Izin Penerbitan

PERNYATAAN & IZIN PENERBITAN

Seluruh cerita disini adalah cerita fiksi belaka. Tidak ada unsur kesengajaan apabila terdapat nama atau tempat atau waktu yang sama dengan ...

Minggu, 30 Januari 2022

Aku Disini Menunggumu #16

Cerita Bersambung

Andy dan Vita duduk semeja saat makan siang.
"Tadi aku sudah call Ririn, tapi tidak diangkat," terang Andy dengan nada kecewa.
"Aku juga sudah coba call dia, sama juga. Tidak satupun yang diangkat. WA terbaru juga belum dibaca kan?" Andy mengangguk.
"Apa yang sebenarnya terjadi dengan Ririn ya? Menurut kamu, apa mungkin dia memutuskan keluar dari Global tanpa permisi?"

Andy ragu sendiri dengan pikiran ngawurnya. Vita langsung melototkan matanya sebagai tanda protes dengan pertanyaannya.

"Kamu ini, berapa lama sih kamu kenal Ririn? How could you ask such a question?" Protes Vita dengan nada tinggi.
"Iya...iya, sorry. Aku gak tau harus menebak alasan apa lagi."
"Ririn tidak mungkin seperti itu. Kalau dia berniat menghilang tanpa permisi, bagaimana mungkin beberapa jam sebelum itu dia mau bantu Global Bank?"

Andy tak mau lanjut menjawab, ia tau pikirannya sedang tidak waras... berpikir yang bukan-bukan.
***

Setelah makan siang, semua top management kembali berkumpul di ballroom. Dari sejak meeting dimulai Kamis kemarin, ketidakhadiran Aerin menjadi tanda tanya besar bagi semua orang.
Sosok Aerin yang ramah dan sangat menyegarkan mata, membuat banyak orang mencarinya.

"Assalammualaikum, selamat siang. Bagaimana makan siangnya, laziis?" Tanya Rachel, staf PR yang didaulat menjadi MC selama meeting berlangsung.

Semua menjawab salam dan terdengar jawaban 'laziis' membahana di ruangan, diikuti oleh suara tawa.

"Alhamdulillah. In syaa Alloh besok malam, hm... bakalan lebih lezat lagi. Mau makanan apa aja, adaaa. Ada 5 chef yang akan memasak makan malam buat kita besok malam. Jadi, pastikan hadir dengan perut kosong," canda Rachel yang membuat semua tertawa.
"Baiklah, presentasi terakhir hari ini akan disampaikan oleh bagian IT. Kalau kita berbicara Bagian IT, pastilah semua langsung mengingat seseorang... kangen ama Mbak Ririn kan? Ayoo kita doakan, semoga Mbak Ririn baik-baik saja dan bisa segera berkumpul lagi bersama kita..."

Arya merasakan suasana menjadi begitu hening saat sang MC mulai menyebut nama Aerin.

"Presentasi IT akan disampaikan oleh Mas Andy, Technical and IT Director."

Andy yang duduk di deretan kursi bagian depan, langsung berdiri dan membungkukkan sedikit badannya sebelum melangkah, namun pintu ballroom yang tiba-tiba terbuka... membuat perhatian dari sosok Andy berpindah ke pintu.

Dan, ada sosok yang baru saja memenuhi pikiran mereka.

"Aerin...Aerin..."

Terdengar teriakan yang membuat suasana ballroom menjadi sangat hidup.
Sosok Aerin yang kini berambut berwarna caramel, warna cokelat dengan sedikit sentuhan warna kekuningan... tersenyum manis sambil melambaikan tangannya, melangkah menuju ke bagian depan.
Andy tertawa kecil sambil mengacungkan dua jempolnya ke Aerin yang membalasnya dengan kerdipan sebelah matanya.

"Assalammualaikum, apa kabar semuanya?" Terdengar suara riuh, Aerin tertawa sebentar, suara tawa yang terdengar begitu seksi.
"Maaf aku tidak bisa hadir di kantor dari Hari Senin. I was so tired last week, kondisi kesehatan aku memburuk dan harus diopname." Aerin diam sejenak.
"I was at Mount Elizabeth Hospital Singapore since Sunday morning setelah sekitar 12 jam dirawat di Emergency room RS Premier Jakarta. Just landed in Jakarta yesterday afternoon. So Pak Arya, I was absent from the office and at this meeting just because I was sick, not for other reasons."

Aerin menatap Arya sesaat, ia tau Arya cukup suprised mendengar penjelasan langsungnya. Oh God, menatap sosok Arya...membuat ia masih terluka.
Arya menganggukkan kepalanya sebagai respon menerima penjelasan Aerin. Aerin menatap dua sosok yang duduk di sebelah Arya.

"It's an honor to meet both of you, Bapak dan Ibu Ferdinand. I'm Aerin Alessandra, IT Expert."

Aerin mengenalkan dirinya kepada Ibu Farah dan Bapak Ferdinand, sambil membungkukkan sedikit badannya. Keduanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.
***

Aerin mengeluarkan Hpnya dan menekan sebuah tombol, tiba-tiba saja semua lampu di ruangan ballroom mati, kecuali lampu di podium.
Vita dan Andy tertawa kecil, Aerin sudah mempersiapkan diri dengan sangat baik.

"Okay, let's start the presentation. Sebenarnya Mas Andy dan bagian IT sudah mempersiapkan sebuah presentasi yang sangat bagus, I really appreciate it. Tapi isi yang kurang lebih sama, sudah pernah aku sampaikan saat pertama meeting dengan Pak Arya, beberapa bulan yang lalu. So I think that Bapak dan Ibu Ferdinand have been well informed, so my presentation will focus on how to upgrade the capacity building for IT Staff."

Farah menatap sosok cantik itu tanpa berkedip. Dari cara Aerin berbicara, semua orang akan tau kalau gadis itu sangat pintar dan sangat tau capacity building seperti apa yang dia inginkan buat stafnya.
Bahkan dia sudah merancang proposal jadwal training terbaru buat stafnya untuk satu tahun kedepan. Dia ingin setiap staf IT di kantor pusat menguasai atau expert di satu bidang IT sehingga setelah ikut training masing-masing staf bisa sharing ilmu.

"Ini akan menghabiskan banyak sekali biaya, but believe me...FF Group akan mendapatkan benefit yang sangat besar di kemudian hari. Apa yang terjadi pada Global Bank Sabtu yang lalu, sudah cukup menjadi sebuah teguran buat kita bersama akan arti pentingnya staf IT yang kompeten dan benar-benar expert dibidangnya."

Diam sejenak. Aerin menatap Arya yang tentu saja dari tadi tak pernah lepas menatapnya.

"I don't want to praise my self because you know my capacity. You were really lucky to have me at that moment, but I will not be here forever. Jadi FF Group harus mempersiapkan diri before I leave."
"Thanks for your attention. Any question?" Tanya Aerin sambil kembali menekan salah satu tombol di Hpnya dan semua lampu kembali hidup.

Farah mengangkat tangannya sebagai tanda ingin bertanya. Aerin melangkah mendekat.

"Apa mimpi kamu bersama Global?"

Andy dan Vita cukup suprised melihat reaksi Aerin yang diam mematung mendapat pertanyaan yang sangat simple dari Ibu Farah. Aerin tidak biasanya seperti itu. Aerin adalah sosok yang akan menjawab dengan cepat setiap pertanyaan.

"When I join Global, I want to be one of the biggest shareholders here."

Ibu Farah dan Pak Ferdinand tersenyum mendengar jawaban polos Aerin.

"That was my dream five years ago, but now I have changed my dream. My dream that Global will continue to exist forever without me becoming a shareholder. I love everyone here, this is my second family."

Mata Aerin berkaca-kaca, sungguh ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bersedih. Waktunya bersama mereka akan segera berakhir.

==========

Begitu meeting ditutup, Farah segera mendatangi Aerin yang langsung dikerumuni oleh para manager dari daerah.
"Aerin, bisa saya ganggu sebentar?" Aerin yang tak menyangka Tante Farah akan mendatanginya, cukup kaget.

Apa Tante Farah mengenalinya? Satu-satunya benda yang bisa membuat Tante Farah mengenalinya adalah blue diamond milik maminya yang dulu saat ia pakai, sering sekali dipuji keindahannya oleh Tante Farah. Dan saat kemari tadi ia memang sengaja tidak memakainya. Ini kali pertama ia melepaskan kalung berliontin blue diamond dari lehernya.

"Sure," jawab Aerin setelah bengong sesaat.
Aerin melangkah kearah Tante Farah yang saat itu tampak begitu anggun dengan dress navy bermodel resmi dan riasan wajah yang sangat simple namun cantik.

Ferdinand yang melihat istrinya dan Aerin sudah bersama di meja sudut ruangan, segera bergabung.

"Kami ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya untuk bantuan Aerin pada Global Bank. Kalau saat itu Arya tidak bertindak cepat untuk menghubungi kamu, mungkin sekarang Global Bank hanya tinggal nama," ucap Om Ferdinand dengan tulus.
Aerin tersenyum, rasanya ia ingin saat itu juga memeluk keduanya dan mengatakan bahwa ia adalah Irin, anak kecil yang dulu pernah merasakan kasih sayang dari keduanya karena mereka tidak punya anak perempuan.

"Bagaimana kami bisa membalas kerja keras kamu? Kamu sampai sakit karena kelelahan," sambung Tante Farah dengan tatapan sangat lembut.
"It's okay. Tidak perlu membalas dengan apapun, bu. Aku staf Global, juga bagian dari FF Group. So tidak masalah kejadian itu ada di perusahaan yang mana, as long as it is under the same umbrella... aku punya tanggung jawab untuk menolong." Keduanya saling memandang.
"Global Bank itu perusahaan warisan dari orangtua saya, jadi sangat banyak history disana. Whatever you want, saya akan usahakan untuk penuhi. Apa kamu mau saham disana?" Tawar Ferdinand yang tak puas dengan jawaban gadis cantik didepannya. Aerin menggeleng.
"Tidak, pak. Terimakasih atas tawarannya. Aku benar-benar tidak mau menerima imbalan apapun," jawab Aerin dengan wajah sangat yakin.
"Tidak semua hal, harus segera berbalas kan? Aku bantu FF Group hari ini, siapa tau one day...bapak dan ibu yang akan bantu aku," sambung Aerin yang membuat keduanya speechless karena Aerin menolak tawaran mereka.
"Terimakasih banyak. So, hubungi kami bila suatu saat kamu butuh sesuatu." Akhirnya Farah hanya bisa mengucapkan itu. Mata indah didepannya tampak berbinar-binar.
"Baik, bu."
"Can I hug you?" Wajah itu tampak kaget sebelum mengangguk lagi dengan senyum senangnya. Farah memeluk erat tubuh ramping Aerin yang juga membalas pelukannya.
Farah dari tadi sudah sangat teliti memperhatikan leher jenjang gadis itu tapi Aerin tidak memakai kalung apapun.

"Sampai jumpa di dinner besok," ucap Farah saat mereka berpisah.
"Iya, bu... see you soon," balas Aerin sambil melambaikan tangan, lalu melangkah menuju ke Andy dan Vita yang memang sedang menunggunya.
***

Ada Arya bersama mereka, tapi Aerin tidak memperdulikannya. Ia hanya fokus menatap Vita dan Andy yang langsung memeluknya. Aerin membalas pelukan keduanya.

"Oh, kangen tau..." Protes Vita sambil memegang kedua pipi Aerin.
"I missed you too, mbak."
"Cukup sekali, no news seperti ini, okay?"
"Sorry membuat semuanya khawatir. Aku memang gak punya akses ke Hpku saat itu."

Arya yang merasa tidak diperdulikan, memilih untuk meninggalkan ketiganya. Ia tidak mau membuat mood Aerin berubah jadi tidak senang karena ada dirinya. Aerin pasti masih marah, kalau tidak... dia pasti akan menegurnya atau setidaknya memamerkan senyum indahnya.

"Nomor Hp siapa yang kamu taruh di biodata? Kenapa gak bisa dihubungi juga?" Tanya Andy penasaran. Aerin tertawa geli.
"Ya,,, pastilah. Tanteku lagi honeymoon keliling Eropa, Hpnya pasti dioff kan." Vita dan Andy ikutan tertawa.
"Trus, kenapa pake bodyguard segala?"

Aerin menyembunyikan kekagetannya. Ternyata teman-temannya mencek sedetail itu.

"Bodyguard?" Ulangnya dengan wajah lugu.
"Aku ke rumah kamu, Pak Satpam yang bilang."
Aerin tertawa geli.
"Ah...itu sih, bukan. Ngapain aku pake bodyguard, I'm no body. Itu om aku yang kebetulan aku tau lagi ada di sekitar situ. Bodynya emang gede. Jadi pas aku ngerasa udah gak sanggup bertahan, aku sempat tekan nomor Hp dia."
"Genius girl, bahkan saat mau pingsan pun...bisa berpikir dengan smart," puji Andy yang membuat Aerin memonyongkan bibir penuh seksinya.
***

Dan malam itu, percakapan saat dinner di kediaman Arya adalah tentang Aerin. Tampaknya kedua orangtuanya begitu terkesan dengan sosok Aerin.

"Jadi dia lulusan MIT?"

Arya mengangguk.

"SMA nya di London, kuliahnya di MIT. Sempat berkerja di beberapa perusahaan IT di Eropa dan Amerika sebelum balik ke Jakarta dan join dengan Global."
"Wow...dia itu salah satu asset terbaik kita. Kamu punya ide bagaimana cara agar Aerin tetap bersama kita?"
Arya terdiam. Minggu lalu ia baru saja membuat Aerin kecewa dengan menunda training yang sudah lama direncanakannya.
"Bagaimana kalau kita approved semua training yang dia sampaikan tadi?" Tanya Bu Farah dengan semangat.
"Sure, ma. Kita punya budget yang lebih dari cukup buat support capacity building staf IT."
"Sayangnya dia tidak mau menerima tawaran kami. Padahal tadinya papa sangat berharap dia akan menerima dengan antusias, tapi malah langsung ditolak tanpa pikir panjang."

Arya tersenyum.
"Aerin itu tipe yang bekerja atas rasa suka, pa. Bukan tipe pencari uang. Kalau dia mau uang, dia tidak akan join dengan Global. Bekerja sebagai hacker saja, dia bisa dapat ribuan dollar."

"Yes, you're right. Jadi kita harus buat dia bahagia berada di Global."
Arya mengangguk dengan pikiran menerawang. Bagaimana cara membuat Aerin bahagia berada di Global? Ia telah mengacaukan semuanya dengan ciuman itu.
***

Dari dalam kamarnya, Arya melihat sesuatu yang tidak biasa dari kamar Aerin. Ya... kamar Aerin yang biasanya gelap, kini tampak ada lampu yang dihidupkan walaupun tidak terlalu terang.
Arya segera melangkah dengan buru-buru ke balkon kamarnya. Dan ia sangat kaget ketika ada sesosok bayangan lalu lalang di dalam kamar Aerin. Sosok perempuan pastinya, bertubuh langsing dengan rambut diikat tinggi.
Arya merasakan dadanya berdebar kencang, ia segera berlari ke lantai bawah, keluar dari rumahnya menuju ke halaman samping dan menyebrang ke halaman rumah sebelah.

Bersambung #17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar secara santun dan simpel

POSTING POPULER