin mengenalnya.

"Sip pak, aku nuju kesana ya. See you," ucap Aerin sambil menghidupkan lampu sign kiri untuk berbelok.

Aerin ingin singgah di Toko Butik Better Chocolate Than Never. Pak Rasyid, biarpun sudah berumur...adalah penggemar coklat sejati. Aerin tersenyum mengingat wajah lucu Pak Rasyid yang suka merem-merem bila sedang menikmati coklat yang pas dihatinya.
Aerin mengenal Pak Rasyid karena mereka pernah tinggal di komplek perumahan yang sama saat Aerin masih kecil. Komplek yang sama tempat Keluarga Arya tinggal. Tapi rumah Pak Rasyid letaknya di blok berbeda. Dulunya Pak Rasyid pernah bekerja di BraDia dan sering ke rumah.
***

Memasuki komplek, Aerin menjalankan mobilnya dengan pelan. Sebentar lagi ia akan melewati kediaman Arya dan kediaman keluarganya. Menyadari itu, dada Aerin mulai berdebar-debar tak karuan.
Dan...ia sekarang berada pas di depan pintu pagar rumah Arya. Hanya sekitar 3 minggu saja dari terakhir ia singgah disini, situasi rumah Arya berubah total. Pos satpam lebih tampak hidup dengan cctv lengkap, ada beberapa mobil yang terparkir di garasi dan tanaman di halaman depan tampak terawat. 1
Ia hanya perlu berhenti dan masuk ke dalam, kalau beruntung ia akan bertemu dengan Arya. Aerin tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri. One sided love sungguh membuatnya merana.

Pak Rasyid dan kedua cucunya menyambut kedatangan Aerin. Aerin menjabat tangan Pak Rasyid dan memeluk kedua gadis kecil yang sudah SD itu.

"Apa kabar gadis kecil tante?"

Keduanya menatap Aerin tanpa berkedip, terpesona. Pak Rasyid dan Aerin tertawa.

"Malia, Aisha...Tante Aerin tanya kabarnya loh, kok malah bengong?" 3
"Baik, good," jawab Malia.

Aerin menyerahkan 2 paperbag berisi coklat ke tangan kedua gadis itu.

"Buat gadis kecil tante dan buat opa..." ucap Aerin sambil melirik Pak Rasyid, yang membuat Pak Rasyid tertawa keras. Aerin paling suka memanjakannya dengan coklat.

Ibu Sri, istri Pak Rasyid terkenal akan masakannya yang lezat. Jadi siang itu Aerin menikmati hidangan makan siang yang lezat.

"Gimana keluarga kamu?" Tanya Pak Rasyid saat mereka duduk di taman belakang, menikmati dessert, setelah makan siang.
"Aku cuti ke Singapore, pak. Nemenin mama check up."

Ekspresi wajah Pak Rasyid tampak suprised banget.

"Mereka udah terima aku."
"Alhamdulillah, pada akhirnya kesabaran kamu berbuah manis." Aerin mengangguk.
"Thank you so much for your advices, pak. Nasehat-nasehat bapak menjadi penyeimbang sikapku ke mama papa."

Mata Aerin berkaca-kaca. Pak Rasyid tau betul hubungannya dengan papa mama.

"Kamu sudah bertemu Arya?"

Pak Rasyid tau Arya adalah teman kecil Aerin, tapi ia tidak tau kalau gadis cantik berdress kuning itu terlibat one sided love dengan Arya.

"Pak, aku mau bapak merahasiakan siapa aku kepada Arya. Aku ingin Arya mengenal aku sebagai IT expert, bukan sebagai teman masa kecilnya. Kalaupun pada akhirnya dia tau, biar dia tau dengan sendirinya. Itu akan memudahkan aku dan Arya." Pak Rasyid mengangguk.

Aerin benar, hubungan murni atasan bawahan lebih membuat nyaman dalam mengambil keputusan dalam sebuah perusahaan, daripada hubungan yang melibatkan teman masa kecil.
***

Malamnya Aerin susah sekali untuk bisa terlelap. Membayangkan besok akan bertemu Arya setelah 19 tahun berlalu, membuat ia berdebar-debar.
Apakah Arya mengenalinya saat mereka bertemu besok? Atau apakah ia bisa mengenali Arya? Ia membayangkan pria berkulit coklat, bertubuh berisi, berambut klimis dengan jas rapi...duduk di kursi CEO.
Hanya bayangan seperti itu yang ia bisa imajinasikan...seperti sosok remaja Arya yang berambut klimis dan selalu berpakaian rapi. Aerin menarik napas panjang sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
***

Bahagianya bisa kembali ke Global. Aerin menyapa beberapa kolega yang ditemuinya saat menuju resepsionis.

"Pagi, Mbak Ririn," sapa Wiwid dengan tersenyum lebar.

Sang goddess yang hari ini memakai kemeja putih dibalut blazer bermotif houndstooth dengan celana hitam, tersenyum.
Rambut ikal sebahunya dibiarkan tergerai indah. Warna rambutnya sudah dicat warna beda, ombre biru. Jadi kesan wajahnya misterius banget. Wiwid paling demen memperhatikan penampilan Aerin.

"Pagi, Miss Wiwid. Ada titipan?"

Wiwid mengambil 1 bundle plastik dan meletakkan di hadapan Aerin.

"Card ucapan ulang tahun plus kado. Buket, coklat, kue...udah dinikmati rame-rame." Aerin tertawa geli.

Ia memberikan izin staf di kantor mengambil buket dan hadiah makanan bila ia tidak ada di kantor. Tapi khusus buat card, Aerin mewajibkan dirinya untuk membaca walaupun ia belum tentu mengenal sang pengirim.
Sedangkan buat hadiah, bila itu harganya diatas kewajaran, biasanya ia akan mengembalikan bila ia mengenal pengirimnya. Bila tidak, Aerin akan menjual dan menyumbangkan duit hasil penjualan. 1

"Thanks, Wid. See you all," pamit Aerin sambil melangkah menuju ke lift VIP.

Sebenarnya lift VIP ini dikhususkan buat CEO dan tamunya, tapi karena lantai tempat Aerin bekerja ada di lantai 14, 1 lantai dibawah kantor CEO, naik lift ini adalah pilihan praktis, tanpa ada gangguan menunggu antrian.
***

Memasuki ruangan IT, stafnya udah pada nungguin, lengkap dengan sarapan pagi dan kue ulang tahun mungil dengan sebuah lilin yang menyala indah. Ada Mas Andy juga disana. Aerin tertawa.

"Happy birthday, boss," ucap mereka serentak.
"Thanks so much."

Mario mendekatkan kue ke hadapan Aerin dan Aerin meniup lilin. Mata Aerin berkaca-kaca melihat keceriaan di wajah orang-orang yang hampir 24 jam sehari bersamanya. Suatu saat nanti, bila ia pergi...ia akan sangat merindukan mereka.

"Mbak Ririn, warna rambut baru bikin pangling," goda Benni yang membuat yang lain tertawa.

Andy menyerahkan setangkai bunga mawar merah tua ke Aerin.

"Happy birthday to the wonderful colleague on earth. Happy birthday, sis," ucapan ulang tahun dari Mas Andy sukses membuat air mata mengalir di pipi Aerin.

Andy tersenyum, mengusap air mata di pipi Aerin, lalu memeluknya. Aerin memang gampang sekali menangis. Dia tipikal melankolis yang selalu akan mengeluarkan air mata bila terharu akan kebaikan dan keperdulian orang lain terhadapnya.

"Thank you boss, brother." Hubungan Aerin dan Andy memang dekat. Andy itu bos merangkap teman dan saudara.

Bersambung #9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER